Motivasi Belajar

Pengertian Motivasi Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern(kesiap-siagaan). Berawal dari kata ” motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah aktif . Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu,terutama bila dibutuhkan untuk mmencapai tujuan sangat dirasakan /mendesak Adapun menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan. Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin Melakukan aktivitas belajar. Beberapa faktor di bawah ini sedikit banyak memberikan penjelasan mengapa terjadi perbedaaan motivasi belajar pada diri masing-masing orang,Maslow membagi kebutuhan menjadi lima tingkat di antaranya: • Perbedaan fisiologis (physiological needs), seperti rasa lapar, haus, dan hasrat seksual • Perbedaan rasa aman (safety needs), baik secara mental, fisik, dan intelektual • Perbedaan kasih sayang atau afeksi (love needs) yang diterimanya • Perbedaan harga diri (self esteem needs). Contohnya prestise memiliki mobil atau rumah mewah, jabatan, dan lain-lain. • Perbedaan aktualisasi diri (self actualization), tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata. Ahli lain Mc.Cleland berpendapat bahwa setiap orang memiliki kebutuhan yang mendasar yaitu : 1. Kebutuhan akan Kekuasaan : Kebutuhan kekuasaan terwujud dalam keinginan mempengaruhi orang lain. Sebagai ilustrasi : Seorang siswa kelas dua SMP mengajak teman – temannya berkemah. Jika sebagian teman merasa sepakat, ia merasa senang, jika ada yang membantah, ia berupaya agar teman tersebut menyetujuinya. 2. Kebutuhan untuk Berafiliasi : Kebutuhan berafiliasi tercermin dengan terwujudnya bersahabat dengan orang lain. Sebagai ilustrasi : Seorang siswa menghimpun rekan bermain tenis meja, tanpa membedakan asal usul , kebutuhan berprestasi terwujud dalam keberhasilan melakukan tugas yang di bebankan. 3. Kebutuhan Berprestasi
Sebagai ilustrasi : seorang siswa memimpin untuk memenangkan permainan bola voli menghadapi sekolah , siswa tersebut juga ikut lomba baca puisi dan memenangkan. 1.2 Pentingnya Motivasi dalam Belajar Penelitian psikologi banyak menghasilkan teori – teori motivasi prilaku, subyek terteliti dalam motivasi ada yang berupa hewan dan ada yang berupa manusia. Peneliti yang menggunakan hewan adalah tergolong peneliti biologis dan behaviorisme. Peneliti yang menggunakan terteliti manusia adalah peneliti kognitif.temuan ahli – ahli tersebut bermanfaat untuk bidang industri, tenaga kerja, urusan pemasaran, rekruiting militer, konsultasi dan pendidikan. Para ahli berpendapat bahwa motivasi prilaku manusia berasal dari kekuatan mental umum, insting , dorongan, kebutuhan, proses kognitif, dan interaksi. Prilaku yang penting bagi manusia adalah belajar dan bekerja, belajar menimbulkan perubahan mental pada diri siswa. Bekerja menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri pelaku dan orang lain.motivasi belajar dan bekerja merupakan penggerak kemajuan masyarakat. Kedua motivasi tersebut perlu dimiliki oleh siswa SLTPdan SLTA. Sedangkan Guru SLTP dan SLTA dituntut memperkuat motivasi siwa SLTPdan SLTA. (Monks,Knoers,SitiRahayu,1989;Biggs&Telfer,1987;Winkel,1991). Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut : 1) Menyadarkan Kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir Sebagai Ilustrasi : setelah seorang siswa membaca suatu bab buku bacaan, di bandingkan dengan temannya sekelas yang juga membaca bab tersebut, ia kurang berhasil menangkap isi dari buku tersebut, sehingga ia terdorong untuk membaca lagi. 2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar Sebagai ilustrasi : jika terbukti usaha belajar seorang siswa belum memadai, maka ia berusaha setekun temannya yang belajar dan berhasil. 3) Mengarahkan kegiatan belajar Sebagai Ilustrasi : setelah ia ketahui bahwa dirinya belum belajar secara serius, terbukti banyak bersenda gurau misalnya, maka ia akan mengubah prilaku belajarnya. 4) Membesarkan Semangat Belajar Sebagai ilustrasi : jika ia menghabiskan dana belajar dan masih ada adik yang di biayai orangtua, maka ia berusaha agar cepat lulus. 