TEKNIK PENELITIAN KLS









 















                           












JUDUL PENELITIAN
Judul PTK hendaknya dirumuskan secara singkat, jelas, dan spesifik. Judul memuat masalah yang dihadapi dan sekaligus cara atau metode (berupa langkah-langkah) mengatasi masalah tersebut serta setting. Dalam judul PTK menggambarkan: 1) masalah yang diteliti atau hasil belajar yang akan ditingkatkan, selanjutnya disebut variabel Y atau variabel terikat/dependent variable, 2) tindakan atau metode mengatasi masalah, selanjutnya disebut variabel X atau variabel bebas/independent variable, dan 3) setting atau tempat penelitian berlangsung.
Ide tindakan berasal dari pengalaman mengajar, saran teman, hasil kajian kritis terhadap laporan hasil penelitian, membaca buku, dan lain-lain. Judul dalam sebuat PTK tidak lebih dari 15 atau 20 kata. Secara garis besar, alternatif-alternatif judul PTK dapat dilihat pada ilustrasi berikut ini:
  • Upaya peningkatan Y melalui X, pada setting…..
  • Optimalisasi Y melalui X, pada setting…..
  • Penerapan atau Penggunaan X untuk meningkatkan Y, pada setting…..
  • Meningkatkan Y melalui X, pada setting…..

Contoh-Contoh Judul PTK:
  • Penerapan PAKEM untuk meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika di Kelas-3 SDN 3 Selong.

  • Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf bagi Siswa Kelas 4 SDN 4 Kelayu.

  • Optimalisasi Penerapan Investigasi Kelompok terhadap Lingkungan Kelas untuk Meningkatkan Kemampuan Mengidentifikasi Bentuk-Bentuk Geometri Siswa Kelas 2 SDN 3 Pancor.

  • Upaya Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menghitung Bilangan Pecah dengan Pembelajaran Berbantuan Benda Konkret pada Kelas-4 SDN 1 Keruak.

  • Upaya Peningkatan Hasil Belajar Mengidentifikasi Sifat-Sifat Benda Cair Melalui Pembelajaran Model Inquiry Bagi Siswa Kelas IV SDN 1 Tanjung.



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Pada bagian Latar Belakang masalah menggambarkan masalah nyata (faktual) yang terjadi di kelas tempat penelitian. Latar belakang berisi paparan tentang kondisi yang diharapkan dan kondisi riil/nyata yang ada, sehingga terlihat adanya kesenjangan atau biasa disebut dengan masalah. Dukungan dari hasil observasi awal yang terjadi di kelas dan dari hasil-hasil penelitian terdahulu akan memberikan landasan yang kokoh sebagai alasan yang kuat mengenai pentingnya menangani masalah tersebut melalui tindakan kelas. Dengan demikian, perlu diberikan data-data kuantitatif maupun kualitatif (hasil observasi awal) dan tinjauan pustaka (hasil penelitian terdahulu). Secara umum, pada latar belakang memaparkan hal-hal sebagai berikut:
1.        Tujuan umum dan tujuan khusus dari suatu kegiatan pembelajaran pada materi tertentu. Kondisi ideal (yang diharapkan) yang harus tercermin dalam suatu kegiatan pembelajaran dengan merujuk pada SK dan KD yang terkait dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Apabila perlu, paparan tersebut didukung dengan data-data kuantitatif maupun kualitatif dan tinjauan pustaka hasil penelitian terdahulu;
2.        Kondisi atau fakta nyata (riil) yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran dan hasil belajar yang diperoleh. Kondisi atau fakta nyata yang terjadi tersebut, berbeda dengan kondisi ideal yang diharapkan, sehingga muncul suatu masalah. Juga dipaparkan akar atau penyebab munculnya masalah. Paparan disertai data-data kuantitatif maupun kualitatif (hasil observasi awal) dan tinjauan pustaka (hasil penelitian terdahulu);
3.        Tindakan atau cara (metode) untuk memecahkan masalah. Paparan tindakan atau cara (metode) untuk memecahkan masalah disertai acuan teori atau kajian pustaka dari ahli atau hasil penelitian terdahulu;
4.        Penegasan pentingnya menyelesaikan masalah tersebut melalui penelitian tindakan.      
                                                                                                                                          
Contoh latar  belakang

            Pembelajaran IPA bertujuan untuk  pemberian pengalaman langsung dalam mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas, 2004). Hal ini juga terjabarkan pada standar kompetensi  nomor 6, yaitu memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya, dengan kompetensi dasari nomor 6.1, yaitu mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu.
            Pada tanggal 21 November 2010, pada jam pelajaran pertama sampai ketiga, peneliti sebagai guru kelas IV SDN 3 Pancor, mengajar mata pelajaran IPA. Materi pelajaran yang diajarkan adalah sifat-sifat benda cair. Sedangkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai adalah siswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat benda cair. Materi pelajaran dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar di atas.
 Berdasarkan hasil pengamatan peneliti tanggal 21 Nopember 2010  sewaktu melaksanakan pembelajaran IPA tentang sifat- sifat  benda cair terungkap hal-hal sebagai berikut: (1) metode yang digunakan untuk pembelajaran ketika itu adalah metode diskusi terbimbing, (2) sebagian besar siswa tidak bisa menjawab soal yang diberikan oleh guru dan kelihatan malas mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung, (3) kegiatan diskusi terbimbing hanya didominasi dua siswa dalam kelompok, dan (4) suasana kelas ramai dan agak gaduk karena mendengar ada siswa yang salah dalam menjawab soal yang diberikan guru secara lisan.
Selain keempat hal tersebut, diketahui pula bahwa hanya 16 siswa (46,7 %) mencapai nilai 70-100 dan  14 siswa  (46,7 % ) yang mencapai nilai di bawah 70.  Kriteria ketuntasan minimal atau KKM yang ditentukan oleh SDN 3 Pancor adalah 70,00 dengan  ketuntasan belajar 65%. Nilai rata-rata yang dicapai siswa hanya mencapai 67,00 jauh dibawah standar ketuntasan minimal.
Berdasarkan hasil identifikasi masalah-masalah di atas, masalah yang paling penting dan mendesak untuk segera dipecahkan adalah rendahnya hasil belajar siswa dalam mengidentifikasi sifat-ifat benda cair. Berdasarkan hasil pengamatan dan renungan peneliti, penyebab atau akar permasalahan rendahnya hasil belajar siswa diduga karena peneliti kurang tepat dalam pemilihan cara dan  model pembelajaran.
Untuk memecahkan masalah di atas, yaitu rendahnya hasil belajar, maka peneliti menggunakan pembelajaran model inquiry. Dengan pembelajaran model inquiry siswa akan belajar lebih aktif, suasana belajar lebih menyenangkan, dan kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat benda cair akan meningkat, dan lebih banyak siswa yang dapat mencapai ketuntasan dalam mengidentifikasi sifat-sifat benda cair. Hal ini didukung oleh West & Pines (1985) yakni dalam pelaksanaan pembelajaran model inquiry, siswa mencari tahu tentang alam secara sistematis, dan juga merupakan suatu proses penemuan belajar melibatkan pembentukan makna oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat, dan dengar. Dengan demikian, penelitian ini sangat penting dan mendesak untuk segera dilakukan.

