KETERAMPILAN PROSES DASAR PADA PEMBELAJARAN
A. Pengertian
Pendekatan keterampilan proses
dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-
keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-
kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa (DEPDIKBUD, dalam
Moedjiono, 1992/ 1993 : 14)
Menurut Semiawan, dkk (Nasution,
2007 : 1.9-1.10) menyatakan bahwa keterampilan proses adalah keterampilan fisik
dan mental terkait dengan kemampuan- kemampuan yang mendasar yang dimiliki,
dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan
berhasil menemukan sesuatu yang baru.
Dimyati dan Mudjiono (Sumantri,
1998/1999: 113) mengungkapkan bahwa pendekatan keterampilan proses bukanlah
tindakan instruksional yang berada diluar jangkauan kemampuan peserta didik.
Pendekatan ini justru bermaksud mengembangkan kemampuan- kamapuan yang dimiliki
peserta didik.
B. Jenis- Jenis Pendekatan Keterampilan
Proses Dasar
Khusus untuk keterampilan proses
dasar, proses- prosesnya meliputi keterampilan mengobservasi, mengklasifikasi,
mengobservasi, mengklasifikasikan, mengukur, mengkomunikasikan, menginferensi,
memprediksi, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta mengenal hubungan- hubungan
angka.
1. Keterampilan Mengobservasi
Keterampilan mengobservasi
menurut Esler dan Esler (1984) adalah keterampilan yang dikembangkan dengan
menggunakan semua indera yang kita miliki untuk mengidentifikasi dan memberikan
nama sifat- sifat dari objek- objek atau kejadian- kejadian. Definisi serupa
disampaikan oleh Abruscato (1988) yang menyatakan bahwa mengobservasi artinya
mengunakan segenap panca indera untuk memperoleh imformasi atau data mengenai
benda atau kejadian. (Nasution, 2007: 1.8- 1.9)
Kegiatan yang dapat dilakukan
yang berkaitan dengan kegiatan mengobservasi misalnya menjelaskan sifat- sifat
yang dimiliki oleh benda- benda, sistem- sistem, dan organisme hidup. Sifat
yang dimiliki ini dapat berupa tekstur, warna, bau, bentuk ukuran, dan lain- lain.
Contoh yang lebih konkret, seorang guru sering membuka pelajaran dengan
menggunakan kalimat tanya seperti apa yang engkau lihat ? atau bagaimana rasa,
bau, bentuk, atau tekstur…? Atau mungkin guru menyuruh siswa untuk menjelaskan
suatu kejadian secara menyeluruh sebagai pendahuluan dari suatu diskusi.
2.
Keterampilan Mengklasifikasi
Keterampilan mengklasifikasi
menurut Esler dan Esler merupakan ketermpilan yang dikembangkan melalui
latihan- latihan mengkategorikan benda- benda berdasarkan pada (set yang
ditetapkan sebelumnya dari ) sifat- sifat benda tersebut. Menurut Abruscato
mengkalsifikasi merupakan proses yang digunakan para ilmuan untuk menentukan
golongan benda- benda atau kegaitan- kegiatan. (Nasution, 2007 : 1.15)
Bentuk- bentuk yang dapat dilakukan
untuk melatih keterampilan ini misalnya memilih bentuk- bentuk kertas, yang
berbentuk kubus, gambar- gambar hewan, daun- daun, atau kancing- kancing
berdasarkan sifat- sifat benda tersebut. Sistem- sistem klasifikasi berbagai
tingkatan dapat dibentuk dari gambar- gambar hewan dan tumbuhan (yang digunting
dari majalah) dan menempelkannya pada papan buletin sekolah atau papan panjang
di kelas.