5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja ( di sela – selanya adalah istirahat dan bermain) yang berkesinambungan; individu dilatih untuk menggunakan kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat belajar. Sebagai ilustrasi : setiap hari di harapkan siswa untuk belajar di rumah, membantu pekerjaan orang tua, dan bermain dengan teman yang sebaya, apa yang dilakukan di harapkan dapat berhasil dan memuaskan. Kelima hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya motivasi tersebut disadari oleh pelaku sendirinya. Bila motivasi di sadari oleh pelaku, maka sesuatu pekerjaan, dalam hal ini tugas belajar akan terselesaikan dengan baik. Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru , manfaat itu sebagai berikut : 1) Membangkitkan , meningkatkan dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil; membangkitkan,bila siswa tidak bersemangat;meningkatkan,bila semangat belajarnya timbul tenggelam;memelihara, bila semangatnya telah kuat untuk mencapai tujuan belajar. 2) Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam – macam ; ada yang acuh tak acuh, ada yang tidak memusatkan perhatian, ada yang bermain di samping yang semangat untuk belajar.di antara yang bersemangat belajar ada yang yang tidak berhasil dan berhasil.dengan bermacam ragamnya motivasi belajar tersebut, maka guru dapat menggunakan bermacam – macam strategi belajar mengajar. 3) Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu di antara bermacam – macam peran seperti sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi,penyemangat,pemberi hadiah dan pendidik. 4) Memberi peluang guru untuk ” unjuk kerja rekayasa pedagois, tugas guru adalah membua semua siswa belajar sampai berhasil. Tantangan profesionalnya justru terletak pada mengubah ” siswa tak berminat menjadi bersemangat belajar.”mengubah” siswa cerdas yang acuh tak acuh menjadi bersemangat belajar. 1.3 Jenis dan Sifat Motivasi Motivasi sebagai kekuatan mental individu memiliki tingkat – tingkat, para ahli ilmu jiwa mempunyai pendapat yang berbeda tentang kekuatan tersebut. Perbedaan pendapat tersebut umumnya didasarkan pada penelitian tentang prilaku belajar pada hewan, meskipun mereka berbeda pendapat tentang tingkat kekuatannya,tetapi umumnya mereka sependapat baha motivasi tersebut dapat di bedakan menjadi dua jenis yaitu Motivasi Primer dan Motivasi Sekunder. Para ahli psikologi berusaha menggolong-golongkan motif-motif yang ada dalam diri manusia atau suatu organisme, ke dalam beberapa golongan menurut pendapatnya masing-masing. Woodworth menggolongkan dan membagi motif-motif tersebut menjadi tiga jenis : 1) Kebutuhan-kebutuhan organis (Organic Motive) Motif ini berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan bagian dalam tubuh (kebutuhan-kebutuhan organis), seperti : lapar/haus, kebutuhan bergerak dan beristirahat/tidur, dan sebagainya. 2) Motif-motif darurat (Emergency Motive) Motif ini timbul jika situasi menuntut timbulnya tindakan yang cepat dan kuat karena perangsang dari luar yang menarik manusia atau suatu organisme. Contoh motif ini antara lain : melarikan diri dari bahaya, berkelahi dan sebagainya 3) Motif-motif obyektif (Objective Motive) Motif obyektif adalah motif yang diarahkan/ditujukan ke suatu obyek atau tujuan tertentu di sekitar kita. Motif ini timbul karena adanya dorongan dari dalam diri kita (kita menyadarinya). Contoh : motif menyelidiki, menggunakan lingkungan. Selain pengklasifikasian di atas, Burton menggolongkan/membagi motif-motif tersebut menjadi dua, yaitu motif intrinsik dan motif ekstrinsik : 1. Motif Intrinsik : Motif intrinsik adalah motif yang timbul dari dalam seseorang untuk berbuat sesuatu atau sesuatu yang mendorong bertindak sebagaimana nilai-nilai yang terkandung di dalam obyeknya itu sendiri. Motivasi intrinsik merupakan pendorong bagi aktivitas dalam pengajaran dan dalam pemecahan soal. Keinginan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, keinginan untuk memahami sesuatu hal, merupakan faktor intrinsik yang ada pada semua orang . 