B.  Identifikasi Masalah
Pada kegiatan identifikasi masalah, dituliskan atau disebutkan masalah-masalah yang muncul selama kegiatan pembelajaran berlangsung atau hasil belajar yang telah dicapai.
Contoh identifikasi masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka teridentifikasi maslah-masalah sebagai berikut:
1.      Sebagian besar siswa tidak bisa menjawab soal yang diberikan oleh guru dan kelihatan malas mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung,
2.      Kegiatan diskusi terbimbing hanya didominasi dua siswa dalam kelompok,
3.      Suasana kelas ramai dan agak gaduk karena mendengar ada siswa yang salah dalam menjawab soal yang diberikan guru secara lisan.
4.      Hasil belajar yaitu nilai rata-rata yang dicapai siswa hanya mencapai 67,00 dibawah standar ketuntasan minimal 7,00.

C.  Pembatasan dan Perumusan Masalah
            Pembatasan dan perumusan masalah merupakan tindak lanjut dari identifikasi masalah. Masalah-masalah yang telah teridentifikasi dibatasi (dipilih) salah satu yang penting dan mendesak untuk dipecahkan. Apabila sudah dibatasi (dipilih) dibuatkan suatu kalimat rumusan masalah. Perumusan masalah merupakan usaha untuk menyatakan secara tertulis pertanyaan-pertanyaan yang ingin dicari jawabannya melalui penelitian. Masalah yang dirumuskan harus spesifik, jelas, singkat, dan padat yang dirumuskan dalam kalimat tanya. Tujuan menggunakan kalimat tanya agar dalam melakukan penelitian semua terarah untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah dan penelitian tersebut fokusnya untuk memecahkan masalah. Dan dipastikan bahwa setiap rumusan masalah terkait (nyantol) pada latar belakang masalah.
Contoh Pembatasan dan Rumusan Masalah
            Berdasarkan hasil identifikasi masalah, peneliti membatasi masalah yang akan segera dipecahkan yaitu hasil belajar siswa rendah yakni nilai rata-rata yang dicapai siswa hanya mencapai 67,00 dibawah standar ketuntasan minimal 70,00. Dengan demikian rumusan penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah penerapan pembelajaran model inquiry dapat meningkatkan hasil belajar mengidentifikasi sifat-sifat benda cair pada siswa kelas IV SDN 3 Pancor?”



C.  Pemecahan Masalah.
            Bagian ini berisi cara (metode/strategi/model) pembelajaran yang akan dilaksanakan. Langkah-langkah dan pengalaman belajar yang dilakukan guru dan dialami siswa dalam proses pembelajaran kerangka untuk memecahkan masalah.

Contoh Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah rendahnya hasil belajar mengidentifikasi sifat-sifat benda cair pada siswa kelas IV SDN 3 Pancor, maka peneliti melaksanakan penerapan pembelajaran model inquiry. Secara umum, langkah-langkahnya adalah : (1) guru melakukan apersepsi, (2) guru meyampaikan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran, (3) guru menyiapkan  air dan sebuah gelas, air di tuang dari botol ke dalam gelas dan meminta peserta didik mengamati air tersebut, (4) Guru membagi peserta didik menjadi lima kelompok dimana tiap kelompok terdiri dari 6 siswa, (5) guru  meminta peserta didik untuk melakukan percobaan dan   menemukan sifat-sifat benda cair dari percobaan yang mereka lakukan, (7) siswa melakukan percobaan, berdiskusi, mencatat hasilnya dan dipresentasikan didepan kelas, dan (8) refleksi dan penegasan materi oleh guru .
Keterangan:
Dalam format tertentu atau menurut gaya penulisan (selingkung) tertentu,
penulisan identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan pemecahan masalah, tidak ditulis menjadi subbab, tetapi menjadi satu atau menyatu dengan latar belakang.