Contoh kegiatan yang lain adalah
dengan menugaskan siswa untuk membangun skema klasifikasi sederhana dan menggunakannya
untuk kalsifikasi organisme- organisme dari carta yang diperlihatkan oleh guru,
atau yang ada didalam kelas, atau gambar tumbuh- tumbuhan dan hewan- hewan yang
dibawa murid sebagai sumber klasifikasi
3. Keterampilan Mengukur
Keterampilan mengukur menurut
Esler dan Esler dapat dikembangkan melalui kegiatan- kegiatan yang berkaitan
dengan pengembangan satuan- satuan yang cocok dari ukuran panjang, luas, isi,
waktu, berat, dan sebagainya. Abruscato menyatakan bahwa mengukur adalah suatu
cara yang kita lakukan untuk mengukur observasi. Sedangkan menurut Carin,
mengukur adalah membuat observasi kuantitatif dengan membandingkannya terhadap
standar yang kovensional atau standar non konvensional. (Nasution, 2007 : 1.20)
Keterampilan dalam mengukur
memerlukan kemampuan untuk menggunakan alat ukur secara benar dan kemampuan
untuk menerapkan cara perhitungan dengan menggunakan alat- alat ukur. Langkah
pertama proses mengukur lebih menekankan pada pertimbangan dan pemilihan
instrumen (alat) ukur yang tepat untuk digunakan dan menentukan perkiraan sautu
objek tertentu sebelum melakukan pengukuran dengan suatu alat ukur untuk
mendapatkan ukuran yang tepat.
Untuk melakukan latihan pengukuran, bisa
menggunakan alat ukur yang dibuat sendiri atau dikembangkan dari benda- benda
yang ada disekitar. Sedangkan pada tahap selanjutnya, menggunakan alat ukur
yang telah baku
digunakan sebagai alat ukur. Sebagai contoh, dalam pengukuran jarak, bisa
menggunakan potongan kayu, benang, ukuran tangan, atau kaki sebagai satuan
ukurnya. Sedangkan dalam pengukuran isi, bisa menggunakan biji- bijian atau
kancing yang akan dimasukkan untuk mengisi benda yang akan diukur.
Contoh kegiatan mengukur dengan alat ukur standar/
baku adalah siswa memperkirakan dimensi linear dari benda- benda (misalnya yang
ada di dalam kelas) dengan menggunkan satuan centi meter (cm), dekameter (dm),
atau meter (m). Kemudian siswa dapat menggunakan meteran (alat ukur, mistar
atau penggaris) untuk pengukuran benda sebenarnya.
4. Keterampilan Mengkomunikasikan
Menurut Abruscato (Nasution,
2007: 1.44 ) mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan yang
berhasil dikumpulkan atau menyampaikan hasil penyelidikan. Menurut Esler dan
Esler ((Nasution, 2007: 1.44) dapat dikembangkan dengan menghimpun informasi dari
grafik atau gambar yang menjelaskan benda- benda serta kejadain- kejadian
secara rinci.
Kegiatan untuk keterampilan ini
dapat berupa kegiatan membaut dan menginterpretasi informasi dari grafik,
charta, peta, gambar, dan lain- lain. Misalnya siswa mengembangkan keterampilan
mengkomunikasikan deskripsi benda- benda dan kejadian tertentu secar rinci.
Siswa diminta untuk mengamati dan mendeskrifsikan beberapa jenis hewan- hewan
kecil ( seperti ukuran, bentuk, warna, tekstur, dan cara geraknya), kemudain
siswa tersebut menjelaskan deskrifsi tentang objek yang diamati didepan kelas.
5. Keterampilan Menginferensi
Keterampilan menginferensi
menurut Esler dan Esler dapat dikatakan juga sebagai keterampilan membuat
kesimpulan sementara. Menurut Abruscato , menginferensi/ menduga/ menyimpulakan
secara sementara adalah adalah menggunakan logika untuk memebuat kesimpulan
dari apa yagn di observasi( Nasution, 2007 : 1.49)
Contoh kegiatan untuk
mengembangkan keterampilan ini adalah dengan menggunakan suatu benda yang dibungkus
sehingga siswa pada mulanya tidak tahu apa benda tersebut. Siswa kemudian
mengguncang- guncang bungkusan yang berisi benda itu, kemudian menciumnya dan
menduganya apa yang ada di dalam bungkusan ini. Dari kegiatan ini, siswa akan
belajar bahwa akan muncul lebih dari satu jenis inferensi yang dibuat untuk
menjelaskan suatu hasil observasi. Disamping itu juga belajar bahwa inferensi
dapat diperbaiki begitu hasil observasi dibuat.
