MICROTEACHING
Pelaksanaan pembelajaran baik dalam sekala besar
maupun kecil bahwa keefetifan guru,
menurut Moedjiarto, 2002:68,4 merupakan salah satu karakteristik
yang berpengaruh pada prestasi akademik siswa di sekolah. Artinya semakin
efektif seorang guru melakukan tugas dan kegiatannya, maka akan semakin
tinggi prestasi akademik siswa yang
diperolehnya. Keefektifan pembelajaran akan terjadi apabila guru telah secara
mateng mengkaji berbagai tenis, strategi dan metode dan segala yang terkait
denga tugasnya serta ia pernah memperaktikkannya di dalam kegiatan
microteaching.
Microteaching (Suwarna, 2006:26)5 sebagai proses menuju guru yang profesional
yang menjadi bagian dari tugas mahasiswa untuk berlatih baik di ruangan kuliah
atas bimbingan dosen ataukah di tempat lain yang memungkinkannya untuk dapat
melaksanakan microteaching. Tugas ini
harus telah dilaksanakan oleh mahasiswa mulai dari persiapan pengajaran, pelaksanaan dan tindak
lanjutnya dengan menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
Dengan perkuliahan microteaching ditujukan untuk
membentuk guru yang efektif dan profesional
PENGERTIAN
MICROTEACHING
Microteaching (bahasa
Iggeris) terdiri dari dua unsur kata yaitu micro yang berarti kecil dan
teaching berarti pengajaran (Wojowasito).1 Berdasarkan gabungan kedua kata tersebut maka kata
microteaching berarti pengajaran dalam bentuk kecil. Pengajaran yang dilakukan
dalam ruangan khusus tempat peraktik pengajaran atau peserta didik yang
diajarkan sebagai objek pelatihan pembelajaran terbatas berbeda dengan jumlah
peserta didik dalam kelas normal dan komponen keterampilan mengajar terbatas,
juga memperkecil ruang lingkup pembahasan dan waktu yang digunakan untuk
mengajar. Yatiman (1999)2
mengutip definisi dari Richard N. Jensen (1974) microteaching adalah suatu
sistem yang memungkinkan seorang calon guru mengembangkan keterampilannya dalam
menerapkan teknik mengajar tertentu. Dengan demikian tugas yang diperaktikkan
dalam ruangan tersebut terbatas pada hal-hal tertentu. Mc. Laughlin & Moulton
mengemukakan pengajaran mikro adalah metode latihan penampilan yang dirancang
secara jelas dengan jalan mengisolasi bagian-bagian komponen dari proses
mengajar, sehingga guru ( calon guru )
dapat menguasai setiap komponen satu persatu dalam situasi mengajar yang
disederhanakan ( Hasibuan )3
Dapat saja keterampilan yang ditunjukkan oleh calon guru atau mahasiswa
satu atau dua keterampilan, seperti
keterampilan membuka pembelajaran, ataukah keterampilan penguasaan
materi, keterampailan bertanya ataukah keterampilan menutup pembelajaran,
keterampilan memberikan penguatan ataukah keterampilan mengadakan variasi,
keterampilan mengelola kelas ataukah keterampilan mengkondisikan belajar yang
optimal, dan sebagainya. Selain mengembangkan keterampilan yang telah dimiliki
juga hendaknya memperbaiki keterampilan tersebut agar lebih baik dari
sebelumnya.
Hasibuan
mengutip Mc. Knight, 1971, Pengajaran mikro dirumuskan sebagai pengajaran dalam
sekala kecil atau mikro yang dirancang untuk mengembangkan keterampilan dan
memperbaiki keterampilan yang lama.4 Pengertian mocro teaching ini ( Soetomo, 1993:
75)5 adalah pengajaran yang terbatas, yang dilaksanakan dengan
jumlah murid yang diperkecil (5 -10 orang), alokasi waktu dipersingkat (10 – 15
menit ), kegiatan mengajar dilakukan dengan fokus keterampilan mengajartertentu
( misalnya keterampilan bertanya), dan denganbahan pelajaran yang mencakup satu
dua aspek yang sedrhana. Pengajaran mikro dilaksanakan berdasarkan
ciri-ciri yang sesuai dengan apa telah
disebutkan pada definisi tersebut.