 
 



















D.  Hipotesis Tindakan
            Hipotesis tindakan adalah pernyataan sementara berupa tindakan yang akan dilaksanakan, guna memecahkan masalah yang diteliti. Ini berarti, hipotesis tindakan merupakan pernyataan sementara peneliti berdasarkan kajian teori/pustaka dan kerangka berpikir, yakni jika dilakukan tindakan ini maka diyakini akan memecahkan/mengatasi masalah tersebut. Hal lain yang perlu disampaikan adalah hipotesis pada PTK lebih merupakan hipotesis tindakan bukan hipotesis penelitian.        
            Dalam merumuskan hipotesis tindakan, peneliti dapat menggunakan batuan kata “ Jika … maka …”, atau tanpa menggunakan bantuan kata tersebut, yang terpenting merupakan rumusan hipotesis tindakan.
Contoh Hipotesis Tindakan
”Jika pembelajaran dengan model inquiry maka akan meningkatkan hasil belajar mengidentifikasi sifat-sifat benda cair pada siswa kelas IV SDN 3 Pancor”

Peneliti perlu menuliskan indikator (ukuran) ketercapaian tindakan penelitian sebagai rambu-rambu kapan penelitian tindakan kelas ini dapat diakhiri. Pada umumnya, pelaksanaan PTK diakhiri jika tujuan penelitian yang berupa peningkatan kualitas proses pembelajaran sudah tercapai, atau masalah penelitian sudah dapat terpecahkan. Perumusan indikator ketercapaian tujuan penelitian mengacu kepada masalah apa yang menjadi pusat perhatian dalam PTK. Masalah-masalah (variabel) apa saja yang akan diatasi dalam penelitian yang bersangkutan itulah yang harus muncul dalam kriteria/indikator ketercapaian tujuan penelitian.
Contoh Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan tindakan:
  • Tindakan perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila secara umum rata-rata hasil tes terakhir setelah pelaksanaan pembelajaran model inquiry dapat meningkatkan kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat benda cair pada siswa kelas IV SDN 3 Pancor, minimal meningkat10 %.
  • Tindakan perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila 75% siswa telah menguasai ketuntasan minimal (SKM) yang telah ditetapkan.


Keterangan:
Dalam format tertentu atau menurut gaya penulisan (selingkung) tertentu,
penulisan hipótesis dan indikator keberhasilan ditulis pada bagian BAB II.


 
 





E.  Tujuan Penelitian
            Tujuan penelitian hendaknya dirumuskan: berdasarkan rumusan masalah dan dirumuskan secara singkat, jelas, dan spesifik, dan dirumuskan dalam kalimat pernyataan. Tujuan penelitian juga harus mampu menjawab pertanyaan dari rumusan masalah yang diberikan.
Contoh Tujuan Penelitian
            Tujuan penelitian ini sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar mengidentifikasi sifat-sifat benda cair pada siswa kelas IV SDN 3 Pancor.

F.  Manfaat Penelitian.
            Manfaat penelitian hendaknya memberi kemanfaatan teoretis dan kemanfaatan praktis bagi siswa, guru, sekolah, dan penelitian lanjutan.
Contoh Manfaat Penelitian
         Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang bersifat teoritis pada khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pembelajaran di SD. Disamping itu juga akan memberikan manfaat bagi siswa, guru, kepala sekolah/pengawas/dinas pendidikan, peneliti lanjutan, yaitu sebagai berikut:
1.      Manfaat bagi siswa:  dapat meningkatkan kemampuan  mengidentifikasi sifat-sifat benda cair dalam mempelajari  pelajaran Sains (IPA)
2.      Manfaat bagu guru –guru adalah sebagai alternatif pilihan bagi guru untuk menerapkan model pembelajaran berbasis penemuan dalam mengidentifikasi sifat-sifat benda air dan membantu guru berkembang secara professional .dalam pengetahuan dan keterampilan
3.      Manfaat bagi kepala sekolah, pengawas sekolah, dan dinas pendidikan  adalah dapat menyosialisasikan hasil penelitian ini kepada guru - guru kelas IV SD ; dan
4.      Manfaat bagi peneliti lanjut adalah sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut. Hasil penelitian ini dapat dijadikan inspirasi bagi para peneliti lain yang ingin mendalami persoalan pembelajaran mengidentifikasi sifat-sifat benda cair.

G.  Definisi Operasional (Definisi Konsep)
Peneliti (guru) harus mendefinisikan istilah-istilah yang digunakan dalam variabel (komponen bahasan utama) penelitiannya. Variabel terdapat di rumusan kalimat pada judul penelitian. Penyebutan definisi operasional dimaksudkan agar terdapat kesamaan persepsi mengenai arti atau makna istilah yang digunakan. Apabila terdapat bermacam-macam definisi terhadap istilah yang sama, maka peneliti harus menegaskan definisi mana yang digunakan. Definisi mana yang digunakan, ditentukan menurut pengertian peneliti sendiri berdasar teori yang menjadi acuan peneliti dalam melaksanakan penelitian.   
Contoh:
  • Pembelajaran Model Inquiry adalah .................................................................
.............................................................................................................................
Secara umum langkah-langkah pembelajaran model inquiry adalah sebagai berikut:.................................................................................................................

  • Hasil belajar mengidentifikasi sifat-sifat benda cair  adalah ..................................................................................................................























BAB II
KAJIAN PUSTAKA

·        Memberikan guideline (petunjuk atau arahan) bahwa suatu tindakan (variabel X) untuk memecahkan suatu masalah (variabel Y) dibenarkan secara teori.
·        Memaparkan isu-isu utama yang diangkat dalam penelitian yang tercakup pada fokus/rumusan masalah.
·        Sumber pustaka dapat berasal dari: 1) buku-buku yang memuat teori-teori yang relevan; 2) hasil-hasil penelitian terdahulu berupa: skripsi, tesis, dan disertasi; 3) hasil-hasil penelitian yang dimuat di jurnal ilmiah; 4) Makalah dari kegiatan/forum ilmiah; 5) sumber lain dari berbagai website internet yang memuat hasil-hasil penelitian terdahulu.