2. Motif Ekstrinsik : Motif ekstrinsik adalah motif yang timbul dari luar/lingkungan. Motivasi ekstrinsik dalam belajar antara lain berupa penghargaan, pujian, hukuman, celaan atau ingin meniru tingkah laku seseorang. Teori behaviorisme menjelaskan motivasi sebagai fungsi rangsangan (stimulus) dan respons, sedangkan apabila dikaji menggunakan teori kognitif, motivasi merupakan fungsi dinamika psikologis yang lebih rumit, melibatkan kerangka berpikir siswa terhadap berbagai aspek perilaku. 1.4 Strategi Guru untuk Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa 1) Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar. 2) Hadiah Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi. 3) Saingan/kompetisi Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya. 4) Pujian Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun. 5) Hukuman Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. 6) Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik. 7) Membentuk kebiasaan belajar yang baik 8) Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok 9) Menggunakan metode yang bervariasi, dan 10) Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran 1.5 Prinsip Motivasi Belajar Belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang mantab serta diakibatkan oleh pengalaman. Belajar adalah suatu hal yang membedakan antara manusia dan binatang. Ada banyak perilaku perubahan pengalaman, serta dianggap sebagai faktor-faktor penyebab dasar dalam belajar. Para ahli pendidikan dan psikolog sependapat bahwa motivasi amat penting untuk keberhasilan belajar. Pembahasan motivasi belajar tidak bisa terlepas dari masalah-masalah psikologi dan fisiologi, karena keduanya ada saling keterkaitan. Yang perlu di pahami dalam Prinsip-prinsip motivasi belajar adalah sebagai berikut: • Memuji lebih baik daripada mencela. Perlu diketahui bahwa manusia cenderung akan mengulangi perbuatan yang mendapat pujian atau apresiasi dari pihak lain • Memenuhi kebutuhan psikologi • Motivasi intrinsik lebih efektif daripada ekstrinsik • Keserasian antara motivasi • Mampu manjelaskan tujuan pembelajaran • Menumbuhkan perilaku yang lebih baik • Mampu mempengaruhi lingkungan • Bisa diaplikasikan dalam wujud yang nyata. Dalam proses pembelajaran, meningkatkan motivasi belajar melibatkan pihak-pihak sebagai berikut. 1. Siswa Siswa bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri untuk meningkatkan motivasi belajar pada dirinya agar memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Motivasi berupa tekad yang kuat dari dalam diri siswa untuk sukses secara akademis, akan membuat proses belajar semakin giat dan penuh semangat. 2. Guru Guru bertanggungjawab memperkuat motivasi belajar siswa lewat penyajian bahan pelajaran, sanksi-sanksi dan hubungan pribadi dengan siswanya. Dalam hal ini guru dapat melakukan apa yang disebut dengan menggiatkan anak dalam belajar. Usaha-usaha yang digunakan dalam mengiatkan adalah : a. Mengemukakan pertanyaan b. Memberi ganjaran c. Memberi hadiah d. Memberi hukuman/sanksi Kreativitas serta aktivitas guru harus mampu menjadi inspirasi bagi para siswanya. Sehingga siswa akan lebih terpacu motivasinya untuk belajar, berkarya, dan berkreasi. 3. Orang tua atau keluarga dan lingkungan Tugas memotivasi belajar bukan hanya tanggungjawab guru semata, tetapi orang tua juga berkewajiban memotivasi anak untuk lebih giat belajar. Selain itu motivasi sosial dapat timbul dari orang-orang lain di sekitar siswa, seperti dari tetangga, sanak saudara, atau teman bermain. Fungsi keluarga adalah sebagai motivasi utama bagi peserta didik, karena memiliki intensitas yang lebih tingi untuk menanamkan motif-motif tertentu bagi proses pembelajaran anak. Hal paling mendasar yang digunakan sebagai motivasi dasar dalam islam adalah, pentingnya menanamkan unsur-unsur ideologi dalam proses pembelajaran, sehingga dalam proses perjalanan pembelajaran siswa tidak mengalami kegoncangan jiwa yang bisa menghambat hasil dari pendidikan itu sendiri. 