Penerapan Pengukuh Positif dan Negatif

Bab I
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik) (Akhmad Sudrajat). seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mednorong timbulnya kekuatan pada diri individu; sikap yang dipengaruhi untuk pencapaian suatu tujuan (Wulyo, 1990); suatu variabel yang ikut campur tangan yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju satu sasaran (J.P. Chaplin, 2001).
Suatu kekuatan yang mendorong atau menarik yang tercermin dalam tingkah laku yang konsisiten menuju tujuan tertentu (Lusi, 1996). Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. (Angelina Yuri Pujilistiyani.Ch)
Setiap orang pasti memiliki motivasi. Tingkatannya bisa berbeda-beda tergantung dari stimulus (rangsangan) yang diberikan otak. Selain berbeda tingkatannya, motivasi juga memiliki obyek (sasaran) yang berbeda. Belum tentu setiap orang memiliki sasaran motivasi yang sama dengan tingkatan yang sama pula.
B. Beberapa Teori tentang Motivasi :
1. Teori Kepuasan ( Content Theory)
- Teori Hirarki Kebutuhan Maslow (Maslow’s Hierarchy of Needs).
- Teori Mc Clelland
- Teori X dan Y (XY Theory)
- Teori ERG (ERG Theory)
- Teori Kebutuhan Mc. Clelland (Mc. Clelland Theory)
- Teori Motivasi-Higiene (Hygiene-Motivation Theory)

2. Teori Proses (Process Theory)
- Teori Harapan (Expectancy Theory)
- Teori Penentuan Tujuan (Goal Setting Theory)
- Teori Penguatan (Reinforcement Theory)
- Teori Keadilan (Equity Theory)
C. Urgensi Memotivasi Diri
1. Selalu Bersemangat
2. Tekun dalam Bekerja
3. Tidak Bergantung Motivasi dari Orang Lain
4. Selalu berinisiatif dan kreatif
5. Produksi dalam bekerja
6. Tercapainya tujuan yang diinginkan
7. Meraih tujuan lebih cepat
8. Optimis terhadap masa depan
9. Menikmati hidup dan pekerjaan
10. Terhindar dari kesepian
11. Terhindar dari rasa jenuh
12. Menunaikan kewajiban syar’i
13. Melaksanakan sunnah Rasul
14. Memperoleh sukses di dunia dan akhirat
D. Hambatan Memotivasi Diri
1. Kurangnya percaya diri
2. Cemas
3. Opini negatif
4. Perasaaan tidak ada masa depan
5. Merasa diri tidak penting
6. Tidak tahu apa yang terjadi
7. Pengakuan semu
Bab II
PEMBAHASAN
A. Theory Teori Achievement Mc Clelland ( Kebutuhan Berprestasi)
David McClelland, seorang pakar psikologi yang terkenal telah mempelajari hubungan antara kebutuhan dengan perilaku sejak tahun 1940an. Ia membagi kebutuhan menjadi tiga jenis, yaitu prestasi (achievement), kekuasaan (power), dan afilasi (affilation). Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.
Merupakan teori yang dikenalkan oleh David McClelland (1961). Dasar teorinya tetap berdasarkan teori kebutuhan Maslow, namun ia mencoba mengkristalisasinya menjadi tiga kebutuhan:
Penjelasannya adalah sebagai berikut:
· Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)
· Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan soscialneed-nya Maslow)
· Need for Power (dorongan untuk mengatakan sesuatu)
B. Hirarki Maslow
Hirarki kebutuhan menurut Maslow adalah sebagai berikut:
1. The need for self-actualization
2. The esteem needs
3. The love needs
4. The safety needs
5. The 'physiological' needs
Dia berargumen bahwa seseorang tidak akan mencapai tingkat kebutuhan yang lebih tinggi sebelum tercapai kebutuhan yang di bawahnya. Misalnya, seseorang akan sulit mendapatkan kebutuhan akan cinta kalau kebutuhan fisiologisnya belum tercapai. Begitu seterusnya hingga sampai kebutuhan aktualisasi diri. Namun dalam penelitian selanjutnya ternyata ada individu yang tidak begitu saja harus membutuhkan kebutuhan di bawahnya sebelum meraih kebutuhan yang di atasnya.