A.  Variabel X (Metode/Strategi mengajar)
Contoh Pembelajaran Model Inquiry
            Nurhadi (2003) mendefinisikan inquiry sebagai suatu proses yang bergerak dari langkah observasi sampai langkah pemahaman. Observasi yang menjadi dasar pemunculan berbagai pertanyaan yang diajukan siswa, jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut dikejar dan diperoleh melalui suatu siklus pembuatan prediksi, perumusan hipotesis, pengembangan cara-cara pengujian hipotesis, pembuatan observasi lanjutan, penciptaan teori dan model-model konsep yang didasarkan pada data dan pengetahuan. Model inquiry adalah suatu teknik pembelajaran dimana dalam proses belajar mengajar, siswa diharapkan selalu dihadapkan dengan suatu masalah.
                  Selanjutnya Sanjaya (2008;196) menyatakan bahwa  ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inquiry. Pertama, strategi inquiry menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya pendekatan inquiry menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Artinya dalam pendekatan inquiry menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktvitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa, sehingga kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inquiry. Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inquiri adalah mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

Tabel 2.1a Sintaks Model Belajar Melalui Inquiry
Tahap
Tngkah Laku Guru
Tahap 1
Observasi untuk menemukan masalah
Guru menyajikan kejadian-kejadian atau fenomena yang memungkinkan siswa menemukan masalah.
Tahap 2
Merumuskan masalah
Guru membimbing siswa merumuskan masalah penelitian berdasarkan kejadian dan fenomena yang disajikannya.
Tahap 3
Mengajukan hipotesis
Guru membimbing siswa untuk mengajukan hipotesis terhadap masalah yang telah dirumuskan
Tahap 4
Merencanakan pemecahan masalah (melalui eksperimen atau cara lain)
Guru membimbing siswa untuk merencanakan pemecahan masalah, membantu menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dan menyusun prosedur kerja yang tepat.
Tahap 5
Melaksanakan eksperimen (atau cara pemecahan masalah yang lain)
Selama siswa bekerja guru membimbing dan  memfasilitasi.
Tahap 6
Melakukan pengamatan dan pengumpulan data
Guru membantu siswa melakukan pengamatan tentang hal-hal yang penting dan membantu mengumpulkan dan mengorganisasi data
Tahap 7
Analisis data
Guru membantu siswa menganalisis data supaya menemukan sesuatu konsep .
Tahap 8
Penarikan kesimpulan atau penemuan
Guru membimbing siswa mengambil kesimpulan berdasarkan data dan menemukan sendiri konsep yang ingin ditanamkan.

Sumber : Yuliono, dkk   2008
                Layaknya metode pembelajaran lainnya, metode inquiry juga memiliki beberapa keuntungan dan kelemahan. Beberapa kelebihan pembelajaran dengan metode penemuan (inquiry) menurut Muhibbin Syah ( 2003;244) diantaranya adalah; 1) pembelajaran menjadi terpusat pada siswa ( student contered), dimana siswa tidak hanya belajar menemukan konsep dan prinsip-prinsip tetapi ia juga mengalami proses belajar tentang  tanggung jawab dan komunikasi sosial, 2) dapat membentuk dan mengembangkan konsep dan sikap yang ada pada diri siswa, 3) tingkat pengharapan siswa bertambah  yaitu siswa  mempunyai ide tertentu tentang bagaimana dapat menyelesaikan suatu tugas dengan cara mereka sendiri, 4) proses belajar  inquiry dapat menghindarkan siswa dari  cara-cara belajar dengan cara menghafal, 5) proses belajar inquiry memberikan waktu bagi siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
  Adapun kelemahan dari metode inquiry antara lain ; 1) proses penemuan    ( inquiry) membutuhkan waktu yang cukup lama dan sarana  pendukung yang memadai, 2) kemampuan guru sangat dituntut, khususnya kemampuan dalam hal menyiapkan kondisi pembelajaran yang dapat membuat siswa memiliki motivasi untuk menemukan sendiri fakta-fakta yang ada di alam. Kemampuan ini cenderung tidak dimiliki sebagian besar guru, 3) kemampuan sisaw yang beragam dapat mempengaruhi hasil dan proses penemuan (inquiry) dalam pembelajaran.
Dalam penelitian ini peneliti mengambil langkah-langkah dalam metode inquiry sebagai berikut : 1) langkah  pertama yang dilakukan oleh guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok, 2)masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan, 3) peserta didik mempelajari, melakukan percobaan ,  meneliti, atau membahas tugasnya di dalam kelompok (eksperimen dan  observasi) ,4)setelah meneliti dilanjutkan dengan diskusi, 5) menarik  kesimpulan.atau penemuan (inquiry)

Tabel 2.1b. Sintaks Model Inquiry dalam penelitian
Tahap
Tngkah Laku Guru
Tahap 1
Pembentukan kelompok
Guru membagi peserta didik menjadi  beberapa kelompok .
Tahap 2
Memberikan tugas (LKS)
Guru membimbing siswa merumuskan masalah penelitian berdasarkan kejadian dan fenomena yang disajikannya.
Tahap 3
Melaksanakan eksperimen (atau cara pemecahan masalah yang lain) dan obeservasi
Selama siswa bekerja guru membimbing dan  memfasilitasi.
Tahap 4
Diskusi
Guru membantu siswa menganalisis data supaya menemukan  suatu konsep  dan mengevaluasi  dalam tanya jawab .
Tahap 5
Penarikan kesimpulan atau penemuan (inquiry)
Guru membimbing siswa mengambil kesimpulan berdasarkan data dan menemukan sendiri konsep yang ingin ditanamkan.

B.  Hasil Belajar atau Prestasi Belajar
·        Memaparkan bentuk-bentuk atau tipe-tipe hasil belajar yang dinginkan. Bentuk atau tipe hasil belajar antara lain; menurut Bloom, (1) kognitif: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi, (2) psikomotor, dan (3) Afektif; atau menurut Gagne, (1) keterampilan intelektual, (2) informasi verbal, (3) strategi Kognitif, (4) sikap, dan (5) keterampilan motorik; dan  Merril, tentang tipe isi dan unjuk kerja dari hasil belajar; (1) Tipe isi, meliputi: fakta, konsep, prosedur, dan prinsip; (2) unjuk kerja; (1) mengingat, menggunakan, dan menemukan.
·        Mencari landasan antara keterkaitan hasil belajar atau prestasi belajar dengan metode. Apakah berkorelasi atau sudah sesuai hasil belajar yang akan dicapai dengan metode/strategi yang akan digunakan?

