PROPOSAL SEKERIPSI

PROPOSALPENELITIAN

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI MA TARBIYATULMUSLIMIN, DASAN MA,ALAN, DESAPAOKMTONG KEC. MASBAGIK
TAHUN PELAJARAN 2011/2012












OLEH:

TAUFIKURRAHMAN
NPM: 08210209


Proposal ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam seminar matematika  Program Studi Pendidikan Matematika








PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) HAMZANWADI SELONG
2011


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan Tugas ini dengan judul “Pengaruh Bimbingan Belajar Terhadap Prestasi Belajar matematika siswa Kelas XI MA  Tarbiyatul Muslimin ,Dasan Maalan Desa Paok motong Kec Masbagik Tahun  2011/2012”dapat terselesaikan. Tersusunnya tugas ini ini tidakterlepas dari adanya bantuan bantuan berbagai pihak. Diantaranya:
Tugas  ini tentunya banyak memiliki kekurangan, karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan.
Akhirnya semoga Tugas ini berguna bagi kita semua.
Masbagik, 16 oktober 2011
Penulis












DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................           i
KATA PENGANTAR...................................................................................           ii
DAFTAR ISI ................................................................................................          iii
BAB I      PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang Masalah.....................................................................           1
B.     Identifikasi Masalah...........................................................................           7
C.     Pembatasan Masalah.........................................................................           8
D.     Rumusan Masalah .............................................................................           8
E.      Tujuan Penelitian................................................................................           9
F.      Manfaat Penelitian..............................................................................           9

BAB II    LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A.       Analisis Teoritis..................................................................................         10
1.        Bimbingan Belajar Matematika....................................................         10
2.        Prestasi Belajar Matematika........................................................         27
3.        Matematika................................................................................         33
B.        Kerangka Pikir..................................................................................         33
C.       Hipotesis penelitian ………………………………………………...         35

BAB III    METODE PENELITIAN
A.       Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................         37
B.        Populasi dan Sampel Penelitian...........................................................         37
C.       Desain Penelitian................................................................................         39
D.       Teknik Pengumpulan Data..................................................................         40
1.        Identifikasi Variabel....................................................................         40
2.        Definisi Operasional Variabel......................................................         41
3.        Instrument dan Teknik Pengukuran..............................................         41
       E .   Teknik Analisis Data..........................................................................         44
               1.Uji Deskripsi  Analisis....................................................................         44
               2.Teknik Uji Hipotesis penelitian........................................................         49

DAFTAR FUSTAKA....................................................................................           v





 
BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG.
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan untk mewujudkan diri individu bagi perkembangan untuk bangsa dan negara. Undang-undang Republic Indonesia No.20 pasal 3 tahun 2003 tentang  tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Selain itu juga tujuan pendidikan nasional adalah untuk memacu pengelola, penyelenggara, dan satuan pendidikan agar  meningkatkan kinerjanya dalam memberikan layanan pendidikan. Namun tujuan pendidikan nasional ini belum terealisasi sepenuhnya, karena masih banyak terdapat permasalahan-permasalahan dalam penyelenggaraan pendidikan.
Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan yang diakibatkan rendahnya minat dan prestasi belajar siswa. Rendahnya minat dan prestasi belajar siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru tentu menjadi hambatan dalam berlangsungnya proses belajar mengajar, dan ini tentu akan mendatangkan dampak yang kurang baik bagi dunia pendidikan khususnya siswa itu sendiri.
Rendahnya prestasi belajar siswa tersebut disebabkan karna adanya berbagai faktor terutama ketidak cocokan metode yang digunakan seperti metode ekspositori. Tidak cocoknya metode yang dalam menyampaikan materi pelajaran akan membuat motivasi siswa menurun dan kurang bergairah dalam menerima pelajaran yang akhirnya berdampak pada penurunan minat dan prestasi belajar siswa.
Ujian (Akhir) Nasional UN selama ini diperlakukan semacam upacara ritual tahunan tanpa memberikan pengaruh berarti terhadap upaya dan pengelola serta pelaksanaan pendidikan pada tingkat sekolah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan. Meskipun praktik ujian akhir dapat digunakan untuk memenuhi kualitas pendidikan namun pada umumnya sering bertentangan dengan kenyataan.. Sebagaimana diketahui bahwa realitas pendidikan di Tanah Air sangat beragam, baik itu sarana-prasarana pendidikan, sumber daya guru, dan school leadership. Kualitas pendidikan yang begitu lebar sebagai akibat  dari keterbatasan kemampuan pengelola pendidikan pada tingkat pusat, daerah, dan sekolah semakin menguatkan tuduhan masyarakat selama ini bahwa penggunaan instrumen UN untuk menentukan kelulusan (sertifikasi) dan seleksi berpotensi melanggar keadilan dalam tes. (www.kompas.com).
Masalah-masalah pendidikan secara terinci yang kerap kali dihadapi peserta didik antara lain ialah pada awal sekolah, mereka kerap menghadapi kesulitan menyesuaikan diri dengan pelajaran, para guru, tata tertib sekolah, lingkungan sekolah dan sebagainya. Dalam proses menjalani program disekolah peserta didik tidak jarang menghadapi kesulitan berupa keraguan memilih bidang studi yang sesuai, memilih mata pelajaran yang cocok. Pada tahun-tahun terakhir mereka dalam suatu sekolah sering kali menghadapi kesulitan-kesulitan berupa konflik dalam pilihan sekolah lanjutan, memilih tempat bimbingan tes yang memadai. ( Abu Ahmadi, 1991: 107-108).
            Tingginya minat siswa-siswi sekolah formal mengikuti bimbingan belajar merupakan simbol ketidakpercayaan siswa dan orangtua siswa terhadap proses pembelajaran di sekolah formal. Karenanya, sekolah harus memperbaiki pelayanannya kepada siswa untuk mengembalikan kepercayaan.
           