Ciri-ciri
mikro pengajaran antara lain :
1) dilaksanakan dalam ruang, waktu, materi, siswa
dan tujuan yang terbatas,
2) pengajaran mikro lebih teliti dan mendalam
karena dilaksanakan langsung bersama supervisor dengan mendapat penilaian dan
perbaikan dari peserta dan tim penilainya
sehingga hasil pembelajarannya dapat disaksikan langsung,
3) pengajaran mikro membutuhkan media rekam untuk
mengenal diri untuk perbaikan di masa mendatang.
Berdasarkan ciri-ciri
tersebut jelas ada perbedaan antara pengajaran
macro atau pengejaran sebenarnya
dalam sekala besar dengan pengajaran yang berlangsung dalam microteaching.
TUJUAN MICROTEACHING
Sebagaimana diketahui
microteaching merupakan proses pelatihan para calon guru dalam skala kecil yang
dititik beratkan pada penguasaan beberapa keterampilan saja maka tujuannyapun
terbatas pada hal-hal tersebut. Suwarna6 mengemukakan beberapa
tujuan microteaching sebagai berikut.
- Menemukan tingkah laku calon pengajar dan memperoleh umpan balik sebagai hasil supervisi,
- Menemukan dan melengkapi pengajaran yang bersifat dinamis dalam proses belajar mengajar
- Menemukan model-model penampilan seorang guru dalam pembelajaran, menggunakan hasil supervisi sebagai dasar diagnostik dan remidi untuk mencapai tujuan latihan keterampilan
Hasibuan7 mengutip, Dwight Allen, tujuan pengajaran mikro adalah
:
a.Bagi mahasiswa calon guru :
1)
Memberi pengalaman mengajar yang nyata dan latihan sejumlah keterampilan
dasar mengajar secara terpisah.
2)
Calon guru dapat mengembangkan keterampilan mengajarnya sebelummereka terjun kekelas yang sebenarnya
3)
Memberikan kemungkinan bagi calon guru untuk mendapatkan bermacam-macam
keterampilan dasar mengajar serta memahami kapan dan bagaimana keterampilan itu
diterapkan
b. Bagi guru
1)
memberikan penyegaran dalam program pendidikan
2)
guru mendapatkan pengalaman pengajaran yang bersifat individual demi
demi perkembangan profesinya
3)
mengembangkan sikap terbuka bagi guru terhadap pembaharuan yang
berlangsung di pranatan pendidikan
Guru maupun mahasiswa atau calon guru masing-masing mendapat pengerauh dari
pelaksanaan microteaching karena mereka terlibat secara langsung dalam merubah
sikap mengajar dan dalam usaha meningkatkan diri sebagai guru yang efektif dan
profesional.
FUNGSI MICROTEACHING
Fungsi pengajaran mikro :
Untuk mengetahui umpan balik tampilan guru untuk mengetahui performance
(tampilan kinerja diri sendiri si guru)
Tingkat performance :
- Imitating (peniruan), duplicating (mengadakan duplikasi) repeating (mengulan)
- Recognizing (mengingat kembali) recolling (hubungan kembali) classifying (mengkelasifikasi)
- Comparing (membanding), relating (menghubungkan), reformulating (merumuskan kembali), ilustrating (membuat ilustrasi)
- Expaling (menjelaskan), justifying (memutuskan yang lebih bai) predicting (meramal), estimating (memperkirangn) interpreting (menginterprpretasi) making chatical (membuat kritik).
- Creating (mencipta), discopering (menemukan), organizing (menyusun hipotese baru), formulating new problems (menyusun masalah)8
MANFAAT PENGAJARAN MIKRO
Sebelum kegiatan pengajaran yang sebenarnya, terlebih dahulu dilakukan
pengajaran mikro agar pembelajaran makro lebih efektif. Suwarna mengemukakan
pentingnya pengajaran adalah untuk mempersiapkan mental guru dengan baik
sebelum melaksanakan tugas profesional keguruan dengan sebenarnya yang meliputi
keterampilan membuat persiapan mengajar, terampil dalam pelaksanaan pembelajaran, keterampilan
melakukan evaluasi, membantu calon guru
untuk melakukan tindak lanjut proses
belajar mengajar.9 Dengan
membekali mahasiswa melalui pengajaran mikro, (Hasibuan ,2008:51)10,
ada beberapa manfaat yang diperoleh, yakni : a) menimbulkan, mengembangan, dan membina
keterampilan-keterampilan tertentu calon guru atau guru dalam mengajar, b)
keterampilan mengajar yang esensial secara terkontrol dapat dilatihkan, c)
balikan (feed back) yang cepat dan tepat dapat segera diperoleh, d) latihan
memungkinkan penguasaan komponen keterampilan mengajar secara lebih baik, e)
dalamsituasilatihan, calon guru dapat memusatkan perhatian secara khusus kepada
koponen keterampilan yang objektif, f) menuntut dikembangkannya pola observasi
yang sistematis dan objektif, g) mempertinggi efesiensi dan efektivitas
enggunaan sekolah praktik dalam waktu praktek mengajar yang relatif singkat.