1.6 Motivasi Pembelajaran Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. Ada pandangan yang menyebutkan bahwa pendidikan itu didapat oleh siswa, bukan diterima. Pandangan senada menyatakan bahwa guru tidak dapat memberikan pendidikan apapun kepada siswa, tetapi siswa itulah yang harus mendapatkannya. Pandangan-pandangan yang menekankan faktor penting keaktifan siswa ini tentu saja tidak bermaksud mengecilkan arti penting pengajaran. Namun pada kenyataannya pengajaran menjadi sesuatu yang terabaikan. Memang pada akhirnya hasil yang dicapai oleh siswa dari belajarnya tergantung pada usahanya sendiri, tetapi bagaimana usaha itu terkondisikan banyak dipengaruhi oleh faktor pengajaran yang dilakukan oleh guru. Pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada siswa. Motivasi dirumuskan sebagai dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam maupun luar siswa, untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan. Dalam konteks pembelajaran maka kebutuhan tersebut berhubungan dengan kebutuhan untuk belajar. a) Peran Motivasi dalam Proses Pembelajaran Dalam proses pembelajaran, motivasi belajar siswa dapat dianalogikan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin. Motivasi belajar yang memadai akan mendorong siswa berperilaku aktif untuk berprestasi dalam kelas, tetapi motivasi yang terlalu kuat justru dapat berpengaruh negatif terhadap keefektifan usaha belajar siswa. Peranan guru untuk mengelola motivasi belajar siswa sangat penting, dan dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas belajar yang didasarkan pada pengenalan guru kepada siswa secara individual. Berbagai faktor yang mempengaruhi motivasi dapat dijelaskan dengan menggunakan berbagai teori, di antaranya Maslow dengan hierarki kebutuhannya, kebutuhan untuk berprestasi, teori atribusi, dan model ARCS. Berbagai faktor yang dijelaskan perlu dipahami dan dipertimbangkan dalam merancang kegiatan pembelajaran. b) Lingkungan Belajar yang Memotivasi Proses Belajar Siswa Usaha untuk meningkatkan motivasi belajar siswa memerlukan kondisi tertentu yang mengedepankan keterlibatan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Sejauh mungkin siswa perlu didorong untuk mampu menata belajarnya sendiri dan menggunakan interaksi antarpribadi dengan teman dan guru untuk mengembangkan kemampuan kognitif/intelektual dan kemampuan sosial. Di samping itu, keterlibatan orang tua dalam belajar siswa perlu diusahakan, baik berupa perhatian dan bimbingan kepada anak di rumah maupun partisipasi secara individual dan kolektif terhadap sekolah dan kegiatannya. c) Problematika motivasi siswa dalam belajar Pemimpin adalah seorang yang mampu mempengaruhi orang lain, dengan beberapa persyaratan, antara lain, memiliki intelektualitas yang tingi, mampu melakukan hubungan sosial yang baik, kematangan emosional, fisik yang baik, imajiner dan mau berkerja keras. Akan tetapi dalam kenyataan di lembaga pendidikan kita jarang dijumpai seorang guru yang memiliki kriteria di atas. Ada beberapa persyaratan yang harus dimaksimalkan dalam memecahkan problematika tersebut, karena dalam kenyataanya manusia selalu mengharapkan adanya nasehat dan petunjuk dari orang lain sebagai bentuk kebutuhan primer dari fitrah manusia itu sendiri. Diantara problematika yang perlu di antisipasi dalam lembaga pendidikan kita adalah: 1. Kurangnya Memadukan Motif-Motif Kuat Yang Sudah Ada Misalnya motif untuk menjadi sarjana tidak dipadukan dengan motif untuk menonjolkan diri yang kebetulan ada pada diri siswa agar berhasil dalam belajar. 2. Tidak Adanya Kejelasan Tujuan Yang Hendak Dicapai Semakin jelas tujuan belajar semakin kuat motif untuk mencapainya, setidak-tidaknya semakin efektif berbuat. Oleh karena itu sangat ideal apabila guru merumuskan dengan jelas tujuan belajar. 