Undang-undang tentang sistem pendidikan nasional
1.      sistem pendidikan didefinisikan sebagai bagian dari kegiatan yang dilakukan oleh profesi kependidikan secara sadar ,sengaja, dan sistemik untuk meningkatkan potensi setiap warga Negara dalam menjalankan hak dan kewajiban ,melalui kegiatan belajar-pembelajaran.
2.      jalur pendidikan dibedakan “jalur formal” dan “jalur non-formal” . satuan pendidikan jalur formal dapat dilakukan secara terbuka.
3.      satuan pendidikan jalur formal terdiri atas sekolah umum , sekolah kejuruan ,sekolah luar biasa , sekolah kedinasan ,sekolah keagamaan sekolah akademik, sekolah profesional dan sekolah alternatif.
4.      satuan pendidikan nonformal meliputi:pembinaan anak usia dini , kelompok belajar ,kursus, pelatihan , dan satuan pembelajaran di masyarakat.
5.      pembellajaran di masyarakat  merupakan segala bentuk satuan pengajaran non formal yang mengutamakan pada pemenuhan kebutuan masyarakat dan warga belajar yang belum termasuk dalam kelompok belajar ,kirsus, pembinaan anak usia dini, dan pelatihan .
6.      pembinaan anak usia dini merupakan satuan pedidikan yang mengutamakan  pembentukan perilaku dan kemampuan dasar melalui perawatan dan bermain .
7.      pelatihan merupakan satuan pengajaran yang mengutamakan pada pembentukan dan peningkatan kemampuan tertentu .
8.      peserta tidak mempunyai hak:a)memperoleh layanan pengajaran sesuai denga kebutuhannya martabat dan mutu kehidupannya ;b]bekajarmandiri dan memperoleh pengakuan hasil pengakuan hasil belajarnya.
9.      kurikulum atau program pengajaran pada jalur pendidikan nonformal dikembangkan ilmu pengetahuan , teknologi , serta seni.
10.  setiap satuan pendidikan nonformal perlu diakreditasi seara berkala.
11.  Pembina pendidikan nonformal dikoordinasikan oleh mentri pendidikan nasional bersama mentri lain yang terkait denga konsultasi masyarakat profesi pendidikan nonformal. 
Pengamat pendidikan yang juga seorang pendidik, St Kartono, mengungkapkan dengan mengikuti bimbingan belajar berarti siswa maupun orangtua siswa yang mengirimkan anak mereka untuk mengikuti bimbingan belajar cenderung tidak percaya bahwa pembelajaran di sekolah mampu membawa anak mereka bisa lebih berprestasi. Hal itu jelas sangat disayangkan karena beban biaya pendidikan antara lain melalui biaya sumbangan pendidikan yang ditanggung orangtua siswa semakin tinggi, sementara peningkatan mutu yang didengung-dengungkan pihak sekolah tidak dapat dibuktikan hasilnya.
Siswa yang ikut bimbingan belajar kebanyakan justru dari sekolah-sekolah yang favorit yang kemampuan akademiknya justru relatif baik. Ini berarti sekolah gagal meningkatkan mutu mereka. Itu adalah simbol ketidak percayaan terhadap sekolah, akhirnya siswa mengikuti bimbingan belajar agar tetap dapat menjaga prestasi mereka melalui materi yang diberikan bimbingan belajar dengan metode-metode baru. Guru dan sekolah harus bisa mengoreksi cara pembelajaran mereka agar bisa menyenangkan dan memberi layanan pendidikan yang baik sehingga hak siswa tidak tertinggal. Sekolah-sekolah favorit banyak berbicara tentang peningkatan mutu pendidikan dan membebankan hal itu kepada orangtua. Maka mereka harus konsekuen dan bisa memberikan pelayanan pendidikan secara optimal. Karena itulah lembaga bimbingan belajar dengan jeli memanfaatkan peluang dengan memberikan pelayanan pada siswa apa yang tidak bisa diberikan kepada sekolah.
Menurut Yaya Karyana, Direktur Utama Pusat Klinik Pendidikan Indonesia, lembaga pendidikan belajar lebih inovatif dalam soal proses pembelajaran. Ia memberikan contoh pendidikan berbasis teknologi informasi telah lebih dulu dikembangkan bimbingan belajar daripada sekolah formal. ( www.primagama.co.id)
UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa fungsi Pendidikan Nonformal (PNF) adalah sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal, dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat untuk mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta penmgembangan sikap dan kepribadian profesional. Dalam pelaksanaan amanat Undang-Undang tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah melembagakan Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan.
Beberapa literatur menyebutkan bahwa Kursus didefinisikan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga (Kepdirjen Diklusepora) Nomor: KEP-105/E/L/1990 sebagai berikut: Kursus pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan masyarakat selanjutnya disebut kursus, adalah satuan pendidikan luar sekolah yang menyediakan berbagai jenis pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental bagi warga belajar yang memerlukan bekal dalam mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah dan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Kursus dilaksanakan oleh dan untuk masyarakat dengan swadaya dan swadana masyarakat.
Selanjutnya pembinaan kursus ini dijabarkan dalam Keputusan Dirjen Diklusepora Nomor: KEP-105/E/L/1990 tentang Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Kursus Pendidikan Luar Sekolah yang Diselenggarakan Masyarakat. Di dalam keputusan ini ditegaskan bahwa pembinaan adalah usaha pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayan untuk merencanakan, mengatur, mengawasi dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam mengembangkan pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan masyarakat.Pada saat itu, pembinaan terhadap kursus tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1991 pasal 21 ayat (1) yang menyebutkan bahwa: "Pembinaan pendidikan luar sekolah sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional baik yang diselenggarakan oleh pemerintah, badan, kelompok, atau perorangan merupakan tanggung jawab Menteri", ayat (2) "Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Menteri". 
Berbagai cara ditempuh pengelola LBB (Lembaga Bimbingan Belajar) untuk menarik calon siswa. Apalagi mendekati masa kelulusan siswa SD, SMP dan SMA, makin besar saja promosi yang dilakukan. Mulai dari menyebar brosur yang memuat jumlah siswa tahun tertentu yang diterima pada sekolah favorit, memberi jaminan dengan pencapaian skor tertentu pasti bisa di program studi tertentu, hingga memajang foto orang yang diketahui duduk di kepanitiaan SPMB.
Masuk LBB para pelajar biasa menyebut bimbel (bimbingan belajar) memang menjadi tren sejak pertengahan tahun 1990-an. Dari zaman sebelum tahun 1990, saat bimbingan belajar Siky Mulyono mulai dikenal karena begitu agresif memperkenalkan lembaganya sebagai tempat bimbingan belajar yang berhasil membawa peserta kursus masuk ke sekolah favorit, promosi yang dilakukan memang luar biasa. Pengelola bisnis kursus pelajaran sekolah tersebut tahu benar masalah yang satu ini. Mulai dari tidak pede (percaya diri)-nya para orang tua terhadap pelajaran disekolah.
Benarkah peran LBB begitu besar dalam mengasah kemampuan anak terutama agar lolos ujian masuk sekolah favorit, bagaimana dengan janji peserta pasti lulus tes jika ia mampu mencapai skor tertentu saat try oud.
Prof Dr Soesmalijah Soewondo berkata, bohong jika mereka sampai memberikan jaminan semacam itu. Prof Toemin secara tegas juga menyatakan tidak setuju dengan iming-iming seperti itu. Saya tidak percaya sistem drill di bimbingan belajar, biarpun setahun penuh akan meningkatkan kemampuan siswa sehingga sukses mengerjakan soal ujian masuk sekolah. Kemampuan memahami persoalan tak akan terasah dengan cara drill, baik itu yang diadakan di sekolah-sekolah tertentu (biasanya unggulan) maupun di LBB.
Perkembangan bisnis LBB tampaknya tak lepas dari menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan formal. Orang tua merasa tidak puas  terhadap kemampuan yang dicapai anaknya dari belajar di sekolah. Namun apakah dengan bimbingan belajar prestasi siswa akan lebih baik? Bimbingan belajar, lanjut Toemin, hanya dibutuhkan oleh mereka yang malas belajar. Pada pokoknya, belajar tak bisa dengan cara instant karena dengan belajar secara instans tak akan bisa memahami ilmunya, karena pemahaman itu terjadi lewat proses pembelajaran secara terus menerus.(www.kompas.com).
Dari latar belakang diatas, masalah bimbingan belajar terhadap prestasi siswa yang terjadi diluar sekolah, masih perlu diteliti. Dengan demikian penulis ingin meneliti  Apakah bimbingan belajar tersebut bisa meningkatkan prestasi siswa disekolah atau tidak. Dengan demikian penulis berminat melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Bimbingan Belajar Terhadap Prestasi Belajar matematika siswa Kelas XI MA  Tarbiyatul Muslimin ,Dasan Maalan Desa Paok motong Kec Masbagik Tahun (......).
B.     Identifikasi Masalah
Dari uraian di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut :
a.       Kurangnya minat belajar siswa pada pelajaran matematika.
b.      Kurangnya prestasi belajar siswa pada pelajaran matematika.
c.       Keaktifan siswa di kelas kurang disebabkan karena siswa hanya bertindak sebagai objek atau  penerima saja.
d.      Kurangnya bimbingan belajar selesai sekolah.
e.       Penggunaan metode pembelajaran yang belum optimal.
f.        Siswa diberi kesampatan untuk mencari dan memecahkan sendiri permasalahan supaya siswa lebih aktif pada pelajaran tersebut.
C.     Pembatasan Masalah
Setelah meperhatikan masalah-maslah yang telah teridentifikasi di atas, peneliti tidak akan mengkaji semua permasalahan tersebut. Hal tersebut disebabkan karena adanya pertimbangan-pertimbangan lain seperti keterbatasan biaya, waktu, kemampuan serta fasilitas yang penulis miliki. Oleh karena itu terbatas pada masalah-masalah sebagai berikut:
1.      Objek penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah masalah prestasi belajar siswa yang diterapkan dengan adanya bimbingan belajar Matematika.


2.    Subjek penelitian
Subjek penelitian terbatas pada siswa kelas XI  MA Tarmus Dasan Ma,alan tahun pembelajaran 2011/2012.
D.    RUMUSAN MASALAH
            Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
  1. Adakah Pengaruh Bimbingan Belajar terhadap Prestasi siswa di Sekolah?
  2. Seberapa Besar Pengaruh Bimbingan Belajar terhadap Prestasi Siswa di Sekolah.
E.     TUJUAN PENELITIAN
            Dari rumusan permasalahan yang ada diatas dapat dirumuskan tujuan penelitian ini adalah:
1.      Untuk mengetahui adakah Pengaruh Bimbingan Belajar Terhadap Prestasi Belajar matematika siswa Kelas XI MA  Tarbiyatul Muslimin ,Dasan Maalan Desa Paok motong Kec Masbagik Tahun (......).”.
2.      Untuk mengetahui seberapa besar Pengaruh Bimbingan Belajar Terhadap Prestasi Belajar matematika siswa Kelas XI MA  Tarbiyatul Muslimin ,Dasan Maalan Desa Paok motong Kec Masbagik Tahun (......).
F.      MANFAAT PENELITIAN
  1. Peneliti dapat mengetahui pengaruh bimbingan belajar terhadap prestasi belajar siswa
  2. Penelitian ini sebagai cakrawala ilmu pengetahuan penulis dalam berkarya khasanah ilmu pengetahuan, disamping sebagai pengalaman yang dapat berguna sebagai bekal apabila ingin berkecimpung didalam lingkungan penelitian
  3. Dengan adanya penelitian ini dapat menjadi tambahan masukan bagi kita guna meningkatkan prestasi belajar anak.


BAB II
LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A.  LANDASAN TEORI
1.      Bimbingan Belajar
a. Pengertian Bimbingan Belajar
Menurut Undang-undang sistem pendidikan Nasional tahun 1989, pendidikan dilaksanakan dalam bentuk bimbingan, pengajaran, dan latihan. Bimbingan atau membimbing memiliki dua makna yaitu bimbingan secara umum yang mempunyai arti sama dengan mendidik atau menanamkan nilai-nilai, membina moral, mengarahkan siswa supaya menjadi orang baik. Sedangkan makna bimbingan yang secara khusus yaitu sebagai suatu upaya atau program membantu mengoptimalkan perkembangan siswa. Bimbingan ini diberikan melalui bantuan pemecahan masalah yang dihadapi, serta dorongan bagi pengembangan potensi-potensi yang dimiliki siswa. ( Nana Syaodih Sukmadinata, 2005: 233)
Menurut Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan (2005: 82) Bimbingan dapat diartikan sebagai upaya pemberian bantuan kepada peserta didik dalam rangka mencapai perkembangannya yang lebih optimal.
Menurut Rochman Natawidjaja dalam bukunya Syamsu Yusuf (2005: 6) Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian, dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan dapat membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.