TAHAPAN PELAKSANAAN MICROTEACHING
Pengajaran mikro sama halnya dengan pengajaran di
kelas yang sesungguhnya yaitu mempunyai tahapan tertentu yangharus dilalui guru
atau calon guru. Tahapan menurut Hasibuan11 terdiri dari tiga yaitu
: tahap kognitif, tahap latihan, tahap
balikan. Secara berturut calon guru hendaknya mengenal apa dan bagaimana
pengajaran mikro, kemudian mengadakan pelatihan dalam kelompok kecil dengan
materi, waktu dan keterampilan yang terbatas di depan supervisor yang berfungsi untuk mengevaluasi
dan selanjutnya memberikan balikan dan masukan kepada calon guru agar ia dapat
melaksanakan pembelajaran di masa yang akan datang dengan lebih baik.
Selanjutnya
Hasibuan12 mengutif uraian Mapasso dan La Solo tentang langkah
pelaksanaan pengajaran mikro sebagai berikut :
1) pengenalan tentang microteaching,
2) penyajian model dan diskusi,
3) perencanaan / persiapan microteaching,
4a) eraktik microteaching,
4b) observasi / perekaman,
5) diskusi / umpan balik,
6) perencanaan / persiapan ulang,
7a) praktek „ reteach”,
7b) observasi / perekaman ulang,
8) diskusi / umpan balik ulang.
Dengan
demikian, kata Soetomo13,
dimungkinkan untuk mengadakan observasi yang lebih cermat dan pencatatan
yang lebih teliti, yang hasilnya dapat digunakan sebagai bahan untuk
didiskusikan tentang penampilan yang bersangkutan, segi-segi mana yang masih
ada kelemahan dan segi mana yang perlu perbaikan. Dalam pelaksanaannya pengajaran mikro
sebenarnya tidah jauh berbeda dengan pengajaran makro karena kedua macam
pengajaran ini masing-amsing memerlukan persiapan. Guru dan calon guru atau
mahasiswa perlu mempersiapkan antara
lain :
1. apa yang diinginkan untuk dipelajari siswa
2. tujuan pembelajaran apa yang sesuai dengan
materi dan keadaan
3. topik dan tugas apa pantas untuk disajikan
4. metode serta pendekatan mana yang dapat
digunakan agar sesuai selera materi, siswa, guru dan keadaan tertentu
5. bagaimana mengevaluasi hasil pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
6. sebagai guru yang ingin sukses
bagaimanakah langkah agar menjadi guru yang efektif seperti persiapan tampilan,
model, sikap bersama pembelajar sehingga masing-masing antara guru dan siswa
saling ada keterkaitan menuju kesuksesan mencapai tujuan pembelajaran.
Catatan:
- Prof. Drs. S. Wojowasito, Drs. Tito Wasito W., Kamus Inggris Indonesia – Indonesia Inggris, Hasta, Badung, 1980,
- Yatiman, P. (1999), Pemberdayaan Supervisor dan Praktikandengan VariasiModel Pengajaran Mikro, Makalah
- Drs.J.J. Hasibuan, Dip.Ed.& Drs. Moedjono, Proses Belajar Mengajar (2008), Remaja Rosda Karya, Bandung, hal. 44
- Ibid
- Drs. Soetomo, 1993, Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar, Usaha Nasional, Surabaya, hal. 75
- Suwarna, M.Pd. dkk, 2006, Pengajaran Mikro, Tiara Wacana, Yogjakarta, hal. 5
- Hasibuan, Op Cit.
- Suwarna, Op cit. hal.6
- Ibid
- Hasibuan, Op cit.
- Ibid
- Ibid
Komentar
Posting Komentar