C. Teori Keadilan (Equity Theory)
Teori ini dibentuk oleh J. Stacey Adams. Teori ini menerangkan tentang pekerja membandingkan kerjanya iaitu nisbah input dengan hasil yang relevan dan akan memperbetulkan sebarang ketidakseimbangan. Sekiranya pekerja mendapati nisbah input dengan hasil adalah sama, maka keadilan wujud, iaitu situasi yang seimbang. Sebaliknya, sekiranya ketidakadilan wujud, maka individu akan merasakan bahawa dia diberi ganjaran yang terkurang atau diberi ganjaran yang terlebih. Terdapat beberapa tindakbalas yang akan tercetus dalam teori ini, iaitu:
a. Memutarbelitkan input atau hasil mereka ataupun hasil orang lain.
b. Bertingkahlaku merangsang orang lain untuk mengubah input atau hasil.
c. Bertingkahlaku tertentu untuk mengubah input atau hasil mereka sendiri.
d. Memilih individu lain untuk dibuat perbandingan.
e. Letak jawatan
Sekiranya individu mendapati bahawa ganjaran atau upah yang diterima oleh mereka tidak setimpal, maka mereka akan berkelakuan seperti berikut:
a. Bagi pembayaran yang diterima berdasarkan masa kerja, pekerja yang diberi ganjaran terkurang akan mengeluarkan hasil kerja lebih daripada pekerja yang menerima bayaran setimpal.
b. Bagi pembayaran yang diterima berdasarkan kuantiti pengeluaran, pekerja yang diberi ganjaran terkurang akan mengeluarkan hasil kerja lebih bekerja lebih daripada pekerja yang menerima bayaran setimpal.
c. Bagi pembayaran yang diterima berdasarkan masa kerja, pekerja yang diberi ganjaran terkurang akan bekerja lebih daripada pekerja yang menerima bayaran setimpal.
D. Teori Harapan (Expectancy Theory)
Teori yang menerangkan tentang kecenderungan individu untuk bertingkahlaku tertentu berdasarkan jangkannya bahawa tingkahlaku tersebut berdasarkan kepada hasil yang menarik hatinya.
Terdapat 3 pembolehubah atau bentuk hubungan yaitu:
a. Jangkaan (expectancy) atau hubungan usaha-pencapaian : kebarangkalian jangkaan individu bahawa usaha akan membuahkan tahap pencapaian tertentu.
b. Instrumen/ kaedah (instrumentality) atau hubungan ganjaran-pencapaian : darjah kepercayaan individu bahawa kerja yang dilakukan berdasarkan kaedah tertentu akan membawa kepada hasil yang diingini.
c. Kesatuan (valence) atau tarikan ganjaran : darjah kepentingan yang diletakkan oleh individu terhadap hasil atau ganjaran yang boleh diperolehi dalam kerja. Valence menitikberatkan matlamat dan keperluan individu.
Bab III
KESIMPULAN
Kami menyimpulkan bahwa cara memotivasi diri perlu berpijak dari asumsi berikut;
1. Teori-teori motivasi yang ada merupakan rujukan utama dari cara menumbuhkan motivasi diri yang praktis dan mudah dilakukan.
2. Manusia memiliki empat dimensi diri yaitu mental, emosional, spiritual, dan fisik. Semua dimensi tersebut memiliki hubungan satu sama lain dan saling mempengaruhi satu sama lain.
3. Berbagai cara menumbuhkan motivasi dari sebenarnya bersumber dari empet dimensi manusia.
Dengan menghidupkan satu atau lebih dimensi manusia tersebut kita dapat termotivasi.
4. Setiap dimensi manusia tersebut memiliki sumber pemicu untuk menumbuhkan motivasi diri.
Sumber pemicu itu adalah :
- Visualisasi (visualitation) untuk dimensi mental.
- Tanggung jawab (responsibility) untuk dimensi spiritual.
- Kenyamanan dan kesukaan (excited) untuk dimensi emosional.
- Gerakan (move) untuk dimensi fisik.
5. Manusia pada dasarnya memiliki kemampuan memotivasi diri yang tidak terbatas. Semakin besar upaya kita untuk menyalakan sumber pemicu motivasi semakin besar mativasi yang dihasilkan.
6. Menumbuhkan motivasi diri sebenarnya banyak caranya.
Dibutuhkan kreativitas agar kita dapat memicu munculnya mativasi yang tinggi dalam diri kita. Namun kreativitas tersebut sebenarnya berputar pada menstimulus sumber pemicu motivasi yang ada pada empat dimensi manusia (yakni visualisasi, tanggung jawab, kenyamanan/kesukaan dan gerakan).