Menurut Moh. Surya dalam bukunya Dewa Ketut Sukardi (2002: 20) Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Maka dapat diambil kesimpulan dari beberapa definisi bimbingan sebagai berikut:
  1. Bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan sehingga bantuan itu diberikan secara sistematis, berencana, terus-menerus dan terarah kepada tujuan tertentu. Dengan demikian kegiatan bimbingan bukanlah kegiatan yang dilakukan secara kebetulan, insidental, sewaktu-waktu tidak sengaja atau kegiatan yang asal-asalan.
  2. Bimbingan merupakan proses membantu individu. Dengan menggunakan kata membantu berarti dalam kegiatan bimbingan tidak adanya unsur paksaan. Dalam kegiatan bimbingan, pembimbing tidak memaksa individu untuk menuju kesuatu tujuan yang ditetapkan oleh pembimbing, melainkan pembimbing membantu mengarahkan klien kearah suatu tujuan yang telah ditetapkan bersama-sama, sehingga klien dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Dengan demikian dalam kegiatan bimbingan dibutuhkan kerjasama yang demokratis antara pembimbing dengan kliennya.
  3. Bahwa bantuan diberikan kepada setiap individu yang memerlukannya didalam proses perkembanganya. Hal ini mengandung arti bahwa bimbingan memberikan bantuannya kepada setiap individu, baik anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang tua
  4. Bahwa bantuan yang diberikan melalui pelayanan bimbingan bertujuan agar individu dapat mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Fungsi utama dari bimbingan adalah membantu murid dalam masalah-masalah pribadi dan sosial yang berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran atau penempatan dan juga menjadi perantara dari siswa dalam hubungannya dengan guru maupun tenaga administrasi. Adapun fungsi bimbingan ada 4 macam:
1.      Preservatif        : Memelihara dan membina suasana dan situasi yang baik dan tetap diusahakan terus bagi lancarnya belajar mengajar.
  1. Preventif           : Mencegah sebelum terjadi masalah.
  2. Kuratif              : Mengusahakan pembentukan dalam mengatasi masalah.
  3. Rehabilitasi       : Mengadakan tindak lanjut secara penempatan sesudah diadakan treatmen yang memadai. (Abu Ahmadi dan Widodo Supriono, 2004: 117).
Menurut Abin Syamsuddin Mahmu, (2002: 157). Belajar adalah konsep belajar yang menunjukkan kepada suatu proses perubahan perilaku yang menunjukkan kepada suatu proses perubahan perilaku pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.
Menurut Slameto, (2003: 2). Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, (2002: 141). Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Menurut Thursan Hakim, (2000: 1). Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan kemampuan.
Menurut Nasution, (1982: 38). Belajar adalah perubahan pengetahuan. Ungkapan diatas cenderung menyatukan hasil dari aktivitas belajar sehingga orang yang belajar mengalami perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari bodoh menjadi pintar, dari tidak pengalaman menjadi berpengalaman dan lain sebagainya.
Sebelum memaparkan pengertian prestasi belajar terlebih dahulu memaparkan tentang pengertian belajar dalam   skripsi Yana Haryana (7 : 2009)yaitu :
  1. Teori Belajar Menurut Bruner
Belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam materi pokok atau materi pembelajaran disamping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur.
  1. Teori Belajar Menurut Thorndike
 Belajar  akan berhasil jika respon siswa terhadap stimulus segera diikuti dengan ras senang atau kepuasan. Rasa senang dan puas bisa timbul akibat siswa mendapat pujian atau ganjaran lainnya karena siswa sukses atau berhasil melaksanakan tugasnya dengan cepat dan tepat.
  1. Teori Belajar Menurut Dienes
 Pengembangan belajar diorientasikan pada siswa, sedemikian rupa sehingga metode yang dikembangkan menarik bagi siswa yang mempelajarinya. Tiap-tiap konsep dan prinsip dalam menentukan disajikan dalam bentuk konkrit dan dapat dipahami dengan baik.
  1. Teori Belajar Menurut Skinner
Ganjaran atau penguatan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Ganjaran dan penguatan memiliki perbedaan. Ganjaran merupakan respon yang bersifat menggembirakan dan merupakan tingkah laku yang sifatnya subjektif, sedankan penguatan merupakan sesuatu yang mengakibatkan meningkatnya kemungkinan suatu respon dan lebih mengarah kepada hal-hal yang sifatnya dapat diamati dan diukur. Dapat mengubah tingkah laku yang negatif menjadi positif.
Dari beberapa pengertian belajar diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a.       Belajar adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan individu secara sadar untuk memenuhi kebutuhan dirinya.
b.      Belajar sebagai usaha memperoleh perubahan tingkah laku.
c.       Hasil dari belajar itu ditandai dengan perubahan seluruh aspek tingkah laku yaitu aspek kebiasaan, pengalaman dan sikap.
d.      Belajar itu merupakan bentuk pengalaman.
Dengan demikian bimbingan belajar dapat diartikan sebagai proses pemberian bantuan dari guru atau guru pembimbing kepada siswa agar terhindar dari kesulitan belajar, yang mungkin muncul selama proses pembelajaran, Sehingga siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Optimal dalam kontek belajar dapat dimaknai sebagai siswa yang efektif, produktif dan prestatif. (www.sd-binatalenta.com)
Menurut Abu Ahmadi, (1991: 111). Bimbingan belajar adalah suatu proses pemberian bantuan terus-menerus dan sistematis kepada individu atau peserta didik dalam memecahkan masalah yang dihadapinya yang kaitannya dengan kegiatan belajar. Adapun prifat atau bimbingan individu menunjukkan usaha-usaha yang sistematis dan berencana membantu peserta didik secara perorangan agar dapat mengatasi masalah yang sedang dihadapinya. Sedangkan belajar kelompok merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk membahas suatu materi dalam pelajaran yang sedang dihadapinya.
Masalah belajar merupakan inti dari masalah pendidikan dan pengajaran, karena belajar merupakan kegiatan utama dalam pendidikan dan pengajaran. Semua upaya guru dalam pendidikan dan pengajaran diarahkan agar siswa belajar, sebab melalui kegiatan belajar ini siswa dapat berkembang lebih optimal.
Perkembangan belajar siswa tidak selalu berjalan lancar dan memberikan hasil yang diharapkan. Adakalanya mereka menghadapi berbagai kesulitan atau hambatan. Kesulitan atau hambatan dalam belajar ini dimanifestasikan dalam beberapa gejala masalah, seperti prestasi belajar rendah, kurang atau tidak ada motivasi belajar, belajar lambat, berkebiasaan kurang baik dalam belajar, sikap yang kurang baik terhadap pelajaran, guru ataupun sekolah.
Setiap gejala masalah ada sesuatu yang melatarbelakanginya, demikian juga dengan masalah belajar. Misalnya  prestasi belajar rendah dapat melatarbelakangi oleh kecerdasan rendah, kekurangan motivasi belajar, kebiasaan belajar yang kurang baik, gangguan kesehatan, kekusutan psikis, kekurangan sarana belajar, kondisi keluarga yang kurang mendukung, cara guru mengajar yang kurang sesuai, materi pelajaran yang terlalu sulit, kondisi sekolah yang kurang baik dsb. Untuk setiap jenis masalah banyak sekali faktor yang melatarbelakanginya. Gejala masalah yang sama dapat dilatarbelakangi oleh faktor yang sama tetapi juga dapat dilatarbelakangi oleh faktor yang berbeda.
Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering minggat dari sekolah.
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam, yakni:
1).Faktor intern siswa, yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri, yang meliputi gangguan atau kekurang mampuan psiko-fisik siswa, yakni:
Yang bersifat kognitif (ranah cipta) antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa.
a)      Yang bersifat afektif (ranah rasa) antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.
b)      Yang bersifat psikomotor (ranah karsa) antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telingga).

2).Faktor ekstern siswa, yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa, yang meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor lingkungan ini meliputi:
a.       Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga
b.      Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh, dan teman sepermainan yang nakal.
c.       Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas, ada pula faktor-faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar siswa. Diantara faktor-faktor yang dapat dipandang sebagai faktor khusus ini ialah sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar yang terdiri atas:
1)      Disleksia yakni ketidakmampuan belajar membaca
2)      Disgrafia yakni ketidakmampuan belajar menulis
3)      Diskalkulia yakni ketidakmampuan belajar matematika.
Namun demikian, siswa yang mengalami sindrom-sindrom di atas secara umum sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan di antaranya ada yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya gangguan ringan pada otak ( Muhibbin Syah, 2003: 183)
Supaya belajar bisa berjalan secara lebih optimal maka harus memahami dan menerapkan prinsip-prinsip belajar. Adapun prinsip-prinsip belajar tersebut sebagai berikut:


1)      Belajar harus berorientasi pada tujuan yang jelas.
2)      Proses belajar akan terjadi bila seseorang dihadapkan pada situasi problematik.
3)      Belajar dengan pengertian akan lebih bermakna daripada belajar dengan hafalan.
4)      Belajar merupakan proses yang kontinu
5)      Belajar memerlukan kemampuan yang kuat.
6)      Keberhasilan belajar ditentukan oleh banyak faktor
7)      Belajar secara keseluruhan akan lebih berhasil daripada belajar secara terbagi-bagi.
8)      Proses belajar memerlukan metode yang tepat.
9)      Belajar memerlukan adanya kesesuaian antara guru dengan murid.
10)  Belajar memerlukan kemampuan dalam menangkap intisari pelajaran itu sendiri. (Trursan Hakim, 2000: 2-10).
a. 1. Tahapan-tahapan dalam Belajar
            Para guru mengetahui bahwa diperlukannya suatu periode waktu tertentu bagi anak untuk secara penuh memahami suatu konsep yang telah diajarkan. Biasanya anak tidak secara penuh memahami suatu konsep pada saat pertama kali diajarkan. Fenomena ini lebih banyak terjadi pada anak berkesulitan belajar daripada anak yang tidak berkesulitan belajar. Oleh kerena itu, dalam merancang kegiatan pembelajaran, guru perlu menyadari keberadaan anak dalam tahapan belajar. Ada empat tahapan belajar yang perlu diperhatikan, yaitu:
1)      Perolehan : pada tahapan ini anak telah terbuka terhadap pengetahuan baru tetapi belum secara penuh memahaminya. Anak masih memerlukan banyak dorongan dan pengaruh dari guru untuk menggunakan pengetahuan tersebut. Contoh; kepada anak diperlihatkan tabel perkalian lima dan konsepnya dijelaskan sehingga ia mulai memahaminya.
2)      Kecakapan: pada tahap ini anak mulai memahami pengetahuan atau keterampilan tetapi masih memerlukan banyak latihannya. Contoh; setelah anak memahami tabel dan konsep perkalian lima, ia diberi banyak latihan dalam bentuk menghafal atau menulis, dan diberi macam-macam ulangan penguatan.
3)      Pemeliharaan: anak dapat memelihara atau mempertahankan suatu kinerja taraf tinggi setelah pembelajaran langsung dan ulangan penguatan dihilangkan. Contoh; anak dapat menggunakan perkalian lima secara cepat tanpa memerlukan pengarahan dan ulangan penguatan dari guru.
4)      Generalisasi: pada tahap ini anak telah memiliki dan menginternalisasikan pengetahuan yang dipelajarinya sehingga ia dapat menerapkannya ide dalam berbagai situasi. Contoh; anak dapat menerapkan tabel perkalian lima dalam memecahkan berbagai soal metematika. (Mulyono Abdurrahman, 2003: 90).
a. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
            Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:
1)      Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni:
a)      Aspek Fisiologis yakni kondisi umum jasmani yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apabila disertai pusing kepala berat misalnya, maka dapat menurunka kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya tidak berbekas. Untuk dapat mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, maka siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan olahraga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan. Hal ini penting karena kesalahan pola makan-minum dan istirahat akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri.
b)      Aspek Psikologis yang meliputi:
(1)   Inteligensi siswa yang pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau penyesuaian diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi inteligensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.
(2)   Sikap siswa adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
(3)   Bakat siswa secara umum adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi secara global bakat itu mirip dengan inteligensi, karena itu seorang anak yang berinteligensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai talented child, yakni anak berbakat.
(4)   Minat siswa secara sederhana adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan.
(5)   Motivasi siswa ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam hal ini motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.
2)      Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa. Ada dua aspek, yaitu:
(1)         Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa disekolah. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.
Yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan disekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat dilingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur, akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi dan meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya.
Lingkungan sosial yang paling banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
(2)         Lingkungan nonsosial yang termasuk dalam faktor lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa.
3)      Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. Dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu. (Muhibbin Syah, 2003: 144-155).