6. Keterampilan Memprediksi
Memprediksi adalah meramal secara khusus tentangapa
yang akan terjadi lpada observasi yang akan datang (Abruscato Nasution, 2007 :
1.55) atau membuat perkiraan kejadian atau keadaan yang akan datang yang
diharapkan akan terjadi (Carin, 1992). Keterampilan memprediksi menurut Esler
dan Esler adalah keterampilan memperkirakan kejadian yang akan datang
berdasarkan dari kejadian- kejadian yang terjadi sekarang, keterampialn
menggunakna grafik untuk menyisipkan dan meramalkan terkaan- terkaan atau
dugaan- dugaan. (Nasution, 2007 : 1.55)
Jadi dapat dikatakan bahwa
memprediksi sebagai menyatakan dugaan beberapa kejadian mendatang atas dasar
suatu kejadian yang telah diketahui Contoh kegiatan untuk melatih kegiatan ini
adalah memprediksi berapa lama (dalam menit, atau detik) lilin yang menyala
akan tetap menyala jika kemudian ditutup dengan toples (dalam berbagai ukuran)
yang ditelungkupkan.
7. Keterampilan Mengenal Hubungan Ruang dan
Waktu
Keterampilan mengenal hubungan ruang dan waktu
menurut Esler dan Esler meliputi keterampilan menjelaskan posisi suatu benda
terhadap lainnya atau terhadap waktu atau keterampilan megnubah bentuk dan
posisi suatu benda setelah beberapa waktu. Sedangkan menurut Abruscato
menggunakan hubungan ruang- waktu merupakan keterampilan proses yan gberkaitan
dengan penjelasan- penjelasan hubungan- hubunagn tentang ruang dan waktu
beserta perubahan waktu.
Untuk membantu mengembangkan pengertian siswa
terhadap hubungan waktu- ruang, seorang guru dapat memberikan pelajaran tentang
pengenalan dan persamaan bentuk- bentuk dua dimensi (seperti kubus, prisma,
elips). Seorang guru dapat menyuruh sisiwa menjelaskan posisinya terhadap
sesuatu, misalnya seorang siswa dapat menyatakan bahwa ia berada ia berada di
baridsan ketiga bangku kedua dari kiri gurunya.
8. Keterampilan Mengenal Hubungan Bilangan-
bilangan
Keterampilan mengenal hubungan bilangan- bilangan
menurut Esler dan Esler meliputi kegaitan menemukan hubungan kuantitatif
diantara data dan menggunakan garis biangan untuk membuat operasi aritmatika
(matematika). Carin mengemukakan bahwa menggunakan angka adalah mengaplikasikan
aturan- aturan atau rumus- ruumus matematik untuk menghitung jumlah atau
menentukan hubungan dari pengukuran dasar. Menurut Abruscato, menggunakan
bilangan merupakan salah satu kemampuan dasar pada keterampilan proses.(
Nasution, 2007: 1.61- 1.62).
Kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih
keterampilan ini adalah menentukan nilai pi dengan mengukur suatu rangkaian
silinder, menggunakan garis bilangan untuk operasi penambahan dan perkalian.
Latihan- latihan yang mengharuskan siswa untuk mengurutkan dan membandingkan
benda- benda atau data berdasarkan faktor numerik membantu untuk mengembangkan
keterampilan ini. contoh pertanyaan yang membantu siswa agar mengerti tentang
hubungan bilangan antara lain adalah : “ lebih jauh mana benda A jika
dibandingkan dengan benda B?” “ Berapa derajat suhu tersebut turun dari – 100
C ke – 200 C ? ”
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan keterampilan proses
dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan- keterampilan
intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan- kemampuan mendasar
yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa (DEPDIKBUD, dalam Moedjiono, 1992/
1993 : 14)
Keterampilan proses dasar,
meliputi keterampilan mengobservasi, mengklasifikasi, mengobservasi,
mengklasifikasikan, mengukur, mengkomunikasikan, menginferensi, memprediksi,
mengenal hubungan ruang dan waktu, serta mengenal hubungan- hubungan angka.
B. SARAN
Untuk mengoptimilisasikan proses
pembelajaran bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar, terkadang
membutuhkan alat peraga atau media pembelajaran yang bersifat modern, seperti
audio visual dan alat peraga atau media pembelajaran tersebut terkesan mahal,
sehingga semua sekolah dasar tidak mampu memilikinya yang dampaknya akan
menghambat daripada proses pembelajaran IPA disekolah dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Noehi, dkk.2007. Pendidikan IPA di SD.