3. Tidak Adanya Rumusan Tujuan Sementara Suatu kegiatan yang mempunyai tujuan yang jauh dapat dipenggal-penggal hingga didapat tujuan sementara atau tujuan jangka pendek. 4. Kurangnya Merangsang Pencapaian Kegiatan Semakin dekat tujuan, semakin kuat motif untuk mencapainya. “Kedekatan tujuan” dapat dilakukan dengan membuat tujuan sementara, sebab mencapai tujuan sementara menyadarkan siswa dalam usaha mencapainya. 5. Tidak Adanya Situasi Persaingan Pada umumnya dalam diri setiap individu ada usaha untuk menonjolkan diri atau ingin dihargai. Kecenderungan ini dapat disalurkan dalam persaingan sehat di mana guru menciptakan suasana setiap siswa giat berusaha. 6. Kurangnya Menumbuhkan Persaingan Dengan Diri Sendiri. Siswa diberi tugas yang berbeda sehingga siswa itu sendiri yang akan melihat tugas mana yang paling baik hasilnya. Dengan demikian dia dapat mempergunakan upaya yang digunakan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang paling baik hasilnya. 7. Kurang Maksimalnya Laporan Hasil Yang Dicapai Apabila telah selesai pekerjaan siswa maka beritahukan hasilnya sehingga dia semakin giat mencapainya lagi dengan lebih baik. Inilah keuntungan yang utama bila hasil pekerjaan diberitahukan pada setiap orang. 8. Tidak Adanya Contoh Yang Positif Dari Pendidik Guru yang mengharapkan sesuatu dari siswanya harus juga memperlihatkan yang dimintainya itu terpancang dalam diri guru. Dengan demikian siswa menilai guru tersebut bekerja baik. Hal ini menimbulkan kegairahan belajar dalam diri siswa. Lebih jelasnya, seorang guru harus mempunyai strategi pendekatan yang mampu mempengaruhi siswa dalam belajar. 1.7 Upaya-Upaya Peningkatan Motivasi Untuk menentukan upaya-upaya peningkatan motivasi, indikatornya banyak sekali. Karakteristik siswa dan mata pelajaran sangat menentukan untuk menentukan upay-upaya tersebut. Siswa yang mempunyai motivasi belajar dan berprestasi intrinsik yang kuat berbeda penanganannya dengan siswa yang bermotivasi belajar dan berprestasi ekstrinsiknya yang kuat. Siswa yang bermotivasi atau beraspirasi melanjutkan pendidikan, berbeda dengan siswa beraspirasi mencari pekerjaan setelah tamat SLTP. Begitu pula pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan motivasi belar IPA berbeda dengan mata pelajaran Bahasa Inggris, IPS, Bahasa Indonesia, atau Muatan Lokal. Di sisi lain faktor-faktor terjadinya penurunan motivasi belajar dan berprestasi juga turut menentukan pemilihan upaya yang akan dilakukan. Oleh karena itu sangat mustahil dalam tulisan ini untuk menyajikan upaya peningkatan motivasi sesuai dengan karakteristik siswa dan mata pelajaran. Lagi pula (Davies, 1971) mengatakan sering terjadi strategi yang paling baik adalah tanpa menghiraukan ada atau tidak adanya motivasi, akan tetapi memusatkan pada penyampaian materi dengan cara yang begitu rupa sehingga motivasi siswa dapat dimunculkan dan diperkuat selama proses belajar. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan hasil belajar di atas juga merupakan upaya-upaya dalam meningkatkan motivasi belajar siswa terutama siswa SLTP Terbuka. Upaya – Upaya peningkatan motivasi, pada situasi pembelajaran secara umum : a. Pengembangan Bahan Pembelajaran Pada sistem SLTP dan SMU Terbuka, siswa belajar secara mandiri melalui bahan belajar utama berupa modul cetak yang ditopang oleh berbagai media non cetak. Berbagai macam jenis media tersebut harus menarik dan mudah dipahami siswa, kalau tidak maka motivasi belajar dan motivasi berprestasi siswa akan menurun. Berarti upya peningkatan motivasi belajar dan berprestasi siswa SLTP dan SMU Terbuka dimulai dengan pengembangan bahan belajar mandirinya. Upaya-upaya dan usaha untuk meningkatkan motivasi belajar siswa melalui pengembanagan bahan belajar sudah dilakukan dengan mengacu kepada teknik-teknik, konsep-konsep atau teori-teori pengembangan dan penulisan modul. Misalnya, menggunakan ilustrasi, gambar, dan grafis, menggunakan bahasa yang sederhana sehingga memudahkan siswa memahaminya, penyajian materi dari yang sederhana ke kompleks, dari yang mudah ke sukar, dari yang konkrit