b.  Fungsi Bimbingan Belajar                 
1)      Mencegah kemungkinan timbulnya masalah dalam belajar.
2)      Menyalurkan siswa sesuai dengan bakat dan minatnya sehingga belajar dapat berkembang secara optimal
3)      Agar siswa dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar.
4)      Perbaikan terhadap kondisi-kondisi yang mengganggu proses belajar siswa
5)      Upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi belajar siswa. (www.sd-binatalenta.com).
c. Tujuan Bimbingan Belajar
1)      Tujuan bimbingan belajar secara umum adalah membantu murid-murid agar dapat mendapat penyesuaian yang baik di dalam situasi belajar, sehingga setiap murid dapat belajar secara efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan mencapai perkembangan yang optimal. Dengan rincian sebagai berikut:
a)      Mencarikan cara-cara belajar yang efisien dan efektif bagi seorang anak atau kelompok anak.
b)      Menunjukkan cara-cara mempelajari sesuai dan menggunakan buku pelajaran.
c)      Memberikan informasi (saran dan petunjuk) bagi yang memanfaatkan perpustakaan.
d)      Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam ulangan dan ujian.
e)      Memilih suatu bidang studi sesuai dengan bakat, minat, kecerdasan, cita-cita dan kondisi fisik atau kesehatan.
f)        Menunjukkan cara-cara menghadapi kesulitan dalam bidang studi tertentu.
g)      Menentukan pembagian waktu dan perencanaan jadwal belajarnya.
h)      Memilih pelajaran tambahan baik yang berhubungan dengan pelajaran di sekolah maupun untuk pengembangan bakat dan karir di masa depan.
2)      Secara khusus adalah:
a)      Siswa dapat mengenal, memahami, menerima, mengalahkan dan mengaktualisasikan potensi secara optimal.
b)      Mengembangkan berbagai keterampilan belajar.
c)      Mengembangkan suasana yang kondusif.
d)      Memahami lingkungan pendidikan.
Dalam bimbingan belajar diharapkan murid-murid bisa melakukan penyesuaian yang baik dalam situasi belajar seoptimal mungkin sesuai dengan potensi-potensi, bakat, dan kemampuan yang ada padanya. Berdasarkan atas tujuan bimbingan belajar diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar adalah untuk membentuk murid-murid yang mengalami masalah di dalam memasuki proses belajar dan situasi belajar yang dihadapinya. ( Abu Ahmadi dan Widodo Supriono, 2004:111)
d. Manfaat Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan bagian terpenting bagi peserta didik, mengingat pada saat ini peserta didik dituntut untuk bisa berkompetensi. Oleh karena itu siswa diharapkan mengikuti bimbingan belajar sebagai alat untuk menghadapi tantangan di masa depan. Selain itu, manfaat dari bimbingan belajar adalah dapat membuat siswa semakin kreatif pada kegiatan belajar mengajar, dan dapat meningkatkan prestasi pada sekolahnya. Maka sangat penting bagi peserta didik untuk mengikuti bimbingan belajar, agar mereka mampu bersaing dengan tuntutan zaman pada saat ini.
Manfaat Bimbingan Belajar bagi siswa adalah tersedianya kondisi belajar yang nyaman, terperhatikannya karakteristik pribadi siswa, dan siswa dapat mereduksi kemungkinan kesulitan belajar. ( www.sd-binatalenta.com).
e. Teknik-teknik Bimbingan belajar
Hampir semua bentuk teknik bimbingan yang bersifat informatif dan adjustif dapat digunakan dalam bimbingan belajar, hanya isinya saja difokuskan kepada kesulitan belajar dan kesulitan pelajaran.
Keseluruhan teknik bimbingan belajar dibedakan antara teknik bimbingan kelompok dan bimbingan individual. Bimbingan individual adalah suatu bantuan yang diberikan kepada individu (siswa) dalam situasi individual. Teknik bimbingan ini ada yang bersifat informatif (memberikan informasi) dan ada juga yang bersifat terapeutik atau penyembuhan. Beberapa teknik bimbingan individual yang bersifat informatif adalah ceramah/penjelasan, wawancara, nasihat, penyampaian bahan-bahan tertulis, penyampaian informasi melalui media elektronik dll yang diberikan secara individual.
Bimbingan kelompok merupakan suatu bantuan yang diberikan kepada individu (siswa) yang dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan inipun ada yang bersifat informatif dan terapeutik, tetapi ada juga yang bersifat adjustif. Bimbingan kelompok yang bersifat informatif, hampir sama dengan bimbingan individual tetapi diberikan secara berkelompok, seperti ceramah kelompok, nasihat kelompok, penggunaan media tulis dan media elektronik secara berkelompok. Bimbingan kelompok yang bersifat adjustif adalah bantuan kepada individu dalam membina hubungan dan menyesuaikan diri dengan orang lain, melalui berbagai kegiatan kelompok, seperti diskusi, belajar kelompok, perwalian kelompok, kegiatan klub, organisasi siswa, orientasi, kunjungan kelompok dsb. Bimbingan kelompok yang bersifat terapeutik adalah psikodrama, konseling kelompok dan psikoterapi kelompok.
Teknik-teknik bimbingan yang bersifat informatif dapat diberikan oleh guru-guru. Bimbingan adjustif dapat diberikan oleh konselor atau guru-guru senior yang telah mendapatkan penataran tentang bimbingan dan konseling. Bimbingan terapeutik dalam membantu klien-klien dengan masalah yang masih relatif ringan dapat dikerjakan oleh konselor, sedang yang sudah berat seperti gangguan yang sudah termasuk neurosis, psikopath dan psikosis hanya bisa diberikan oleh psikolog dan psikiater yang telah berpengalaman. Kecuali bimbingan yang bersifat terapeutis, semua jenis teknik bimbingan lainnya dapat digunakan dalam memberikan bimbingan belajar, untuk mengatasi masalah yang sederhana dapat dilaksanakan sendiri oleh guru, sedangkan untuk mengatasi masalah yang agak berat diperlukan kerjasama dengan konselor. (Nana Syaodih, 2005: 243-244)
f. Peran Guru dalam Bimbingan Belajar
Perkembangan ilmu dan teknologi yang disertai dengan perkembangan sosial budaya yang berlangsung dengan cepat dan dewasa ini, peranan guru telah meningkat dari sebagai pengajar menjadi pembimbing. Tugas dan tanggung jawab menjadi lebih meningkat terus, yang kedalamnya termasuk fungsi-fungsi guru sebagai perancang pengajaran (designer of instruction), pengelola pengajaran (manager of instruction), evaluator of student learning, motivator belajar, dan sebagai pembimbing.
Guru sebagai designer of instruction atau perancang pengajaran dituntut memiliki kemampuan untuk merencanakan (merancang) kegiatan belajar mengajar secara efektif dan efisien. Untuk itu seorang guru harus memiliki pengetahuan yang cukup memadai tentang prinsip-prinsip belajar sebagai suatu bahan dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar.
Guru sebagai manajer of instruction (pengelola pengajaran), dituntut untuk memiliki kemampuan mengelola seluruh proses kegiatan belajar mengajar dengan menciptakan kondisi-kondisi belajar sedemikian rupa sehingga setiap murid dapat belajar dengan efektif dan efisien.
Sedangkan guru dengan fungsinya sebagai evaluator of student learning, dituntut untuk secara terus menerus mengikuti hasil-hasil (prestasi) belajar yang telah dicapai murid-muridnya dari waktu kewaktu.
Informasi yang diperoleh melalui cara ini merupakan umpan balik terhadap proses kegiatan belajar mengajar, yang selanjutnya akan dijadikan titik tolak untuk menyempurnakan serta meningkatkan proses belajar mengajar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal.
Guru sebagai pembimbing dituntut untuk mengadakan pendekatan bukan saja melalui pendekatan instruksional akan tetapi dibarengi dengan pendekatan yang bersifat pribadi dalam setiap proses belajar mengajar berlangsung. Dengan pendekatan pribadi semacam ini guru akan secara langsung mengenal dan memahami murid-muridnya secara lebih mendalam sehingga dapat memperoleh hasil yang optimal.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru sebagai pembimbing sekaligus berperan sebagai pembimbing dalam proses belajar mengajar. Sebagai pembimbing dalam belajar mengajar diharap mampu untuk:
1)      Memberikan berbagai informasi yang diperlukan dalam proses belajar.
2)      Membantu setiap siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapi.
3)      Mengevaluasi hasil setiap langkah kegiatan yang dilakukannya.
4)      Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap murid dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadi.
5)      Mengenal dan memahami setiap murid, baik secara individual maupun secara kelompok. (Abu Ahmadi dan Widodo Supriono, 2004: 115-117)