Jakarta :
Universitas Terbuka
Moedjiono
dan Moh. Dimyati. 1992/ 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: DEPDIKBUD
Sumantri,
Mulyani dan Johar Permana.1998/ 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: DEPDIKBUD
Ditulis dalam Makalah ilmu
Pendidikan, Makalah
Bimbingan Konseling, Makalah
Kurikulum Dan Pembelajaran, Makalah
Belajar Dan Pembelajaran, Makalah Media
Pembelajaran, Makalah
Evaluasi Pembelajaran, Makalah
Pengelolaan Pendidikan, Makalah Pedagogik. 15
Komentar »
Oleh : USEP NUH
Menurut Herlen (Indrawati,
1999:3) keterampilan proses ( prosess-skill ) sebagai proses kognitif
termasuk didalamnya juga interaksi dengan isinya (content). Lebih lanjut
Indrawati (1999:3) mengemukakan bahwa
"Keterampilan Proses
merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun
psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau
teori , untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan
penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi)".
Jadi Keterampilan Proses Sains
(KPS) adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami,
mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap
siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains
serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru/ mengembangkan pengetahuan yang
telah dimiliki (Dahar, 1985:11).
Keterampilan proses melibatkan
keterampilan-keterampilan kognitif/ intelektual, manual dan sosial.
keterampilan intelektual dan kognitif terlibat karena dengan melibatkan
keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas
terlibat dalam keterampilan proses karena mungkin mereka melibatkan penggunaan
alat dan bahan, pengukuran, penyusun atau prakitan alat. Dengan keterampilan
proses dimaksudkan bahwa mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar , misalnya mendiskusikan hasil
pengamatan.
Dalam beberapa pernyataan di atas
dapat disimpulkan bahwa KPS merupakan aspek-aspek kegiatan intelektual yang
biasa dilakukan oleh saintis dalam menyelesaikan masalah dan menentukan
produk-produk sains. KPS merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi
kepada proses IPA. Juga KPS merupakan penjabaran dari metode ilmiah. Serta
keterampilan proses mencakup keterampilan berpikir/ keterampilan intelektual
yang dapat dipelajari dan dikembangkan oleh siswa melalui proses belajar
mengajar dikelas, yang dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan tentang
produk IPA.
Keterampilan proses perlu
dikembangkan untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa. Semiawan (1992:14-15)
berpendapat bahwa terdapat empat alasan mengapa pendekatan keterampilan proses
sains diterapkan dalam proses belajar mengajar sehari-hari, yaitu :
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung semakin cepat sehingga tidak mungkin
lagi guru mengajarkan semua konsep dan fakta pada siswa,
Adanya
kecenderungan bahwa siswa lebih memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak
jika disertai dengan contoh yang konkret,
Penemuan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bersifat mutlak 100 %, tapi
bersifat relatif,
Dalam proses
belajar mengajar, pengembangan konsep tidak terlepas dari pengembangan sikap
dan nilai dalam diri anak didik.
Selain itu juga, hasil telaah
ahli pendidikan IPA menunjukan bahwa perolehan dan pengembangan suatu gagasan
tidak dapat berlangsung dari luar anak seperti ceramah guru atau dari paksaan
dan tekanan orang tua. Akan tetapi, hanya dapat terjadi dari dalam anak sendiri
, yaitu dari pikiran anak. Fungsi guru selama pembelajaran hanya berperan
sebagai fasilitator (pemberi kemudahan belajar). Anak sendirilah yang harus
membangun gagasan/pengetahuan . Untuk keperluan ini, mungkin saja mereka harus
menafsirkan kembali informasi, menyusun kesimpulan baru, atau menguji beberapa
gagasan alternatif. Dengan kata lain, senantiasa aktif menggunakan dan
menerapkan keterampilan proses sepanjang hayatnya, terutama untuk dimanfaatkaan
selama pengembaraannya untuk mengeksplorasi alam sekitar.
Akan tetapi terdapat beberapa hal
yang mempengaruhi keterampilan proses sains yang dituntut untuk dimiliki siswa.
Hal-hal yang berpengaruh terhadap keterampilan proses sains, diantaranya yaitu
perbedaan kemampuan siswa secara genetik, kualitas guru serta perbedaan
strategi guru dalam mengajar. Adapun mengenai KPS dan indikatornya menurut
Indrawati (1999) adalah sebagai berikut:
Komentar
Posting Komentar