BAB I
PENDAHULUAN
Belajar merupakan masalah setiap orang, sehingga belajar merupakan istilah yang biasa didengar oleh telinga kita. Dimyati Mahmud (1989:121-122) menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku, baik yang dapat diamati maupun tidak dapat diamati secara langsung, dan terjadi dalam diri seseorang karena pengalaman.
Dalam belajar terdapat perubahan tingkah laku yang meliputi kogmitif, afektif, psikomotorik, dan campuran dan belajar merupakan suatu proses usaha, hasil belajar yang berupa tigkah laku kadang-kadang dapat diamati tetapi proses belajar itu sendiri tidak dapat diamati secara langsung.Proses belajar tidak dapat berjalan dengan lancar tanpa memperhatikan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan. Salah satu teknik penerapan prinsip belajar yang cukup efektif adalah meningkatkan dan memelihara perilaku/tingkah laku.
Teknik terbaik bagi peningkatan dan pemeliharaan perilaku ialah penerapan prosedur pengukuhan positif dan pengukuhan negatif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengukuhan Positif
1) Pengertian Pengukuhan Positif
Pengukuhan positif (positif reinforcement) terjadi apabila suatu stimulus (benda/kejadian) dihadirkan/terjadi sebagai akibat/konsekuensi dari suatu perilaku dan bila karenanya keseringan munculnya perilaku tersebut meningkat/terpelihara. Misalnya, seorang pengemis datang meminta-minta, kita memberinya seribu rupiah. Maka pengemis ini esok akan datang kembali kepada kita.
Stimulus yang terjadi/dihadirkan mengikuti/menjadi konsekuensi perilaku dan menyebabkan perilaku berulang/terpelihara, hal itulah yang disebut pengukuh positif (positif reinforcer) uang, makanan, dan lain sebagainya disebut pengukuh positif apabila penyajiannya meningkatkan kemungkinan berulangnya suatu perilaku.
Dalam penerapan mosifikasi perilaku pengukuh tidak dibiarkan terjadi secara alamiah (natural consequence) tetapi diatur sedemikian rupa agar menjadi konsekuensi tindakan/perilaku yang ingin ditingkatkan atau dipelihara.
2) Penerapan Efektif Pengukuhan Positif
Agar pengukuhan positif dapat dilakukan secara efektif, perlu diperhatikan beberapa syarat:
a. Menyajikan Pengukuh Seketika
Penyajian pengukuhan seketika setelah tindakan/perilaku berlangsung lebih efektif daripada penyajian tertunda. Salah satu alasan utamanya adalah perilaku tadi belum disisipi oleh perilaku lain pada saat mendapatkan pengukuh. Akibatnya efek pengukuh tidak terbagi dengan perilaku lain dan orang mengetahui perilaku yang dikukuhkan.
Dalam beberapa hal pengukuh yang tertunda tetap dapat tetap efektif. Bagi orang dewasa normal yang tidak terlalu bodoh, toleransi terhadap penundaan pengukuh telah berkembang. Efektifitas penundan ini disebabkan dijembatani dengan isyarat atau janji bahwa pengukuh akan menyusul kemudian. Dan pada anak-anak isyarat ini dapat dibuat konkrit dengan menggunakan pengukuh kepingan.
b. Memilih Pengukuh Yang Tepat
Tidak semua imbalan menjadi pengukuh yang positif. Orang juga mengira bahwa stimulus yang memenuhi kebutuhan fisioligis (makanan, istirahat, air, seks, dll) adalah pengukuh yang efektif. Hal ini tidak sepenuhnya benar, banyak variabel yang berpengaruh. Oleh karena itu, pengukuh yang dipilih harus terbukti efektif bagi subyek tertentu dalam situasi tertentu.
1. Makanan sebagai Pengukuh
2. Benda sebagai Pengukuh
3. Benda yang dapat ditukar sebagai Pengukuh
4. Aktivitas atau acara sebagai Pengukuh
5. Tindakan sosial sebagai Pengukuh
c. Mengatur Kondisi Situasional
Tidak semua perilaku perlu diulang setiap waktu. Banyak perilaku yang telah dibentuk, dipelihara, atau ditingkatkan, hanya cocok dilaksanakan pada kondisi situasional. Agar perilaku yang mendapat pengukuhan berulang pada saat dan tempet yang tepat, perlu diatur kondisi situasional pemberian pengukuh. Bila yang diharapkan perilaku yang diskriminatif (ialah yang membedakan waktu dan tempat), maka pengukuhan diberikan pada tempat/saat yang diinginkan.
