BELAJAR SENANG DAN SENANG BELAJAR

Di dalam al-Qur’an disebutkan, bahwa manusia merupakan makhluk yang mempunyai sifat cinta kepada kesenangan. Sifat itulah yang membuat manusia mengerahkan seluruh tenaga dan waktunya untuk memburu kesenangan. Meskipun secara umum kesenangan itu diidentikkan dengan harta dan kekuasaan, tetapi ada beberapa orang yang memiliki kesenangan yang dianggap orang lain bukan kesenangan. Contohnya adalah belajar. Bagi kebanyakan orang, belajar bukanlah sebuah kesenangan, tetapi ada beberapa orang yang menganggapnya sebagai kesenangan.
Mengapa hal itu bisa terjadi ? Jawabannya adalah belajar itu sendiri. Artinya, seseorang bisa senang kepada sesuatu karena dia belajar menyenangi hal itu. Keinginan belajar untuk menyenangi itu kemudian menjadikan hal yang tidak disenangi menjadi sebuah kesenangan.
Dalam hal ini, faktor yang menjadi penentu keberhasilan dari proses ini adalah adaptasi. Seseorang yang mampu beradaptasi  dengan cepat, maka dia mampu menyenangi sesuatu dengan cepat.
Ketika seorang siswa memasuki sebuah lembaga pendidikan, hal pertama kali yang harus dilakukan adalah adaptasi terhadap lingkungan sekolah. Adaptasi sangat penting, karena hal ini sangat berkaitan erat dengan kenyamanan siswa dalam belajar. Selain beradaptasi dengan teman dan guru yang tidak kalah pentingnya adalah siswa harus beradaptasi dengan kegiatan belajar. Dalam proses adaptasi ini peran guru sangat krusial, yaitu membantu siswa agar bisa belajar menyenangi kegiatan belajar di sekolah. Hal ini bisa dilakukan dengan cara membua suasana kelas yang menyenangkan.

Salah satu cara menciptakan suasana kelas yang menyenangkan adalah bermain. Johan Huizinga, seorang profesor, teoritisi budaya dan sejarawan Belanda mengatakan bahwa  bahwa manusia adalah homo lendus (makhluk yang suka bermain). Untuk memenuhi hasrat bermainnya itu manusia menciptakan aneka permainan mulai dari yang paling sederhana hingga berteknologi tinggi.  Begitu pula dengan siswa, mereka membutuhkan permainan dalam belajar. Pengabaian terhadap insting bermain ini dalam belajar akan membuat siswa tidak akan mampu menyenangi kegiatan belajar .
Apabila kita  membuat angket kemudian disebarkan pada siswa yang berisi pertanyaan pelajaran apa yang disenangi, maka jawaban yang diperoleh adalah : Olahraga, Seni Budaya dan TIK. Mengapa pelajaran-pelajaran itu paling disukai siswa ?. Jawabannya adalah karena ke tiga pelajaran paling banyak mengandung permainan .  Namun, apabila permainan dalam tiga pelajaran tersebut dihilangkan (misalnya dibuat hanya teori saja tanpa praktek), yang terjadi adalah siswa menjadi tidak senang terhadap pelajaran tersebut. Berangkat dari kenyataan itu, sangat diperlukan guru-guru yang terampil membuat permainan serta mampu mengaplikasikannya dalam belajar.
Guru tidak harus menciptakan suatu permainan yang baru untuk bisa diaplikasikan di kelas. Guru bisa mencontoh dan memodifikasi ragam bentuk permainan yang sudah dikenal. Misalnya, monopoli, ular tangga dan TTS.  Selain itu, model-model kuis yang banyak ditayangkan di televisi dapat dimodifikasi dan  diterapkan dalam pembelajaran.  Permainan dalam bentuk digital seperti game dan animasi adalah  yang paling bagus dan menarik. Tetapi pembuatannya tidak mudah,  karena membutuhkan ketrampilan khusus dari guru. Membuat permainan dalam belajar tidaklah sulit bagi guru. Yang menjadi masalah adalah maukah dan sempatkan guru membuatnya dalam keadaan beban mengajar yang sangat tinggi akibat sertifikasi ?.
Adalah hak siswa untuk mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan ketika belajar di kelas. Terpenuhinya hak ini akan  membawa dampak yang positif,  yaitu siswa akan senang belajar. Prilaku ini akan menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan tujuan pendidikan kita semua.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

101 Kreasi Unik Dari Kardus Bekas

Turunan Fungsi

soal deret