Contoh hasil belajar
Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Hornby (2000),  yang mengemukakan bahwa prestasi (achievement) adalah “a thing that somebody has done successfully, especially using their own effort and skill”. Berdasarkan makna leksikal tersebut, dapat diketahui bahwa hasil belajar merupakan tingkat penguasaan pengetahuan dan keterampilan mata pelajaran yang diukur dengan alat ukur tertentu. Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui prestasi belajar seseorang setelah mengikuti proses pembelajaran dapat berupa tes maupun nontes. Berdasarkan alat ukur berupa tes dan/atau nontes tersebut diperoleh skor atau nilai yang menunjukkan tingkat prestasi belajar seseorang.
Steinberger dalam Basuki (2004) menyatakan bahwa hasil atau achievement meliputi kemampuan (ability) dan kinerja (performance). Prestasi memiliki sifat multidimensi yang berhubungan dengan perkembangan manusia, yakni perkembangan kognisi, emosi, sosial, dan pertumbuhan fisik. Hal ini merupakan refleksi dari perkembangan secara keseluruhan individu, yang tidak hanya terkait pada suatu kejadian tersendiri, melainkan melintasi waktu dan tingkat kehidupan individu.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki pebelajar sebagai akibat  perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan pebelajar (Gagne, 1988). Sejalan dengan pendapat Gagne tersebut, Dick & Reiser (dalam Djamaah, 2000) mendefinisikan prestasi belajar sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki pebelajar sebagai hasil kegiatan pembelajaran.
Dalam penelitian ini, hasil pembelajaran yang ingin dilihat adalah tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang dipelajari dalam pembelajaran. Materi-materi pembelajaran tersebut berkaitan dengan tujuan-tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam suatu pembelajaran.

C.  Hasil Penelitian yang Relevan
Tujuan pemaparan hasil-hasil penelitian sebelumnya adalah untuk mendukung penelitian yang akan dilaksanakan. Pemaparan hasil-hasil penelitian sebelumnya merupakan argumentasi rekomendasi terhadap rencana tindakan yang dipilih oleh peneliti.
Hasil penelitian sebelumnya dapat menjadi dasar pertimbangan peneliti dalam menyususn rencana tindakan. Untuk itu, ketika peneliti mempelajari suatu laporan penelitian, dapat melihat pada bagian kesimpulan dan rekomendasi. Pada bagian ini, diuraiakan hasil-hasil penelitian yang mendukung keberhasilan penelitian yang akan dilakukan. Hasil penelitian yang diambil harus relevan dengan permasalahan dan variabel yang diteliti. Bagian ini disusun untuk menghidari duplikasi.

Contoh hasil penelitian yang relevan
Penelitian ini sesuai dengan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya, antara lain;  Haury (1993), Mulyana (2005),Soesanti (2005), Pujiastuti (2003), Djamani ( 2009 );
Hasil penelitian Haury ( 1993), salah satu manfaat yang dapat diperoleh dari metode inquiry adalah munculnya sikap keilmiahan siswa, misalnya sikap objektif, rasa ingin tahu yang tinggi, dan berpikir kritis. Dengan sikap keilmiahan yang baik, konsep-konsep dalam Sains lebih mudah dipahami oleh siswa. Begitu juga, dengan motivasi belajar yang tinggi, kegiatan pembelajaran Sains juga menjadi lebih mudah mencapai tujuannya, yaitu pemahaman konsep-konsep Sains.
Mulyana (2005) yang melakukan penelitian pengembangan model inquiry berbasis keterampilan hidup, dengan hasil penelitiannya sebagai berikut: hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan inquiry dalam mengembangkan keterampilan siswa menunjukkan adanya keberhasilan. Keberhasilan itu ditunjukkan oleh keterampilan siswa dalam memecahkan masalah
Soesanti (2005) menggunakan model inquiry menunjukkan terjadinya peningkatan hasil belajar untuk konsep struktur tumbuhan. Hasil penelitian yang dilakukan Najimudin (2004), menunjukkan bahwa penerapan model inquiry berhasil meningkatkan kemampuan berpikir, motivasi, rasa percaya diri dan keterampilan bernalar siswa.
Penelitian Pujiastuti (2003), Pengaruh pembelajaran IPA dengan menggunakan model  inquiry terbimbing memiliki kemampuan analisis dan sintesis yang lebih tinggi. Model pembelajaran yang diterapkan dengan model inquiry membawa dampak terhadap peningkatan kemampuan analisis dan sintesis, kemampuan berpikir, pengembangan keterampilan siswa dalam hal pemecahan masalah, peningkatan kreativitas serta peningkatan keterampilan bernalar
Temuan penelitian Djamani ( 2009 ) menunjukkan bahwa adanya perbedaan hasil belajar antara siswa yang menggunakan model pembelajaran inquiry dan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran inqury lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pemebelajaran konvensional.