ke yang abstrak, dan penampilan serta perwajahan berwarna.Penyediaan jenis media yang disesuaikan karakteristik mata pelajaran ini, dimungkinkan guru atau siswa dalam proses pembelajaran dapat memilih jenis media yang sesuai karakteristik dan pola pembelajaran yang diinginkannya, dan memungkinkan pemanfaatannya secara kombinasi. Berarti kehadiran berbagai jenis media, memungkinkan proses pembelajaran sesuai dengan minat, kemampuan, dan kebutuhan siswa. Dengan kata lain kehadiran berbagai jenis media dalam sistem SLTP Terbuka, membuka dan mendorong motivasi siswa untuk melakukan aktivitas belajar dan mecapai keberhasilan dalam belajar. Berarti pemanfaatan media oleh siswa dan guru dalam proses pembelajaran secara maksimal akan memungkinkan peningkatan hasil belajar siswa. Perlu pula diperhatikan dan dicatat oleh Kepala sekolah, Guru Bina, dan Guru Pamong bahwa media atau sumber belajar di samping dapat meningkatkan pengaruh motivasional siswa, “misalnya seorang guru/tokoh masyarakat sebagai sumber belajar dapat bertindak sebagai motivator bagi seorang siswa, namun perlu hati-hati kadang-kadang pada saat yang sama ia justru menghancurkan motivasi siswa yang lain”. b. Awal Pembelajaran Di TKB siswa belajar mandiri dan dalam kelompok kecil dibawah bimbingan atau kontrol dari Guru Pamong. Dalam 2 (dua) hari dalam seminggu mereka mengikuti belajar melalui tatap muka di SLTP Induk atau tempat lain, di bawah bimbingan Guru Bina (Guru Mata Pelajaran). Pada awal pelajaran kelompok di TKB dan belajar melalui tatap muka, Guru Pamong dan Guru Bina, hendaknya memulai pelajaran atau pertemuan dengan Pertama; Menyapa siswa, misalnya selamat berjumpa, selamat siang/sore dan diikuti dengan mencek kehadiran siswa; Kegiatan ini dimaksudkan untuk memusatkan perhatian siswa pada situasi pembelajaran yang akan di mulai. Dengan demikian baik fisik dan mentalnya terjaga dan siap mengikuti pelajaran. Memusatkan perhatian berarti motivasi siswa sudah mulai muncul; Kedua; Mengutarakan mata pelajaran, judul, dan nomor modul yang akan dibahas atau didiskusikan, dan diikuti dengan penjelasan singkata materi yang lalu serta kaitannya dengan modul yang didiskusikan. Perhatian siswa terhadap mata pelajaran bersangkutan susdah lebih dipusatkan. Melalu penjelasan hubungan materi yang lalu dengan materi yang dibahas sekarang, berarti guru merangsang siswa untuk memunculkan informasi berupa fakta, konsep, prosedur, dan prinsip yang telah ada dalam ingatan jangka panjangnya (long term memory). Informasi yang telah dipunyai itu dapat mempermudah mempelajari informasi yang baru. Ketiga; Membentuk kelompok (belajar kelompok di TKB); siswa diatur duduknya dalam kelompok yang dipimpin oleh seorang temannya, dan dijelaskan berapa lama mereka belajar mandiri, diskusi kelompok, dan diskusi dalam kelompok besar seluruh siswa di TKB tersebut. Melalui pengelompokan ini, berdasarkan teori belajar arah diri, siswa dapat berinteraksi antar teman, saling tukar menukar pendapat dan pikiran, dan dapat membahas masalah secara bersama. Melalui kegiatan semacam ini dapat mengembangkan konsep diri dan kemampuan memecahkan masalah bagi siswa. Pada sekolah-sekolah di negara Eropah kegiatan semacam ini ditunjang oleh komputer menggunakan bahasa LOGO dengan program grafik kura-kura (turtle graphics) Untuk menunjang beberapa upaya tersebut di atas, pada setiap bagian pendahuluan modul, selalu menggunakan bahasa sapaan, kaitan isi modul dengan modul sebelumnya, tujuan, pokok-pokok materi, petunjuk cara mempelajari modul, dan petunjuk mengerjakan tes akhir modul sebagai balikan hasil belajar. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa waktu belajar mandiri. c. Saat Proses Pembelajaran Pertama; Membuat suasana kelas yang mengandung persaingan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan saksama, terarah, dan jelas secara umum kemudian perkelompok (per TKB pada tatap muka). Namun demikian, kurangi persaingan untuk memperoleh ganjaran dan kegiatan yang memberikan ganjaran yang berkaitan dengan akademik. Kedua; Menciptakan kondisi kelas yang mendukung terjadinya interaksi antar siswa, saling menukar pengalaman dan pengetahuan melalui teknik atau metode diskusi; Ketiga; Tingkatkan motivasi dan perhatian ke arah siswa yang kelihatan kurang perhatian atau motivasi dengan menggunakan kode gerakkan mata, intonasi suara yang sekali-sekali keras dan bersemangat. Keempat; Manfaatkan dan gunakan berbagai macam media dan teknik atau metode secara bergantian sesuai dengan spsifikasi materi yang dibahas dan didiskusikan. d. Akhir Pembelajaran Pertama; Beriakan balikan (umpan balik) pada saat jawaban pertanyaan oleh siswa, hasil jawaban siswa setiap tes. Dalam memberikan balikan, guru hendaknya memberikan penjelasan jawaban yang benar seharusnya bagaimana, bila jawaban siswa hampir betul atau betul berikan pujian misalnya; bagus sekali, betul sekali dsb. Tetapi bila jawabannya belum betul, janganlah memberikan balikan dengan mengatakan salah, bodoh. Dalam hal ini, alangkah baiknya gunakan bahasa yang menyenangkan, misalnya, jawabanmu belum betul, atau kamu sebenarnya pintar mungkin belum berusaha dengan baik, dan sebagainya. Kedua; Pada akhir pertemuan atau kegiatan, usahakan materi yang dibahas tadi dibuatkan atau dijelaskan secara singkat rangkumannya dengan tepat, jelas, dan singkat. Ketiga; Pada akhir kegiatan perlu juga diperingatkan siswa waktu pertemuan lagi, kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan siswa sebelum kegiatan berikutnya, atau memberikan pekerjaan rumah. Keempat; Pada sat kegiatan berakhir, ucapkan selamat sore atau siang, dan selamat bertemu lagi pada pertemuan yang akan datang. Selain dari berbagai upaya tersebut di atas, ada pula upaya-upaya lain yang lebih umum dan di luar kegiatan pembelajaran di kelas, seperti berikut. Pertama; Biasakan memberikan ganjaran berupa hadiah alat tulis, buku pelajaran, atau bea siswa bagi siswa yang masuk kategori 10 besar pada setiap tingkat kelas dan tiap semester. Kedua; Pada waktu pembagian raport, siswa yang termasuk dalam 10 besar diumumkan di muka orang tua murid, dan dipanggil untuk maju dan berdiri di muka kelas. Ketiga; Adakan kegiatan olah raga dan kesenian, pertandingan olah raga dan kesenian antar kelas, antar tingkat, dan atar sekolah. Berikan hadiah dan piagam bagi yang berhasil juara, baik perorangan maupun kelompok. Keempat; Khusus siswa SLTP dan SMUTerbuka, berilah kesempatan mereka untuk mengikuti upacara penaikan dan penurunan bendera, sekali gus sebagai petugasnya. Lebih bagus kegiatan tersebut bergabung dengan siswa-siswa SLTP Induknya. e. Kehadiran Guru Bina dan Guru Kehadiran guru bina dan guru pamong dalam pembelajaran tutorial tatap muka dan belajar di TKB akan meningkatkan motivasi belajardan motivasi berprestasi siswa. Guru mata pelajaran yang bersangkutan di samping membantu siswa memecahkan kesulitan, juga diharapkan meningkatkan motivasi belajar siswa khususnya siswa yang bermotivasi rendah. Kehadiran guru mata pelajaran yang sehari-harinya mengajar dan sebagai guru SLTP reguler (Induk), memunculkan perasaan/keyakinan siswa bahwa mereka betul-betul bersekolah di SLTP Negeri, walaupun rata-rata hanya dua hari dalam seminggu bertemu dengan guru-guru mata pelajaran (guru bina) dan Kepala Sekolahnya. Pertemuan yang demikian, dapat memunculkan dan meningkatkan rasa senang, menambah wawasan, menambah jumlah kawan dari berbagai TKB dan dari SLTP Induk, dan bahkan dapat menghilangkan ketegangan. Kalau demikian kegiatan pembelajaran melalui tatap muka ini dapat meningkatkan motivasi belajar dan berprestasi siswa, khususnya siswa-siswa yang bermotivasi rendah. Hal ini secara tidak langsung akan meningkatkan hasil belajar siswa. Perlu ditambahkan bahwa, penentuan waktu (hari dan jamnya) dalam pelaksanaan pembelajaran melalui tatap muka di SLTP Terbuka di dasarkan waktu luang bagi siswa itu sendiri. Pada sistem SLTP dan SMU Terbuka, selain ada pengelompokkan pada pembelajaran tatap muka, juga ada kegiatan belajar