Misalnya, Lia mendapat pengukuh berupa pakaian boneka bila ia siap pukul 06.30 dan bila hari itu bukan hari libur. Agar kondisi situasional ini efektif, maka perlu didukung oleh komunikasi yang jelas dan subyek diminta untuk memperhatikan kondisi situasional ini.
d. Menentukan Kuantitas Pengukuh
Keputusan mengenai kuantitas pengukuh ialah banyaknya pengukuh yang akan diberikan setiap kali, tergantung pada beberapa pertimbangan. Misalnya pertimbangan macam pengukuh dan keadaan deprivasinya serta pertimbangan usaha yang harus dilakukan untuk mendapatkan satu kali pengukuhan.
Mengingat adanya kejenuhan/kekenyangan apabila yang digunakan adalah makanan, maka perlu dicoba dan diamati efeknya. Berapa lama tidak makan sebelumnya, dan berapa banyak makanan dengan kuantitas tersebut masih tetap efektif harus dicobakan.
Bila menggunakan pengukuh sosial, deprivasi (berapa lama pengukuh tidak diperoleh) dan kejenuhan karena pengukuhan ini, tidak menimbulkan masalah. Senyum atau ucapan “terima kasih, ya” tetap dapat efektif meskipun diperoleh berulang-ulang.
Menggunakan pengukuh isyarat,perlu memperhatikan jumlah yang harus diperoleh untuk dapat digantikan dengan mengukuh idaman. Bila jumlah tidak mungkin terjangkau maka pengukuhan ini tidak efektif.demikian juga dengan penggunaan pengukuh bersyarat juga harus diikuti pengukuh tak bersyarat. Kejenuhan akan timbul jika pengukuh bersyarat diberikan terlalu banyak dibandingkan pengukuh tak bersyarat.
e. Memilih Kualitas/Kebaruan Pengukuh
Apabila dibanding-bandingkan, orang lebih menyukai sesuatu yang berkualitas tinggi atau sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru cenderung menghilangkan kebosanan segingga dapat menjadi pengukuh yang kuat. Sebaliknya, sesuatu yang baru juga dapat menimbulkan keraguan atau ketakutan sehingga tidak efektif sebagai pengukuh. Kualitas pengukuh yang tidak sesuai dengan harapan penerima menyebabkan efektifitasnya menuruun, bahkan tidak efektif sama sekali.
Pengukuh sosial juga tidak cukup kuat (misalnya anggukan sedikit, senyum kecil); dapat terlalu kuat (anggukan yang terlalu mantap atau senyum meringis yang terlalu lebar). Demikian juga oran yang terlalu membuat pengukuhan sosial akan membuat orang lain risau, dan pengukuh yang diberikan akan menjadi rendah nilainya.
f. Memberikan sampel pengukuh
Telah disebutkan bahwa pengukuh yang baru atau belum dikenal tidak efektif karena menimbulkan keraguan atau ketakutan. Karena itu kadang-kadang perlu diperkenalkan terlebih dahulu dengan memberikan sampel (diberi kesempatan untuk mencicipi). Bila subyek telah merasakan nikmatnya pengukuh, stimulus itu dapat mulai dicobakan sebagai pengukuh.
g. Menanggulangi Pengaruh Saingan
Manusia hidup dalam alam kompleks. Banyak pengukuh maupun hukuman yang menimpa perilaku-perilaku seseorang yang berupa reaksi-reaksi dari lingkungan maupun diri sendiri. Beberapa reaksi lebih kuat dari reaksi yang lain, beberapa saling bersaing sehingga menimbulkan konflik.
h. Mengatur Jadwal
Jadwal pemberian pengukuh ialah aturan yang dianut oleh pemberi pengukuh dalam menentukan di antara sekian kali suatu perilaku timbul. Kapan, atau yang mana yang akan mendapat pengukuh. Ada beberapa macam jadwal yang dibagi menjadi dua kelompok besar :
1. Jadwal pengukuh terus-menerus (continuous reinforcement schedule atau CRS)
Yaitu pengukuhan diberikan secara terus-menerus setiap kali perilaku sasaran timbul.
2. Jadwal Pengukuhan berselang atau jadwal pengukhan berselang (intermittent reinforcement schedule atau IRS atau partial schedule)
Yaitu pengukuh diberikan tidak terus-menerus setiap kali perilaku sasaran timbul. Jadi hanya sebagian saja yang mendapat pengukuh.