D.  Kerangka Pikir (Kaitan Antara variabel X dan Variabel Y)
Kerangka pikir dalam PTK berisi analisis, kajian, dan kesimpulan secara deduksi hubungan antar variabel berdasarkan pada teori dan hasil-hasil penelitian yang telah dibahas. Kerangka pikir merupakan pendapat atau pandangan peneliti terhadap teori yang dikemukakan. Hal ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan.
Kerangka pikir didasarkan pada: 1) alur pikiran yang logis; 2) penggunaan presmis-premis yang benar dan cara penarikan kesimpulan yang sah; 3) landasan teori yang terkait, 4) dan disesuaikan dengan permasalahan yang diambil. Hal tersebut di atas, sebagai dasar untuk menentukan pengajuan jawaban sementara (hipotesis), sehingga jawaban yang diperoleh merupakan kebenaran pula. Keabsahan yang diakui sebagai pengetahuan ilmiah yang ditarik secara deduktif akan bersifat konsisten, bukan sebagai kumpulan teori melainkan teori yang dipilih secara selektif untuk membangun kerangka pikir.
Klimaks dari kerangka umumnya terdapat kata ” berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, diduga melalui X dapat meningkatkan Y”

Contoh kerangka pikir
Berdasarkan kajian teori dan hasil-hasil penelitian di atas, diduga penerapan pembelajaran model inquiry dapat meningkatkan hasil belajar mengidentifikasi sifat-sifat benda cair pada siswa kelas IV SDN 3 Selong.


BAB III
METODE PENELITIAN

A.  Rancangan (Prosedur) Penelitian
            Tuliskan bahwa rancangan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, yang dilakukan secara bersiklus, sebutkan model siklus yang digunakan, apakah akan menggunakan siklus, model Kemmis dan Taggart, Kurt Lewin, john Eliot, Mc. Kernan, Hokins, atau lainnya. Deskripsikan secara rinci kegiatan apa saja yang akan dilakukan peneliti pada tahapan-tahapan dalam siklus: misalnya pada tahap: Perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Anda tidak perlu menyebutkan berapa siklus PTK yang akan Anda lakukan, sebab Anda belum mengetahui kepastian berapa siklus PTK Anda akan diakhiri.
Contoh:
            Penelitian ini menggunakan metode penelitian atau rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). PTK adalah penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran di kelas, atau memecahkan masalah pembelajaran di kelas yang dilakukan secara bersiklus. Model pelaksanaan PTK ini menggunakan model PTK ”guru sebagai peneliti” dengan acuan model siklus PTK yang  dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (1990), berikut ini.
(Keterangan: sertakan gambar alur  model siklus PTK, yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi, Evaluasi dan refleksi)

Siklus-1
            Siklus-1 terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, dan refleks.
Perencanaan :
            Pada tahap perencanaan, peneliti melakukan studi pendahuluan (case study) dengan melakukan refleksi terhadap praktik pembelajaran penghitungan bilangan pecah di kelas-4 SDN 3 Pancor yang selama ini sudah berlangsung. Peneliti berupaya untuk mengingat kembali berbagai peristiwa pembelajaran yang telah berlangsung selama ini, membaca jurnal belajar (learning journal) dan mewawancarai siswa kelas 4 SDN 3 Pancor untuk mengungkap kesulitan-kesulitan apa yang dialami dan dirasakan mereka ketika belajar menghitung bilangan pecah, mengungkapkan perasaan-perasaan siswa yang berkaitan dengan pembelajaran yang dialami dan dirasakan siswa.
Disamping itu, peneliti juga melakukan telaah terhadap dokumen-dokumen tentang kemampuan siswa dalam menghitung bilangan pecah. Dokumen tersebut berupa dokumen latihan dan penugasan, dan hasil tes ulangan tentang penghitungan bilangan pecah. Peneliti juga mendiskripsikan kembali hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran yang teleh berlangsung selama ini, merefleksi model-model pembelajarannya, keaktifan siswa ketika belajar, kemampuan kreativitas siswa, dan lain-lain.
            Studi pendahuluan tersebut menghasilkan masalah-masalah proses dan hasil pembelajaran tentang penghitungan bilangan pecah di kelas-4 SDN 3 Pancor. Dalam Proses pembelajaran peneliti merasakan adanya masalah dalam hal: Penerapan model pembelajaran penghitungan bilangan pecah yang kurang tepat, keaktifan siswa yang rendah, kurangnya kreativitas siswa, suasana pembelajaran yang kurang menyenangkan, dan rendahnya kemampuan siswa dalam menghitung bilangan pecah. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pada tahap perencanaan, meliputi:
(1) Pembuatan skenario atau rencana pembelajaran yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
(2) Penyiapan alat peraga berupa benda-benda konkret, 
(3) Penyiapan lembar kegiatan siswa (LKS),
(4) Penyusunan perangkat tes hasil belajar siswa yang berkaitan dengan kemampuan
     menghitung bilangan pecah, dan
(5) Menyiapkan instrumen untuk pengumpulan data berupa pedoman pengamatan, rubik
     pengamatan, pedoman observasi untuk siswa, pedoman wawancara, dan pedoman
    dokementasi.
(6) Menyiapkan Daftar Nilai yang akan diperlukan untuk menghimpun data nilai siswa.

Pelaksanaan Tindakan dan Observasi:
            Pada tahap ini peneliti mempraktikkan pembelajaran sesuai desain pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebagaimana terlampir, merekam: berbagai peristiwa pembelajaran yang sesuai dengan fokus masalah  yaitu : membuat catatan hasil pengamatan terhadap proses dan hasil pembelajaran, keaktifan dan kreativitas siswa yang tampak, dan mendokomentasikan hasil-hasil tes formatif, dan memfoto berbagai peristiwa yang menjadi fokus penelitian.



Evaluasi dan Refleksi:
            Berdasarkan hasil pengamatan di atas, kemudian peneliti melakukan refleksi atas proses dan hasil pembelajaran yang dicapai pada proses tindakan ini. Refleksi yang dimaksud adalah melakukan berpikir ulang terhadap apa yang sudah dilakukan, apa yang belum dilakukan, apa saja yang sudah dicapai, apa yang belum dicapai, masalah apa saja yang belum terpecahkan, dan menentukan tindakan apa lagi yang perlu dilakukan untuk meningka
tkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, yang akan dilanjutkan (diimplementasikan) pada siklus ke -2.