dalam kelompok kecil dan mandiri di TKB masing-masing. Pada waktu belajar di TKB, siswa dikelompokkan dalam beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4 atau 5 orang siswa. Dalam kelompok kecil ini siswa diberikan kebebasan untuk menentukan waktunya berapa lama mereka belajar mandiri, kemudian berdiskusi untuk memecahkan kesulitan yang dialami setiap siswa, dan merumuskan kesulitan-kesulitan yang akan diajukan untuk didiskusikan seluruh siswa di TKB tersebut. Selama kegiatan belajar mandiri dan diskusi kelompok, guru pamong bersikap proaktif memonitor, memantau, mengarahkan, membantu memecahkan kesulitan bila kebenaran informasinya tidak diragukan. Suasana belajar rileks, tanpa ada tekanan, siswa bebas memilih mata pelajaran yang didiskusikan asal sesuai dengan jadwal yang ada. Kondisi belajar seperti ini memungkinkan gejolak emosi siswa pada taraf yang normal atau moderat sehingga memungkinkan pembangkitan dan peningkatan motivasi siswa. Berdasarkan berbagai sumber, pada saat emosi seseorang berada pada taraf moderat, akan membuka peluang munculnya motivasi termasuk motivasi belajar dan berprestasi Dalam kondisi emosi moderat. seseorang dapat melakukan aktivitasnya dengan baik, mampu membangkitan informasi-informasi dalam memorinya, baik memori jangka panjang maupun jangka pendek. Belajar itu sendiri akan berlangsung dengan baik dan efektif bila mampu mengkaitkan dan menghubungkan informasi yang sudah dimiliki dengan informasi-informasi yang baru. 1.8 Tips Meningkatkan Motivasi Belajar Motivasi belajar tidak akan terbentuk apabila orang tersebut tidak mempunyai keinginan, cita-cita, atau menyadari manfaat belajar bagi dirinya. Oleh karena itu, dibutuhkan pengkondisian tertentu, agar diri kita atau siapa pun juga yang menginginkan semangat untuk belajar dapat termotivasi. Tips-tips berikut untuk meningkatkan motivasi belajar kita: 1. Bergaullah dengan orang-orang yang senang belajar Bergaul dengan orang-orang yang senang belajar dan berprestasi, akan membuat kita pun gemar belajar. Selain itu, coba cari orang atau komunitas yang mempunyai kebiasaan baik dalam belajar. 2. Bertanyalah tentang pengalaman di berbagai tempat kepada orang-orang yang pernah atau sedang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, orang-orang yang mendapat beasiwa belajar di luar negeri, atau 3. orang-orang yang mendapat penghargaan atas sebuah presrasi. Kebiasaan dan semangat mereka akan menular kepada kita. Seperti halnya analogi orang yang berteman dengan tukang pandai besi atau penjual minyak wangi. Jika kita bergaul dengan tukang pandai besi, maka kita pun turut terciprat bau bakaran besi, dan jika bergaul dengan penjual minyak wangi, kita pun akan terciprat harumnya minyak wangi. 4. Belajar apapun Pengertian belajar di sini dipahami secara luas, baik formal maupun nonformal. Kita bisa belajar tentang berbagai keterampilan seperti merakit komputer, belajar menulis, membuat film, berlajar berwirausaha, dan lain lain-lainnya. 5. Belajar dari internet Kita bisa memanfaatkan internet untuk bergabung dengan kumpulan orang-orang yang senang belajar. Salah satu milis dapat menjadi ajang kita bertukar pendapat, pikiran, dan memotivasi diri. Sebagai contoh, jika ingin termotivasi untuk belajar bahasa Inggris. 6. Bergaulah dengan orang-orang yang optimis dan selalu berpikiran positif Di dunia ini, ada orang yang selalu terlihat optimis meski masalah merudung. Kita akan tertular semangat, gairah, dan rasa optimis jika sering bersosialisasi dengan orang-orang atau berada dalam komunitas seperti itu, dan sebaliknya. 7. Cari motivator Kadangkala, seseorang butuh orang lain sebagai pemacu atau mentor dalam menjalani hidup. Misalnya: teman, pacar, ataupun pasangan hidup. Anda pun bisa melakukan hal serupa dengan mencari seseorang/komunitas yang dapat membantu mengarahakan atau memotivasi Anda belajar dan meraih prestasi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

101 Kreasi Unik Dari Kardus Bekas

Turunan Fungsi

soal deret