g. Prinsip-prinsip Bimbingan Belajar
Tugas guru disekolah banyak sekali, ia harus membuat perencanaan pengajaran yang sistematis, terinci untuk setiap pelajaran yang ia berikan. Berdasarkan rencana tersebut guru melaksanakan pengajaran dan membuat evaluasi atas proses dan hasil pengajaran yang telah dilaksanakan. Didalam pelaksanaan pengajaran tugas guru bukan hanya memberikan pelajaran, tetapi juga harus memberikan bimbingan belajar kepada siswa yang lambat agar perkembangannya sejajar dengan yang lain. Maka yang normal dan cepat belajar pun tetap memerlukan bimbingan dari guru agar ia mencapai perkembangan yang sesuai dengan kemampuannya.
Dalam memberikan bimbingan belajar guru hendaknya memperhatikan beberapa prinsip:
1)      Bimbingan belajar diberikan kepada semua siswa. Semua siswa baik yang pandai, cukup, ataupun kurang membutuhkan bimbingan dari guru, sebab secara potensial semua siswa bisa mempunyai masalah. Masalah yang dihadapi oleh siswa pandai berbeda dengan siswa cukup dan juga siswa kurang.
2)      Sebelum memberikan bantuan, guru terlebih dahulu harus berusaha memahami kesulitan yang dihadapi siswa, meneliti faktor-faktor yang melatarbelakangi kesulitan tersebut. Setiap masalah atau kesulitan mempunyai latarbelakang tertentu yang berbeda dengan masalah lain atau pada siswa yang lainnya.
3)      Bimbingan belajar yang diberikan guru hendaknya disesuaikan dengan masalah serta faktor-faktor yang melatarbelakanginya, bantuan hendaknya disesuaikan dengan jenis masalah serta tingkat kerumitan masalah.
4)      Bimbingan belajar hendaknya menggunakan teknik yang bervariasi. Karena perbedaan individual siswa, perbedaan jenis dan kerumitan masalah yang dihadapi siswa, perbedaan individual guru serta kondisi sesaat, maka dalam memberikan bimbingan belajar guru hendaknya menggunakan teknik bimbingan yang bervariasi.
5)      Dalam memberikan bimbingan belajar hendaknya guru bekerja sama dengan staf sekolah lain. Bimbingan belajar merupakan tanggung jawab semua guru serta staf sekolah lainnya. Agar bimbingan berjalan efektif dan efisien diperlukan kerjasama yang harmonis antara staf sekolah dalam membantu mengatasi kesulitan siswa.
6)      Orang tua adalah pembimbing belajar siswa dirumah. Penanggung jawab utama siswa adalah orang tuanya. Karena keterbatasan kemampuannya, orang tua melimpahkan sebagian dari tanggung jawabnya kepada sekolah, tetapi tidak berarti mereka lepas sama sekali dari tanggung jawab tersebut. Orang tua dituntut untuk memberikan bimbingan belajar di rumah. Agar ada keserasian antara bimbingan belajar yang diberikan guru disekolah dengan orang tua dirumah maka diperlukan kerjasama antara kedua belah pihak.
7)      Bimbingan belajar dapat diberikan dalam situasi belajar di kelas, di laboratorium dsb, ataupun dalam situasi-situasi khusus (konsultasi) baik di sekolah ataupun di luar sekolah. Bimbingan belajar diberikan pada saat pelajaran berlangsung, yaitu saat mengerjakan tugas-tugas atau latihan, saat diskusi kelas, praktikum dll. Bimbingan juga dapat diberikan diluar jam pelajaran, sebelum pelajaran dimulai, setelah pelajaran selesai atau sore hari, disekolah ataupun di rumah. (Nana Syaodih, 2005: 241-243).
Untuk mengoptimalkan perkembangan belajar siswa, maka perlu diberikan bimbingan belajar. Pelaksanaan bimbingan belajar sebaiknya digunakan prinsip-prinsip dan teknik-teknik bimbingan yang biasa dipakai dalam bimbingan dan konseling. Penerapan prinsip dan teknik bimbingan dan konseling. Banyak masalah belajar yang dihadapi oleh para siswa disekolah, seperti: prestasi belajar rendah, motivasi belajar rendah, ketidakstabilan emosi dan lain-lain. Masalah-masalah tersebut dapat dilatar belakangi oleh faktor internal maupun eksternal. Maka untuk membantu mengatasi masalah-masalah tersebut diberikan berbagai jenis bimbingan belajar.
Bimbingan belajar diberikan dalam bentuk layanan pengumpulan data, pemberian informasi, konseling, bimbingan kelompok serta upaya-upaya tindak lanjut. Bimbingan belajar yang diberikan bisa menggunakan pendekatan pengembangan dalam rangka mengembangkan potensi-potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh siswa. (Nana Syaodih, 2005: 247-248).
Banyak sekali kemungkinan masalah yang dihadapi oleh para siswa disekolah. Masalah pendidikan dan pengajaran meliputi kesulitan dan hambatan-hambatan dalam penyesuaian tugas-tugas kurikulum dan perkembangan belajar. Masalah belajar merupakan inti dari masalah pendidikan dan pengajaran, karena belajar merupakan kegiatan utama dalam pendidikan dan pengajaran. Semua upaya guru dalam pendidikan dan pengajaran diarahkan agar siswa belajar, sebab melalui kegiatan belajar ini siswa dapat berkembang lebih optimal.
Perkembangan belajar siswa selalu berjalan lancar dan memberikan hasil yang diharapkan. Adakalanya mereka mengahadapi berbagai kesulitan atau hambatan. Kesulitan atau hambatan dalam belajar ini dimanifestasikan dalam beberapa gejala masalah, seperti prestasi belajar rendah, kurang atau tidak ada motivasi belajar, belajar lambat, berkebiasaan kurang baik dalam belajar, sikap yang kurang baik terhadap pelajaran, guru maupun sekolah.

Profil siswa yang mengikuti bimbingan belajar dengan siswa yang tidak mengikuti bimbingan belajar dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Profil siswa
Siswa yang mengikuti bimbingan belajar
Siswa yang tidak mengikuti bimbingan belajar
  1. Mempunyai jam belajar yang lebih banyak.
  1. Kurangnya jam belajar

  1. Pengetahuan lebih luas

  1. Pengetahuan hanya diperoleh dari sekolah.
  1. Tidak kaku dalam menjawab soal ujian
  1. Kurang biasa menghadapi soal-soal  ujian
  1. Lebih aktif dalam berdiskusi

  1. Dalam berdiskusi cenderung pasif
  1. Tidak takut berdiskusi dengan siapapun.
  1. Kaku Berdiskusi dengan orang lain
  1.  Prestasi dalam belajar lebih baik
  1. Prestasi belajar tidak menentu

  1. Termasuk rangkin lima besar

  1. Rengking dalam belajar tidak menentu.
  1. Cepat mengerti penjelasan guru
  1. Lambat dalam memahami pelajaran yang diajarkan oleh guru
  1. Mempelajari pelajaran dengan mudah
  1. Tidak mudah dalam memahami bahan ajaran.
  1. Mengerjakar pekerjaan rumah (PR)
  1. Tidak mengerjakan    pekerjaan rumah (PR
Sumber : Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (google)
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Pengertian Prestasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan, dikerjakan, diusahakan dan sebagainya (Badudu dan Zain, 2001: 1088). Hasil ini dapat dinyatakan dengan kuantitatif dan kualitatif. Hasil kuantitatif adalah hasil yang dinyatakan dengan angka. Sedangkan hasil kualitatif adalah hasil yang dinyatakan dengan kata-kata, seperti baik, cukup, sedang, kurang, dan lain-lain.
Menurut Winkel (1984: 21). Prestasi adalah bukti usaha yang dapat dicapai. Sedangkan menurut Oemar Hamalik (1990: 21) Prestasi adalah bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara tingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan latihan.
Sedangkan yang dimaksud dengan berprestasi adalah apabila anak mencapai hasil yang maksimal dari apa yang telah dilakukan sebelumnya. Apabila kita hubungkan dengan kegiatan belajar anak dengan pengertian tersebut diatas, maka prestasi merupakan kecakapan khusus dan nyata yang dicapai secara maksimal sebagai hasil yang dicapai dari belajar.
Sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh siswa telah menguasai bahan materi yang telah diberikan, adalah salah satunya lewat penilaian hasil belajar yang diwujudkan dalam bentuk raport, dengan raport tersebut maka akan bisa diketahui tentang prestasi belajar yang diraih oleh siswa.
Masalah prestasi belajar merupakan masalah yang komplek, banyak faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor itu dapat berasal dari anak itu sendiri (internal), misalnya bagaimana intelegensinya, minat, bakat dan sebagainya. Maupun yang berasal dari luar diri anak (eksternal) yaitu faktor yang berasal dari keluarga, sekolah, masyarakat, dan waktu. Setiap kegiatan sudah barang tentu ada faktor-faktor yang mempengaruhinya tentunya faktor-faktor tersebut ada yang bersifat mendorong dan menghambat.
            Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai atau ditunjukkan oleh murid sebagai hasil belajarnya baik berupa angka atau huruf serta tindakan yang mencerminkan hasil belajar yang dicapai masing-masing anak dalam perilaku tertentu. (M. Buchori, 1983: 24).
            Menurut Anas Sudjiono (1986: 30). Prestasi belajar adalah merupakan tolak ukur keberhasilan dari hasil aktivitas belajar yang telah dilakukan, meskipun anggapan ini masih perlu dipertanyakan. Karena aktivitas belajar tidak dapat dinilai dalam ranah kognitif, namun pada kenyataannya nilai (angka) yang diraih sebagai simbol untuk mengukur sudah menjadi kesepakatan bersama dalam dunia pendidikan yang ada.
Menurut Hadari Nawawi (1981: 100) prestasi belajar diartikan sebagai keberhasilan murid dalam mempelajari mata pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai jumlah mata pelajaran tertentu. Dengan mengutip pendapat Gagne yang  mengungkapkan bahwa prestasi belajar (educational echievement) terwujud berkat adanya perubahan dalam  kecakapan, tingkah laku, ataupun pematangan yang dapat bertahan lama, beberapa waktu dan yang tidak disebabkan oleh proses pertumbuhan tetapi oleh adanya suatu situasi proses belajar. Perwujudanya berupa perbuatan variabel-variabel maupun tulisan, keterampilan, keterampilan yang bersifat mekanikal dan pemecahan masalah yang langsung dapat diukur atau dinilai dengan mengunakan tes-tes yang sudah standar. Perubahan dalam hal kecakapan, tingkah laku, ataupun kemampuan itu diukur dengan apa yang mungkin dan dapat diperbuat setelah melalui proses belajar tersebut.
Aktivitas belajar dapat dikatakan berhasil dengan baik apabila perubahan yang diharapkan tersebut tercapai pada waktu yang ditentukan, sehingga evaluasi belajar merupakan keharusan untuk dilaksanakan secara bertahap hingga akhir dari proses belajar itu dapat mengetahui taraf keberhasilan siswa. Sehingga untuk mempermudah dalam mengistilahkan pengertian identik dengan nilai belajar, yaitu suatu nilai yang diberikan guru pada siswanya karena siswa melakukan suatu kegiatan sebagaimana yang telah diprogramkan dalam proses belajar-mengajar diadakan.
Sehingga untuk mempermudah dalam mengistilahkan dengan “nilai belajar”, yaitu suatu nilai yang diberikan guru kepada siswanya karena siswanya melakukan suatu kegiatan sebagaimana yang telah diprogramkan dalam proses belajar mengajar yang diadakan, nilai disini dimaksudkan nilai raport siswa.
Berdasarkan pengertian diatas untuk sementara dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan peserta didik di dalam melakukan kegiatan belajar. Prestasi belajar dapat diperoleh dengan perangkat tes dan hasil tes yang akan memberikan informasi-informasi tentang apa yang dikuasai oleh peserta didik. Peserta didik dapat dikatakan berhasil dalam belajar apabila prestasi yang diperoleh menunjukkan nilai yang tinggi atau sesuai dengan target yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Prestasi belajar dapat dilihat pada hasil evaluasi, sedangkan evaluasi yang dimaksud untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai berbagai hal yang pernah diajarkan sehingga dapat diperoleh gambaran tentang pencapaian program pendidikan secara menyeluruh.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar
            Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.
Yang tergolong faktor internal adalah:
1)      Faktor Biologis (jasmaniah) faktor biologis meliputi segala hal yang berhubungan dengan keadaan fisik atau jasmani individu yang bersangkutan. Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan sehubungan dengan faktor biologis ini di antaranya sebagai berikut.
a) Kondisi fisik yang normal.
Kondisi fisik yang normal atau tidak memilki cacat sejak dalam kandungan sangat menentukan keberhasilan belajar seseorang. Kondisi fisik yang normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca-indra, anggota tubuh seperti tangan dan kaki, dan organ tubuh bagian dalam yang akan menentukan kondisi kesehatan seseorang.
            Sekolah-sekolah umum biasanya keadaan fisik yang tidak normal jarang sekali menjadi masalah atau hambatan utama dalam belajar. Hal ini karena penerimaan murid disekolah umum itu telah diseleksi sedemikian rupa, sehingga murid yang diterima umumnya adalah mereka yang memiliki kondisi mental dan fisik yang normal.
b) Kondisi Kesehatan Fisik
Bagaimana kondisi kesehatan fisik yang sehat dan segar (fit) sangat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang. Namun demikian di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang sangat diperlukan. Hal-hal tersebut diantaranya adalah makan dan minum harus teratur serta memenuhi persyaratan kesehatan, olahraga secukupnya, dan istirahat yang cukup.
2)      Faktor Psikologis (rohaniah) Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Kondisi mental yang mantap dan stabil ini tampak dalam bentuk sikap mental yang positif dalam menghadapi segala hal, terutama hal-hal yang berkaitan dalam proses belajar. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal sebagai berikut.
a) Intelegensi
            Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang mempunyai intelegensi jauh dibawah normal akan sulit diharapkan untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam proses belajar. Sangat perlu dipahami bahwa intelegensi itu bukan merupakan satu-satunya faktor penentu keberhasilan belajar seseorang, Intelegensi itu hanya merupakan salah satu faktor dari sekian banyak faktor.
Disekolah-sekolah umum masalah kegagalan belajar yang disebabkan intelegensi yang rendah, tidak banyak dijumpai kecuali jika seleksi penerimaan siswa disekolah tersebut tidak dilakukan dengan baik. Masalah belajar yang lebih sering terjadi disekolah-sekolah umum justru sebaliknya, yaitu tidak sedikit siswa yang intelegensinya normal atau bahkan diatas rata-rata tetapi prestasi belajarnya rendah. Jelas hal ini membuktikan bahwa seseorang yang intelegensinya tinggi tidak akan bisa mencapai prestasi belajar yang baik jika tidak ditunjang faktor-faktor lain yang juga menentukan keberhasilan belajar seperti kemauan, kerajinan, waktu atau kesempatan, dan fasilitas belajar.