Efek kedua jadwal ini berbeda. Jadwal pengukuhan terus-menerus memperkuat perilaku dengan cepat, tetapi perilaku akan cepat pula terhapus bila pemberian pengukuh dihentikan. Jadwal pengukuhan berselang dapat dengan cepat atau lambat mengubah perilaku, tetapi jadwal pengukuhan berselang cenderung lebih dapat mempertahankan perilaku yang dikukuhkan.
i. Menanggulangi Kontrol Kontra
Kontrol kontra ialah kontrol atau pengaruh yang sadar atau tidak dilakukan oleh subjek terhadap orang yang member pengukuhan (atau hukuman). Kontrol kontra ini dapat dilakukan secara sadar oleh orang-orang yang memahami prinsip-prisip psikologi belajar, atau oleh orang-orang yang dari pengalaman merasakan bahwa ada cara untuk melakukan kontrol kontra.
3) Keunggulan Prosedur Pengukuhan Positif
Pengukuhan positif ini cara terbaik untuk memeperkuat kecenderungan perilaku seseorang. Prosedur ini akan lebih unggul lagi bila dirancang secara tuntas sehingga pengukuh yang digunakan dapat beralih ke pengukuh sosial yang kemudian dialihkan ke pengukuh intrinsik. Letak keunggulannya tidak hanya pada efektifitasnya tetapi juga pada efek sampingannya. Ubjek yang mendapat pengukuhan positif cenderung menggeneralisasikan kepada dirinya, sehingga merasa dirinya berharga. Hubungan antara penerima dan pemberi pengukuh pun menjadi baik, karena pemberian pengukuh diasosiasikan dengan sesuatu yang menyenangkan.
Karena keunggulan ini, prosedur pengukuhan positif ini adalah prosedur pilihan pertama. Bila tidak mungkin dilaksanakan atau bila menurut perhitungan tidak mungkin efektif maka baru digunakan prosedur lain. Prosedur apapun yang dipilih harus dibarengi dan dialihkan ke prosedur pengukuhan.
4) Efek Pengukuhan Positif Bagi Kelompok
Penyjian pengukuh bagi kelompok dapat menyebabkan respons sosial : para anggota kelompok saling memberikan semangat untuk mencapai persyaratan perilaku yang mendapat pengukuh, mereka saling membantu ( yang pandai menjadi tutor bagi yang kurang pandai), dan mereka mengatur kerjasama yang lebih baik/rapih. Sebaliknya, pengukuh positif bagi kelompok dapat menyebabkan para anggotanya terlelu menuntut mereka yang dirasa menghambat tercapainya sasaran.
B. Pengukuhan Negatif
1) Pengertian Pengukuhan Negatif
Maksud dari pengukuhan negatif ialah meningkatnya kemungkinan berulangnya kejadian perilaku disebabkan terhindarnya dari atau dihilangkannya sistem yang tidak menyenangkan sebagai konekuensi perilaku tersebut. Jadi, suatu perilaku mendapat pengukuhan negatif apabila perilaku itu meningkat atau terpelihara karena berasosiasi dengan hilangnya atau berkurangnya suatu stimulus.
Pengukuhan negatif ini adalah kejadian umum. Manusia belajar berbagai perilaku karena dalam pengalaman hidupnya perilaku-perilaku tersebut dikukuhkan oleh hilangnya atau berkurangnya stimuli aversif. Pengukuh negatif juga bermacam-macam bentuknya. Segala hal yang tidak menyenangkan secara potensial dapat menjadi pengukuh negatif.
2) Kelemahan Penggunaan Pengukuhan Negatif
1. Harus disajikannya stimulus aversif yang seringkali tidak menyenangkan bagi penyji sendiri.
2. Bila penyajian pengukuh positif berulangkali dapat menimbulkan kejenuhan atau kekenyangan, penyajian pengukuh negatif berulangkali dapat menghilangkan daya aversifnya.
3. Reaksi terhadap pengukuh negatif tidak selalu berupa perilaku sasaran. Berbagai alternatif perilaku dapat timbul sebab tujuannya ialah menghindari stimulus aversif yang mengenainya. Reaksi tersebut dapat berupa agresi atau emosi yang tidak konstruktif terhadap pemberi pengukuh maupun terhadap suasana dimana stimuli aversif disajikan.
4. Bila pengukuhan negatif dipakai di sekolah, maka pada anak akan tertanam asosiasi sekolah dengan hal-hal yang aversif. Pengukuhan negatif dapat membentuk hubungan antar penerima dengan pemberi, dan antara penerima dengan lingkungan menjadi jelek.