Siklus -2
            Seperti halnya pada siklus -1, pada siklus -2 ini juga mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, refleksi, dan perbaikan rencana.
            Kegiatan pada setiap tahapan pada siklus -2 ini disesuaikan dengan masalah-masalah proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siklus -1, apa yang belum tercapai pada siklus -1 akan dilanjutkan dan diatasi pada siklus -2, sehingga pada rancangan penelitian ini peneliti belum bisa mendeskripsikan kegiatan-kegiatan dan perbaikan-perbaikan apa saja yang akan dilakukan pada siklus -2 ini.
           
B.  Latar dan Subjek Penelitian
            Pada bagian ini memuat sekurang-kurangnya tiga hal, yaitu: 1) waktu, 2) materi pelajaran (SK dan KD), 3) tempat, dan 4) subjek penelitian. Dengan demikian, akan menjawab pertanyaan:
·        Kapan pelaksanaan PTK dilaksanakan?
·        Apa materi pelajarannya?
·        Di kelas berapa dan di sekolah mana penelitian dilaksanakan?
·        Berapa (rincian) jumlah siswa dikelas yang akan teliti?
Contoh.
            Penelitian ini dilakukan pada semester I sekitar bulan Nopember sampai dengan Januari pada tahun pelajaran 2010/2011. Materi pelajaran yang diteliti adalah mengidentifikasi sifat-sifat benda cair. Penelitian dilaksanakan di kelas IVa SDN  3 Pancor, dengan subyek siswa kelas IVa sebanyak 30 orang  yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Tim peneliti pertama adalah Eri Kusumawati (guru kelas IVa) dan Rini Wartiningsih (teman sejawat SDN 3 Pancor) sebagai peneliti kedua yang membantu peneliti pertama  sebagai teman kolaborasi berdisikusi dan mengambil langkah-langkah terbaik.

C.  Teknik Pengumpulan Data
            Tuliskan cara-cara apa yang akan Anda gunakan untuk mengumpulkan data. Karena PTK termasuk penelitian kualitatif-interaktif, maka peneliti biasanya menggunakan berbagai macam teknik pengumpulan data. Misalnya: teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan bahkan dapat juga menggunakan angket terbuka. Ketika anda menyebutkan salah satu teknik dalam mengumpulkan data (misalnya teknik observasi) maka uraikanlah bahwa teknik observasi tersebut akan Anda gunakan untuk mengumpulkan data tentang apa, pada fokus masalah yang mana, dan kepada subyek penelitian (responden) yang mana. Demikian pula terhadap teknik wawancara, dokumentasi, dan angket terbuka.

Contoh.
            Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitiaan ini terdiri atas : observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes.
            Teknik observasi digunakan untuk mengamati gejala-gejala yang tampak dalam proses pembelajaran tentang kesungguhan siswa ketika mengikuti pelajaran, keseringan siswa bertanya, kemauan dan kemampuan siswa menanggapi pertanyaan teman sekelasnya. Observasi juga dilakukan untuk mengamati kemampuan siswa dalam membelah buah-buahan yang dijadikan sebagai alat peraga dan digunakan untuk mengamati proses kerja dan diskusi dalam kelompok masing-masing. Disamping itu observasi juga digunakan untuk mangamati hasil penugasan siswa untuk menciptakan (kreativitas) potongan-potongan buah-buahan peraga, juga kreativitas dalam berpendapat ketika siswa melakukan diskusi dengan teman sekelasnya. Teknik observasi juga dilakukan untuk mengamati, merekan ucapan-ucapan siswa ketika bertanya, menjawab, berdebat, menanggapi, menganalisis, dan berargumentasi dalam proses pembelajaran.
            Teknik wawancara digunakan untuk wawancara dengan siswa tentang kesan-kesan dan pengungkapan perasaan siswa ketika menghitung bilangan pecah dengan pembelajaran berbantuan benda konkret. Ungkapan rasa senang siswa dilakukan dengan teknik wawancara. Wawancara juga digunakan untuk mengungkapkan perasaan tentang kesulitan-kesulitan siswa ketika belajar menghitung bilangan pecah dengan berbantuan benda konkret.
            Teknik dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan data tentang proses pembelajaran yang menggambarkan langkah-langkah konkret yang dipraktikkan guru (penelitia) dalam prosess pembelajaran. Data fokus masalah tentang keaktifan, kreativitas, dan rasa senang siswa dikumpulkan dengan teknik dokumentasi. Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup dokumentasi foto dan dokumen portofolio siswa. Peristiwa-peristiwa yang tampak dan sesuai fokus masalah penelitian ini; misalnya ketika siswa menunjukkan acungan jari, ketika bertepuk tangan yang menggambarkan suasana menyenangkan, ketika mereka asyik bekerja secara kelompok, dan lainnya, akan didokumentasikan.
            Teknik lainnya adalah Tes. Tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan siswa mengerjakan soal-soal tes untuk penghitungan bilangan pecah.

D.  Instrumen Penelitian
            Sebutkan instrumen apa saja yang akan anda gunakan untuk mengumpulkan data. Di antara instrumen penelitian PTK adalah: 1) instrumen untuk mengobservasi proses pembelajaran yang dilakukan guru dan instrumen untuk mengobservasi siswa; 2) instrumen tes hasil belajar; 3) instrumen untuk wawancara; dan 4) instrumen untuk dokumentasi. Instrumen PTK berupa pedoman observasi, pedoman wawancara, pedoman dokumentasi, dan angket terbuka.