            b) Kemauan
                        kemauan dapat dikatakan sebagai faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Lebih dari itu, dapat dikatakan kemauan merupakan  pengerak utama yang menentukan keberhasilan seseorang dalam setiap segi kehidupannya. Bagaimanapun baiknya proses belajar yang dilakukan seseorang, hasilnya akan kurang memuaskan jika orang tersebut tidak mempunyai kemauan yang keras. Hal ini disebabkan kemauan itu berpengaruh langsung terhadap berbagai faktor lain, seperti daya konsentrasi, perhatian, kerajinan, penemuan suatu metode belajar yang tepat, dan ketabahan dalam menghadapi kesulitan belajar.
            c)  Bakat
                        Bakat memang merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang keberhasilan belajar seseorang dalam suatu bidang tertentu. Perlu diketahui bahwa biasanya bakat itu bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.
            d) Daya Ingat
                        Daya ingat sangat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang, karena sangat mudah dimengerti. Tahap-tahap tentang proses mengingat yaitu melalui tahap:
1)      Mencamkan (memasukkan) kesan
2)      Menyimpan kesan
3)      Memproduksi (mengeluarkan kembali) kesan.
Karena itu, daya ingat dapat didefinisikan sebagai daya jiwa untuk memasukkan, menyimpan, dan mengeluarkan kembali suatu kesan. Pengertian kesan disini adalah gambaran yang tertinggal di dalam jiwa atau pikiran setelah kita melakukan pengamatan.


Yang tergolong faktor eksternal yaitu:
1)      Faktor Lingkungan Keluarga
Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menentukan perkembangan pendidikan seseorang, dan tentu saja merupakan faktor pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Kondisi lingkungan keluarga yang sangat menentukan keberhasilan belajar seseorang diantaranya ialah adanya hubungan yang harmonis diantara sesama anggota keluarga, tersedianya tempat dan peralatan belajar yang cukup memadai, keadaan ekonomi keluarga yang cukup memadai, suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian yang besar dari orang rua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya.
2)      Faktor Lingkungan sekolah
Satu hal yang paling mutlak harus ada disekolah untuk menunjang keberhasilan belajar adalah adanya tata tertib dan disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten. Disiplin tersebut harus ditegakkan secara menyeluruh dari pimpinan sekolah yang bersangkutan, para guru, para siswa, sampai karyawan sekolah lainnya. Dengan cara seperti inilah proses belajar akan dapat berjalan dengan baik.
Kondisi lingkungan sekolah juga dapat mempengaruhi kondisi belajar antara lain adalah adanya guru yang baik dalam jumlah yang cukup memadai sesuai dengan jumlah bidang studi yang ditentukan, peralatan belajar yang cukup lengkap, gedung sekolah yang memenuhi persyaratan bagi berlangsungnya proses belajar yang baik, adanya teman yang baik, adanya keharmonisan hubungan diantara semua personil sekolah.
3)  Faktor Lingkungan Masyarakat
Lingkungan atau tempat tertentu yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah lembaga-lembaga pendidikan nonformal yang melaksanakan kursus-kursus tertentu, misalnya kursus bahasa asing, keterampilan tertentu, bimbingan tes, kursus belajar tambahan yang menunjang keberhasilan belajar disekolah, sanggar organisasi keagamaan.
Lingkungan atau tempat tertentu yang dapat menghambat keberhasilan belajar antara lain adalah tempat hiburan tertentu yang banyak dikunjungi orang yang lebih mengutamakan kesenangan atau hura-hura seperti diskotik, bioskop, pusat-pusat perbelanjaan yang meransang kecenderungan konsumerisme, dan tempat-tempat hiburan lainnya yang memungkinkan orang dapat melakukan perbuatan maksiat seperti judi, mabuk-mabukan, penyalahgunaan zat atau obat.
Untuk mengatasi hal ini, kiranya peranan pendidikan dirumah dan disekolah harus lebih ditingkatkan untuk mengimbangi pesatnya perkembangan lingkungan masyarakat itu sendiri.
      4)  Faktor Waktu
Bahwa waktu (kesempatan) memang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar seseorang. Sebenarnya yang sering menjadi masalah bagi siswa bukan ada atau tidak adanya waktu, melainkan bisa atau tidaknya mengatur waktu yang tersedia untuk belajar. Selain itu masalah yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mencari dan menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya agar disatu sisi siswa dapat menggunakan waktunya untuk belajar dengan baik dan disisi lain mereka juga dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat hiburan atau rekreasi yang sangat bermanfaat pula untuk menyegarkan pikiran.
Adanya keseimbangan antara kegiatan belajar dan kegiatan yang bersifat hiburan atau rekreasi itu sangat perlu. Tujuannya agar selain dapat meraih prestasi belajar yang maksimal, siswa juga tidak dihinggapi kejenuhan dan kelelahan pikiran yang berlebihan serta merugikan (Thursan Hakim, 2000: 11-21)

Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:
1)  Faktor-faktor stimulus belajar.
Stimulus belajar disini yaitu segala hal diluar individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimulus dalam hal ini mencakup material, penugasan, serta suasana lingkungan eksternal yang harus diterima dan dipelajari oleh pelajar. Berikut ini dikemukakan beberapa hal yang berhubungan dengan faktor-faktor stimulus belajar.
a) Panjangnya bahan pelajaran
b) Kesulitan bahan pelajaran
c) Berartinya  bahan pelajaran
d) Berat ringanya tugas
e) Suasana lingkungan eksternal.
2)  Faktor-faktor metode belajar.
Metode belajar yang dilakukan oleh guru sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh pelajar. Dengan perkataan lain, metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar. Faktor-faktor metode belajar menyangkut hal-hal berikut ini
      a) Kegiatan berlatih atau praktik.
      b) Overlearning dan drill.
      c) Resitasi selama belajar.
      d) pengenalan tentang hasil-hasil belajar.
      e) Belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian.
      f) Penggunaan modalitas indra.
      g) Bimbingan dalam belajar.
      h) Kondisi-kondisi insentif.
3) Faktor-faktor individual.
a) Kematangan.
b) Faktor usia kronologis.
c) Faktor perbedaan jenis kelamin.
d) Pengalaman sebelumnya.
e) Kapasitas mental.
f) Kondisi kesehatan jasmani.
g) Kondisi kesehatan rohani.
h) Motivasi (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 2004: 138-146).
c. Penilaian Terhadap Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan suatu bentuk pengakuan terhadap hasil belajar. Suatu hasil belajar dapat dikategorikan memiliki prestasi jika hasil belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Gagne dalam bukunya Nana Sudjana, (2005: 22) membagi lima macam hasil belajar, yaitu invormasi verbal, ketrampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan ketrampilan motoris. Konsep Gagne pada dasarnya sesuai dengan konsep taksonomi Bloom, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Nana Sudjana (2005:23) menjelaskan bahwa hasil belajar dalam ranah kognitif berupa pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pengetahuan merupakan hasil belajar paling awal yang biasanya diterapkan dalam pembelajaran yang bersifat hafalan seperti rumus, definisi, istilah, perundangan, dan lainnya. Setelah pengetahuan, tingkat berikutnya adalah pemahaman yang terdiri dari pemahaman terjemahan arti sebenarnya, pemahaman penafsiran dengan menghubungkan suatu pemahaman dengan pemahaman sebelumnya, dan pemahaman ekstrapolasi yang berupa pemahaman terhadap makna di balik pemahaman yang tampak. Tahapan kognitif aplikasi berupa penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus, yang dapat berupa ide, teori atau petunjuk teknis. Tahap aplikasi dapat diterapkan untuk menjelaskan suatu gejala baru berdasarkan gejala yang telah diketahui sebelumnya. Tahap analisis merupakan tahap memilah suatu integritas menjadi bagian-bagian sehingga jelas susunannya. Dengan analisis diharapakan siswa mempunyai pemahaman yang komprehensif dan terpadu sehingga mampu mengaplikasikannya pada situasi baru yang kreatif. Pada tahap evaluasi siswa telah mampu membuat suatu keputusan tentang nilai berdasarkan tujuan, gagasan, metode dan lain-lain.
Belajar afektif berhubungan dengan sikap dan nilai. Dalam masyarakat pada umumnya berkembang asumsi bahwa ranah afektif tidak dapat diukur, namun beberapa ahli menyatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi.
Nana Sudjana (2005, 30) mengkategorikan lima jenis hasil belajar afektif, yaitu:
  1. Reciving atau attending yang berupa kepekaan dalam menerima stimulan dari luar yang berbentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.
  2. Responding, berupa reaksi yang diberikan terhadap stimulan dari luar seperti perasaan, ketepatan reaksi, dan kepuasan dalam menjawab stimulan.
  3. Valuing (penilaian) berhubungan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala dan stimulus seperti penerimaan terhadap nilai atau kesepakatan terhadap nilai.
  4. Organisasi, berupa pengembangan nilai ke dalam satu sistem organisasi seperti konsep tentang nilai maupun organisasi nilai.
  5. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yaitu perpaduan sistem nilai yang mempengaruhi terhadap kepribadian dan perilakunya.

Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk skill dan aktivitas siswa. Menurut Nana Sudjana (2005, 31) hasil belajar psikomotorik merupakan tahap kelanjutan dari belajar afektif, sehingga aktivitas yang muncul merupakan kelanjutan dari sikap (afektif) seperti segera memasuki kelas saat guru datang, mencatat bahan pelajaran, membaca buku referensi, latihan mengerjakan soal, mampu bergaul dan lain sebagainya.

Menurut Sumadi Suryabrata (1994: 17). Tentang penilaian prestasi belajar di kelompokkan menjadi tiga adalah sebagai berikut:
1)      Dasar psikologis
Didalam tiap usaha manusia pada umumnya selalu dibutuhkan penilaian terhadap usaha-usaha yang telah dilakukan, yang berguna sebagai bahan orientasi untuk mengahadapi usaha-usaha yang lebih jauh secara psikologis. Setiap orang selalu butuh mengetahui sampai sejauh manakah dia berjalan menuju kepada tujuan yang ingin atau yang harus dicapai.
2)      Dasar didaktis
Mengenai dasar ini dapat ditinjau dari dua segi, yaitu:
a)      Ditinjau dari segi anak didik, pengetahuan akan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai pada umumnya berpengaruh pada pekerjaan artinya menyebabkan prestasi belajar yang selanjutnya itu lebih baik.
b)      Dipandang dari segi guru, dengan menilai hasil atau kemajuan murid-muridnya, sebenarnya guru tidak hanya menilai hasil usaha muridnya saja. Tetapi sekaligus ia juga menilai hasil-hasil usaha sendiri, dengan mengetahui hasil-hasil usaha muridnya itu guru menjadi tahu seberapa jauh dan dalam hal mana dia berhasil serta dalam hal mana dia gagal.
3)      Dasar administratif
Orang menilai hasil pendidikan itu juga mempunyai dasar administratif, dengan adanya penilaian yang rumusnya berwujud raport maka dapat dipenuhi berbagai kebutuhan administratif. Dengan demikian penilaian merupakan bagian yang terpenting dari proses belajar mengajar, penilaian itu bermanfaat bagi guru karena dapat membantu menjawab masalah-masalah penting mengenai siswanya dalam prosedur mengajarnya bahkan memberikan inti laporan tentang kemajuan murid-muridnya terhadap orang tua mereka masing-masing.




3. MATEMATIKA
Matematika merupakan suatu ilmu yang melatih seseorang untuk berfikir efisisen, jelas, tepat dan cepat. Simbol dan konsep dalam matematika merupakan alat untuk mengatakan pendapat atau gagasan secara kuantitatif. Pada matematika diletakkan dasar bagaimana cara berfikir dan bertindak melalui aturan dalil dan aksioma.
Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya yang sudah diterima, sehingga keterkaitan antara konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas .(Irzani, 2009: 6) .
Matematika sebagai ilmu deduktif ini berarti proses pengerjaan matematika harus bersifat deduktif. Matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan pengamatan (induktif), tetapi harus berdasarkan pembuktian deduktif.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hakekat belajar matematika adalah suatu kegiatan psikologi, yakni kegiatan aktif dalam memahami dan menguasai serta mengkaji berbagai konsep dan struktur yang terdapat dalam bahasa yang dipelajari serta hubungan antar objek-objek matematika sehingga diperoleh pengetahuan baru atau peningkatan pengetahuan dan perubahan tingkah laku.

B. Kerangka Pikir
Selama ini pembelajaran matematika hanya di dalam kelas lebih didominasi oleh kegiatan guru dengan metode ceramah dan pemberian tugas kepada siswa sedangkan kegitan siswa lebih banyak diam menyimak penjelasan guru, mencatat hal-hal yang dianggap penting, dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru Akan diusahakan agar ada bimbingan di luar jam skolah. Dengan kondisi demikian maka tidak menutup kemungkinan nilai matematika yang diperoleh siswa menjadi sangat rendah karena materi matematika yang diterima siswa tidak dapat bertahan lama didalam pemikiran siswa dan pelajaran matematika hanya sebatas materi hafalan saja.
 Hal tersebut disebabkan oleh cara penyajian matematika yang kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit.
Pembelajaran matematika yang mengembangkan kemampuan siswa melalui interaksi guru dengan cara yang ramah, dan bersifat komunikatif dan akan membantu siswa membentuk sendiri pemahaman matematikanya dengan bantuan guru sehingga pengetahuan yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan untuk mendapatkan prestasi belajar yang maksimal dalam pelajaran matematika. Oleh karena itu dalam penelitian ini dicoba mengambil suatu tindakan agar pemahaman belajar siswa dapat meningkat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan dibawah:


Rounded Rectangle: KBM
 

                                                                                                                                     


Rounded Rectangle: Kurangnya minat dan prestasi siswa
 

Rounded Rectangle: Memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dan mengelola informasi sehingga siswa bisa langsung berintraksi dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif. 


 

                                               
Rounded Rectangle: Perestasi  yang diproleh akan bertahan dalam waktu yang lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan, sehingga siswa dapat mencapai prestasi yang maksimal dalam pelajaran matematika.                 
C. Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2004), Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara atau kesimpulan yang diambil untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian. Sedangkan menurut pendapat lain, Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang dikumpulkan (Suharsimi Arikunto, 2002). Sehubungan dengan kedua pendapat di atas, maka hipotesis menurut penulis adalah dugaan yang yang bersifat sementara terhadap suatu  penelitian sampai bisa dibuktikan kebenarannya melalui data yang dikumpulkan.
Terkait dengan hipotesis di atas, dalam penelitian ini akan diajukan Hipotesis alternatif (Ha) yang berbunyi bahwa, Terdapat Pengaruh Bimbingan Belajar Terhadap Prestasi Belajar matematika siswa Kelas XI MA  Tarbiyatul Muslimin ,Dasan Maalan Desa Paok motong Kec Masbagik Tahun 2011/2012
Prestasi belajar matematika dengan adanya siswa yang mengikuti bimbingan belajar lebih baik dibandingkan siswa yang tidak mengikuti bimbingan belajar.















BAB III
 METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
         Rencana Penelitian ini dilakukan di MA Tarbiyatul Muslimin ,Dasan Maalan Desa Paok motong Kec Masbagik Kabupaten Lombok Timur. Waktu pelaksanaannya mulai dari bulan November  s/d januari 3012
B. Populasi dan sampel
     1. Populasi
            Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006: 130). Ahli lain mengatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang memiliki kualitas dan karakter tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik simpulan. Berdasarkan penegertian tersebut maka populasi atau subjek dalam penelitian ini adalah  siswa kelas XI MA Tarbiyatul Muslimin Tahun pelajaran 2011/2012
Tabel.01
      Setelah melakukan observasi di dapat data keadaan siswa sebagai berikut :
 Keadaan populasi di MA Tarbiyatul Muslimin  tahun pembelajaran 2011 / 2012
No
Kelas
Banyak siswa
1
X A
40
2
X B
41
3
XI A
40
4
XI B
42
5
XII A
35
6
XII B
32
Jumlah
190



      2. Sampel Penelitian
               Sampel merupakan bagian dari populasi. Berhubungan dengan itu, suatu pendapat mengatakan ”jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi maka disebut penelitian sampel. Sampel adalah bagian atau wakil dari populasi yang diteliti.(Suharsimi Arikunto, 2006: 131)
               Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan sampel random sampling yaitu pengambilan yang dilakukan secara undian atau acak. Jika subjeknya kurang dari 100, maka sebaiknya diambil semuanya menjadi sampel sehingga merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlahnya besar dapat diambil sampel antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih. (Suharsimi Arikunto, 2006: 134).
               Pada hasil obeseravasi yang dilakukan sebelumnyaoleh peneliti, peneliti menjadikan sampel penelitian kelompok eksperimen adalah kelas XI B dengan jumlah siswa 42 siswa dan kelompok kontrol adalah kelas XI A dengan jumlah siswa 40 orang.
Tabel.02
Keadaan sampel kelas XI MA Tarbiyatul muslimin tahun pembelajaran 2010 / 2011
                 
Kelas
Jenis Kelamin
Jumlah Siswa
L
P
Eksperimen
17
25
42
Kontrol
18
22
40

C. Desain Penelitian
            Penelitan ini adalah penelitin eksperimen karena gejala yang diteliti ditimbulkan dengan sengaja dengan desain penelitian dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.

            Dari wacana di atas, maka dapat dideskripsikan desain penelitian sebagai berikut:
1)   Membagi objek penelitian ke dalam beberapa kelompok (cluster) yang lebih kecil,
2)    Memilih beberapa cluster (secara acak) sebagi sampel,
3)      Menerapkan model yang dijadikan sebagai variabel bebas kepada kelompok  eksperimen, kepada kelompok kontrol pemelajaran seperti biasa,
4)    Melakukan evaluasi kepada kedua kelompok (kelompok eksperimen dan kelompok (kontrol) melalui post test
Untuk lebih jelasnya, pada penelitian nantinya calon peneliti merencanakan desain peneliitan sebagaimana tertera pada tabel dibawah.
                                 Tabel 03
                           Desain penelitian
E
X
Y
K
­­__
Y

                Keterangan:
                        E = Kelompok Eksperrimen
                        K = Kelompok Kontrol
                                Y = Post Test
                        X  = Perlakuan (Trutment)
D. Teknik Pengumpulan Data
  1. . Identifikasi Variabel
      Pada variabel ini, terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Menurut Suharsimi pada bukunya prosedsur penelitian mengatakan ”variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau independent variabel (X). Sedangakan variabel akibat disebut varibel tidak bebas, variabel tergantung, variabel terikat atau dependent variabel (Y). (Suharsimi Arikunto, 2002: 97)
      Dari wacana di atas, terdapat dua variabel pada penelitian ini yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel bebas adalah Model yang digunakan pada penelitan ini dalam hal ini Bimbingan Belajar Matematika. Sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar siswa.
  1. . Difinisi Operasional Variabel
a. Bimbingan belajar matematika
           Bimbingan belajar dapat diartikan sebagai proses pemberian bantuan dari guru atau guru pembimbing kepada siswa agar terhindar dari kesulitan belajar, yang mungkin muncul selama proses pembelajaran, Sehingga siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal. yang dikembangkan dengan mengacu pada keaktifan siswa dan motivasi guru yang diasumsikan mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar khususnya di MTs Tarbiyatul Muslimin Dasan Malan.
           b.Prestasi
         Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai individu setelah yang bersangkutan mengalami proses belajar atau diajarkan pengetahuan tertentu. Menurut Nashar (2004 : 77) hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui proses belajar yang berupa nilai.