5. Usaha menghindari stimulus aversif dapat menimbulkan kecemasan yang bila keterlaluan dapat sampai ke penyimpangan perilaku yang lebih parah (seperti: neurosis, psikosomatis, dll).
3) Penerapan Efektif Pengukuhan Negatif
Tidak berbeda dengan penggunaan pengukuh positif, penggunaan pengukuh negatif juga banyak memerlukan pertimbangan, sebab adanya efek sampingan negatif seperti yang telah disebutkan. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan tidak berbeda dengan penggunaan pengukuh positif, seperti : pemilihan kuantitas dan kualitas pengukuh, tidak tertundanya penghilangan/pengurangan efek aversif segera setelah perilaku timbul, jadwal penyajian, dsb.
C. Metode untuk Meningkatkan Tingkah Laku
A. Shaping
a. Memilih sasaran perilaku.
b. Mendapatkan data yang dapat dipercaya.
c. Menguatkan perilaku yang mereka innginkan secara berturut-turut
d. Menguatkan perilaku yang baru saja terjadi
e. Menguatkan perilaku dengan menggunakan jadwal penguatan
B. Modelling
Menurut Bandura (1969), BAndura dan Walters (1963), dan Clarizio dan Yelon (1967) terdapat tiga efek modeling (memeragakan):
a. Akibat modeling atau penelitian belajar.
Anak-anak mungkin mendapatkan perilaku dari model yang sebelumnya tidak berperan baginya.. Pada situasi ini perilaku yang dilakukan anak-anak itu adalah menirukan peilaku model mereka.Efek yang Mencegah dan tidak mencegah.
Modeling tidak mengurung keeksklusifan mereka untuk belajar perilaku yang baru. Sama dengan efek diatas.
b. Menumbuhkan atau tanggapan fasilitas.
Pada situasi ini, perilaku model berguna untuk memfasilitasi kejadian yang telah dipelajari sebelumnya tetapi perilaku anak telah berhenti.
C. Contingency Contracting
Contingency Contracting dalam modifikasi perilaku telah didefinisi oleh Becker (1969) yakni mengondisikan agar anak tersebut memperoleh tingkat perkembangan dimana mereka akan melakukan pejanjian tanpa menunggu perintah dari guru..
Penggunaan Contingency Contracting sebagai teknik dalam modifikasi perilaku adalah prinsip dasar pengembangan oleh David Permack (1959) prinsip Permack berbunyi sebuah perilaku/kejadian yang bernilai tinggi dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku dengan kejadian lain yang bernilai rendah.
C. Token Economy
Token Economy dalam modifikasi perilaku yakni mengkondisikan anak agar berperilaku seperti yang diinginkan dengan cara memberikan bayaran berupa poin, tanda bintang, atau penghargaan lainnya. Bila seorang siswa memperoeh poin 50 maka ia berhak menukarkannya dengan hadiah atau reward.
Sistem ini bekerja sangat efektif di dalam kelas karena mengurangi tekanan dalam berkompetisi dengan siswa yang lain. Selain itu fakta membuktikan dengan sistem ini dapat memberi berbagai macam kegiatan yang tidak membosankan dengan adanya berbagai macam kegiatan yang disediakan.
BAB III
KESIMPULAN
Setelah membahas mengenai teknik pemberian pengukuhan baik positif maupun negatif yang merupakan teknik dari peningkatan dan pemeliharaan tingkah laku, dapat disimpulkan bahwa: suatu perilaku yang muncul akibat adanya stimulus/rangsang dan perilaku tersebut akan menimbulkan suatu konsekuensi tertentu. Setiap perilaku yang terjadi membutuhkan pengukuhan, baik pengukuhan negatif maupun positif.
Pengukuhan positif perlu diberikan untuk meningkatkan perilaku yang positif namun sebaliknya pengukuhan negatif juga perlu sebagai upaya menghilangkan perilaku yang negatif.
Dalam pemberian pengukuhan, baik positif maupun negatif perlu memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Menyajikan pengukuh seketika
b. Memlih pengukuh secara tepat
c. Memilih kuantitas pengukuh
d. Memberi sampel pengukuh
e. Menanggulangi pengaruh saingan
f. Menanggulangi kontrol kontra
DAFTAR PUSTAKA
Soekadji, Soetarlinah. 1983. Modifikasi Perilaku: Penerapan sehari-hari dan penerapan professional. Yogyakarta: liberty press
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY press

Komentar

Postingan populer dari blog ini

101 Kreasi Unik Dari Kardus Bekas

Turunan Fungsi

soal deret