Contoh :
Pada dasarnya, yang menjadi instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti menjadi instrumen penelitian karena dalam proses pengumpulan data itulah peneliti akan melakukan adaptasi secara aktif sesuai dengan keadaan yang dihadapi peneliti ketika berhadapan dengan subyek penelitian. Peneliti dapat saja mengubah pertanyaan, memperdalam pertanyaan, dan mengembangkan pertanyaan dan pedoman wawancara yang telah disususn kalau memang adaptasi tersebut dipandang perlu dilakukan. Peneliti akan mengumpulkan data yang berupa dokumen sesuai pedoman dokumentasi dan sangat mungkin juga menambah daftar dokumen yang akan dikumpulkan pada saat itu juga ketika melakukan proses dokumentasi.
      Meskipun peneliti berperan sebagai instrumen penelitian yang dapat melakukan adaptasi aktif terhadap keadaan subyek dan fokus penelitian, namun, untuk menjaga fokus masalah penelitian maka peneliti juga menggunakan instrumen penelitian yang berupa: pedoman-pedoman: observasi, wawancara, dokumentasi dan soal tes.

E.  Teknik Analisa Data
            Teknik analisa data dalam hal ini adalah teknik analisis data secara deskriptif kualitatif. Disampig deskriptif kualitatif peneliti juga dibenarkan melakukan analisis deskriptif kuantitatif dengan cara  menghitung persentase dan nilai rata-rata, terutama untuk data-data yang berupa angka-angka (mungkin berupa nilai atau score yang dicapai siswa) peneliti tidak perlu melakukan analisis dengan uji inferensial dengan melakukan uji hipotasis misalnya memasukkan data ke dalam rumus-rumus seperti : uji korelasi, uji t, uji F dan lain-lain.
            Dalam pelaksanaan PTK, ada dua jenis data yang dikumpulkan oleh peneliti, yakni sebagai berikut:
1)      Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang dapat dianalisis secara deskriptif, misalnya mencari nilai rerata, presentase keberhasilan belajar, dan lainnya.
2)      Data kualitatif, yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberikan gambaran tentang ekspresi siswa terhadap tingkat pemahaman materi, pandangan atau sikap siswa terhadap efektifitas media pembelajaran, aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar, dan sejenisnya.

Contoh :
     Data yang telah terkumpul akan dianalisis secara deskriptif, baik deskriptif kuantitatif maupun deskriptif kualitatif. Data yang akan dianalisis secara deskriptif kuantitatif adalah data tentang kemampuan menghitung bilangan pecah yang dinyatakan dengan nilai (score) yang dicapai siswa dari hasil  tes.
     Data kualitatif berupa catatan pengamatan, dokumen portofolio siswa, dokumen foto, dan rekaman wawancara akan dianalisis dengan analisis kualitatif dengan tahapan: pemaparan data, penyederhanaan data, pengelompokan data sesuai fokus masalah, dan pemaknaan.
     Dalam proses analisis data, untuk memperoleh data yang benar-benar dapat dipercaya kebenarannya maka peneliti akan melakukan member chek (pengecekan anggota/subyek penelitian), triangulasi, cek dan recek dari berbagai sumber data.

DAFTAR RUJUKAN/PUSTAKA
LAMPIRAN
            Lampiran-lampiran yang perlu disertakan dalam rancangan/proposal penelitian diantaranya adalah :
1)      Ijin Penelitian;
2)      Silabus;
3)      Rencana Pelaksanaan Tindakan (RPP);
4)      Lembar Kerja Siswa (apabila ada);
5)      Materi/Bahan Ajar;
6)      Instrumen Pengamatan KBM;
7)      Instrumen tes Hasil Belajar;
8)      Daftar Nilai;
9)      Daftar Hadir;
10)  Curriculum vitae (daftar riwayat hidup);
Ditekankan pada pengalaman penelitian dan pengalaman dibidang keilmuan yang relevan dengan penelitian yang sedang diusulkan, misalnya: disamping identitas diri, keahlian, pengalaman mengajar, pengalaman penelitian, daftar karya ilmiah yang dipublikasikan, dll.
11)  Jadwal Pelaksanaan Penelitian;
12)  Anggaran Penelitian (apabila diperlukan).

Keterangan:
1.      Lampiran/perangkat akademik:  Silabus, RPP, LKS, materi/bahan ajar, instrument pengamatan KBM, instrument tes hasil belajar.
2.      Lampiran/perangkat administratif: Ijin penelitian, daftar nilai, daftar hadir, Curriculum vitae (daftar riwayat hidup), Jadwal Pelaksanaan Penelitian, Anggaran Penelitian (apabila diperlukan).





JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN
            Guna mengetahui alokasi waktu dan rencana kegiatan PTK, peneliti menuangkannya dalam sebuah jadwal penelitian. Jadwal pelaksanaan penelitian merupakan rencana yang akan dilakukan dan kegiatannya meliputi: 1) persiapan, 2) pelaksanaan, dan 3) pelaporan hasil penelitian. Berikut contoh jadwal penelitian.
Contoh Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No
Kegiatan
Bulan.....
Bulan....
Bulan seterusnya...
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5

Persiapan















1.
Case study, Identifikasi masalah, dan perumusan masalah















2.
Penentuan tindakan (Silabus, RPP, LKS, materi/bahan ajar)















3.
Penyusunan instrumen tes hasil belajar















4.
Penyusunan instrumen pengamatan KBM















5.
Penyusunan kajian teori/ pustaka















6.
Penyusunan Proposal PTK















7.
Seminar Proposal
















Pelaksanaan Tindakan/ Pengambilan Data















8.
Pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus 1, dilanjutkan paparan data, pengolahan/analisis data, dan refleksi.















9
Pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus 2, dilanjutkan paparan data, pengolahan/analisis data, dan refleksi.
















Pelaporan















10.
Penyusunan laporan hasil tindakan















11.
Seminar hasil penelitian















12.
Pelaporan hasil penelitian lengkap
















Komentar

Postingan populer dari blog ini

FAKTA, KONSEP DAN PRINSIP DALAM MATEMATIKA

8 SMP Soal Pembahasan Garis Singgung Lingkaran

Turunan Fungsi