        3.  Instrumen dan Teknik Pengukuran
Untuk manusia, instrumen yang berupa tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar antara lain: tes untuk mengukur intelejensi (IQ), tes minat, tes bakat khusus, dan sebagainya. Khusus untuk tes prestasi belajar yang biasa digunakan di sekolah dapat dibagi menajdi dua, yaitu: tes bantuan guru dan tes standar.
Dengan banyaknya teknik yang ada diharapkan peneliti menggunakan metode yang tepat dalam mengumpulkan data sehingga hasilnya dapat dipertanggung jawabkan. Setelah itu disusul dengan penyusunan instrumen.
Menyusun instrumen adalah pekerjaan penting dalam penelitian. Akan tetapi, pengumpulan data jauh lebih penting apalagi peneliti yang menggunakan metode yang kecenderungannya dimasuki oleh minat peneliti. Semakin kurangnya pengalaman pengumpulan data, maka semakin mudah dipengaruhi oleh kepentingan pribadi. (Suharsimi Arikunto, 2002: 197)
Pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpukan data penelitiannya. Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas dalam mengumpukan data. Instrumen penelitian membantu pekerjaan peneliti menjadi lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua jenis metode, yaitu:
a.       Metode Angket
Angket ialah daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirimkan untuk diisi oleh responden (Burhan Bungin, 2005: 123) sesuai dengan permintaan pengguna (Suharsimi Arikunto, 2006: 152). Angket yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket tertutup, yaitu angket yang disajikan sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda pada tempat atau kolom yang sesuai atau dengan kata lain responden tinggal memilih jawaban yang telah disiapkan (Suharsimi Arikunto, 2006: 152). Angket merupakan salah satu jenis data primer karena didapat langsung dari pihak pertama (Usman, 2003 : 73).
Angket disusun dengan menggunakan skala likert atau rating-scale (skala bertingkat) sebagai alat ukur sikap responden terhadap pernyataan yang diberikan. Kategori jawaban terdiri atas 4 alternatif jawaban, untuk analisis secara kuantitatif, maka alternaltif jawaban diberi skor dari 1 sampai 4, dengan rincian sebagai berikut:

4          :  Sangat Setuju atau sangat tinggi
3          : Setuju atau tinggi
2          : Tidak Setuju atau rendah
1          : Sangat Tidak Setuju atau rendah sekali (Suharsimi Arikunto, 2006: 152).
b.      Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan suatu cara memperoleh data mengenai hal-hal tertentu terutama peninggalan tertulis, arsip-arsip dan sebagaimana yang berkaitan dengan subyek yang diteliti yaitu siswa-siswi SMP Negeri 8 Yogyakarta. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang gambaran umum tentang SMP Negeri 8 Yogyakarta secara terperinci dan metode dokumentasi ini digunakan untuk mencari data yang berkaitan dengan siswa yang menjadi subyek dalam penelitian dini, apabila ada kekeliruan dengan data yang sudah diperoleh.
E. Teknik Analisis Data
1)      Analisis Diskripsi Data
 Data yang diperoleh dideskripsikan dengan menggunakan statistik deskriptif. Statistik deskriptif ini meliputi penentuan skor maksimal ideal (Smi), harga rata-rata (Mi) dan standar deviasi ideal (Sdi).
Untuk menentukan harga Mi dan Sdi dapat digunakan rumus sebagai berikut :
Mi   =  (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)
Sdi  = (skor maksimal ideal – skor minimal ideal)
(Nurkancana,1986)
            Berdasarkan harga Mi dan Sdi maka dibuat tabel konversi untuk pengkategorian masing-masing variabel sebagai berikut :
Mi + 1Sdi         sampai  Mi + 3 Sdi       = tinggi
Mi – 1Sdi         sampai  Mi + Sdi          = sedang
Mi – 3Sdi         sampai  Mi – 1Sdi        = rendah
Untuk kemantapan penelitian perlu peneliti menjelaskan tentang:
1.    Uji validitas
untuk mengetahui validitas instrumen maupun angket persepsi digunakan rumus sebagai berikut :
 
(Suharsimi Arikunto 2003 :72)
Dimana :                      
X         = skor item
Y         = skor total
N         = cacah subyek
r       = angka validitas item.
 Kriteria  harga  dari  adalah sebagai berikut :
Item tes dikatakan valid jika  pada taraf signifikan 5%
2.      Uji reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen yang disusun dapat dipercaya sebagai alat pengumpulan data, instrumen memiliki keajegan dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya kapanpun digunakan, akan memberikan hasil yang relatif sama.
Untuk mengukur indeks reliabilitas secara keseluruhan pernyataan angket digunakan rumus alpha:
        ( Suharsimi Arikunto 2003: 171)
Dimana:
                   = Reliabilitas instrumen
n                      = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
             = Jumlah varians soal
                  = Varians total
Kriteria reliabilitas adalah :
0<     <0,19    : Sangat rendah
0,20<<0,38    : Rendah
0,39<<0,58    : Cukup
0,59<<0,78    : Tinggi
0,79<<1,00    : Sangat tinggi
3.      Derajat kesukaran (DK)
      Soal yang baik adalah soal yang mempunyai derajat kesukaran memadai dalam arti tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Untuk mengukur derajat kesukaran soal digunakan rumus sebagai berikut :
                                 (Suharsimi Arikunto, 2003: 208)
Dimana :
DK         = Derajat kesukaran
B             = Banyaknya siswa yang menjawab dengan benar
Js            = Jumlah seluruh peserta tes
                 Kriteria indeks kesukaran soal:
0,00<DK< 0,30           = Sukar
0,31<DK< 0.70  = Sedang
0,71<DK< 1,00  = Mudah
4.      Daya Pembeda (DP)
           Daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai berdasarkan kriteria tertentu. Untuk mengetahui daya pembeda dari masing-masing item soal digunakan rumus :     
DP = PA – PB                            (Suharsimi Arikunto, 2003: 213)

Keterangan:
DP = Daya pembeda
PA = Proporsi kelompok atas yang dapat menjawab dengan betul.
PB  = Proporsi kelompok bawah yang menjawab betul.
BA = Banyak kelompok atas yang menjawab betul
BB = Banyak kelompok bawah yang menjawab betul
 JA =  Jumlah kelompok atas
 JB = Jumlah kelompok bawah
Kriteria daya pembeda:
0,00≤DP<0,20     adalah jelek
0,20≤DP<0,40     adalah cukup
0,40≤DP<0,70     adalah baik
0,70≤DP<1,00     adalah baik sekali

Teknik analisi Data dalam penelitian ini adalah analisa statistik parametris. Statistik parametris memerlukan terpenuhi banyak asumsi. Asumsi yang utama adalah data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Selanjutnya dalam penggunaan salah satu test mengharuskan data dua kelompok yang diuji harus homogen. dalam regresi harus terpenuhi asumsi linieritas. (Sugiono, 2010: 210)
a.       Uji Normalitas
Untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang beristribusi normal dengan Chi Kuadrat sebagai berikut
Keterangan
 = Chi Kuadrat
fo = frekuensi yang ada
fh = frekuensi yang diharapkan
                                                ( Sugiono, 2007: 82)
Kriteria pengujian normalitas data ini adalah hitung < tabel pada taraf signifikansi 5% dan derajad kebebasan (k-2), maka data yang diperoleh berdistribusi normal
b.      Uji linieritas
Data dianggap memenuhi asumsi dan persyaratan analisis data dipilih secara random, berdistribusi normal, berpola linier, dan mempunyai pasangan yang sama sesuai dengan subjek data ( Riduwan, 2004: 147)
Setelah uji normalitas data dilakukan maka langkah selanjutnya adalah menguji linieritas data dengan menggunakan uji F sebagai berikut:
F hitung  =                   (Riduwan, 2004: 150)
RJK = Regresi jumlah kuadrat tuna cocok
RJK  = Regresi jumlah kuadrat error
Dengan kriteria : Jika F hitung ≥ F tabel maka data yang terbentuk berpola tidak linier dan apabila F hitung ≤ tabel maka data yang terbentuk berpola linier.
2.      Teknik Uji Hipotesis Penelitian
            Untuk keperluan hipotesis dikatakan bahwa hipotesis yang artinya pertanyaan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kenyataanya (Riduwan, 2004: 36). Atas dasar pendapat tersebut maka hipotesis yang telah diajukan dalam peneliti ini masih perlu diuji kebenarannya. Hal ini didasarkan pada pendapat yang menyatakan bahwa dalam pengujian hipotesis, Ha diubah menjadi Ho. Ho merupakan hipotesis yang diuji nantinya akan ditolak atau diterima tergantung kenyataanya. Sehubungan dengan hipotesis di atas maka untuk menguji signifikasi hubungannya maka digunakan uji regresi sederhana.
      Adapun rumus yang digunakan dalm uji regresi adalah :
                                                (Sambas dan Maman, 2007: 188)
Dimana:
 = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan
a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan)
a =
b = Nilai arah yang diprediksikan
b =
x = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai te     rtentu.

Untuk menguji signifikan dengan rumus
F hitung =
 Kaidah pengujian signifikan:
Jika F hitung ≥ F tabel maka Ho ditolak artinya signifikan dan
jika F hitung ≤ F tabel maka Ho diterima artinya tidak signikan
Sedangkan rumus rumus untuk:
F tabel = F (1-)(dk Reg (b/a), (dek Res)

Jumlah kuadrat
 Regresi (JK) =
  Regresi JK = b
 Residu (JK) =
Mencari rata-rata
RJK
RJK
RJK
Dimana:
Ha : Terdapat Pengaruh Bimbingan Belajar Terhadap Prestasi Belajar matematika
Ho :Tidak Pengaruh Bimbingan Belajar Terhadap Prestasi Belajar matematika















DAFTAR PUSTAKA

Suharsimi Arikunto.(2002) . Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cempaka
Sugiono.(2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.Bandung. Alfhabeta
Syaiful Bahri Djamarah. (1994). Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya : Usaha Nasional
Syaiful Bahri Djamarah.  (2002). Psikologi Belajar. Jakarta:  Rineka Cipta
http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar:12/06/2010
Oemar hamalik.( 1989).Teknik Pengukuran Dan Evaluasi Pendidikan.. Bandung:
Mandar Maju
Oemar hamalik.( 1983). Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung:
Tarsito
Miarso Yusufhadi(2005).Menyemai Benih Teknologi Pendidikan.Jakarta:Kencana.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto. 2003. Dasar-dasar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
http://skripsi-tesis-karyailmiah.blogspot.com Koleksi skripsi, tesis, artikel, jurnal, makalah, PTK, dan karya ilmiah lainnya


Komentar

Postingan populer dari blog ini

101 Kreasi Unik Dari Kardus Bekas

Turunan Fungsi

soal deret