MODEL-MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP
A. Pendahuluan
|
Tujuan pembelajaran matematika adalah
terbentuknya kemampuan bernalar
|
pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis,
logis , sistematis, dan
|
memiliki sifat obyektif ,
jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baik
|
dalam bidang matematika, bidang lain, maupun dalam kehidupan
sehari-hari.
|
Namun, keadaan di lapangan belumlah sesuai dengan yang diharapkan.
Hasil
|
studi menyebutkan bahwa meski adanya peningkatan mutu pendidikan yang
cukup
|
menggembirakan, namun pembelajaran dan pemahaman siswa SLTP (pada
beberapa
|
materi pelajaran – termasuk matematika) menunjukkan hasil yang kurang
memuaskan.
|
Pembelajaran di SLTP cenderung
|
text book oriented
|
dan kurang terkait dengan
|
kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran cenderung abstrak dan
dengan metode
|
ceramah sehingga konsep-konsep akademik kurang bisa atau sulit
dipahami.
|
Sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang
memperhatikan
|
kemampuan berpikir siswa, atau dengan kata lain tidak melakukan
pengajaran
|
bermakna, metode yang digunakan kurang bervariasi, dan sebagai
akibatnya motivasi
|
belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung
menghafal dan
|
mekanistis (Direktorat PLP, 2002).
|
Mencermati hal tersebut di atas, sudah satnya untuk diadakan
pembaharuan,
|
inovasi ataupun gerakan perubahan
|
mind set
|
ke arah pencapaian tujuan pendidikan di
|
atas. Pembelajaran matematika hendaknya lebih bervariasi metode
maupun strateginya
|
guna mengoptimalkan potensi siswa. Upaya-upaya guru dalam mengatur
dan
|
memberdayakan berbagai variabel pembelajaran, merupakan bagian
penting dalam
|
keberhasilan siswa mencapai tujuan yang direncanakan. Karena itu
pemilihan metode,
|
strategi dan pendekatan dalam mendesain model pembelajaran guna
tercapainya iklim
|
pembelajaran aktif yang bermakna adalah tuntutan yang mesti dipenuhi
bagi para guru.
|
1
|
Rchmd: model pemb mat –smp04
|
Perlu
diketahui bahwa keanekaragaman model pembelajaran yang hendak
|
disampaikan
pada bahan ajar ini, lebih merupakan upaya bagaimana menyediakan
|
berbagai alternatif dalam strategi pembelajaran matematika yang
hendak disampaikan
|
dan selaras dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif dan
psikomotorik peserta
|
didik jenjang SMP. Ini artinya bahwa, tidak ada model pembelajaran
yang yang paling
|
baik, atau model pembelajaran yang satu lebih baik dari model
pembelajarn yang lain.
|
Baik tidaknya suatu model pembelajaran atau pemilihan suatu model
pembelajaran
|
akan tergantung pada tujuan
pembelajarannya, kesesuaian dengan materi yang
|
hendak disampaikan,
perkembangan peserta didik, dan juga kemampuan guru dalam
|
mengelola dan memberdayakan semua sumber belajar yang ada.
|
Di samping itu, akan segera diberlakukannya Kurikulum 2004 dengan
berlabel Berbasis
|
Kompetensi, menuntut adanya keanekaragaman atau variasi dalam
pembelajaran.
|
Dengan demikian setidaknya bahan ajar atau tulisan ini akan menambah
koleksi atau
|
sebagai pengayaan bagi Bapak/ Ibu gurudalam upaya ikut mencerdaskan
anak bangsa.
|
B. Model-model Pembelajaran Matematika SMP.
|
Istilah model pembelajaran amat dekat dengan pengertian strategi
pembelajaran.
|
Pada awalnya, istilah “strategi” dikenal dalam dunia militer terutama
terkait dengan
|
perang, namun demikian makna itu telah meluas tidak hanya dalam
kondisi perang
|
tetapi juga damai, dan dalam berbagai bidang antara lain ekonomi,
sosial, pendidikan,
|
dsb. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998;203) ada beberapa
pengertian dari
|
strategi yakni: (1) ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya
bangsa untuk
|
melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai, (2) rencana yang
|
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus, sedangkan
metode adalah
|
cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud.
|
2
|
Rchmd: model pemb mat –smp04
|
Soedjadi
(1999;101) menyebutkan strategi
pembelajaran adalah suatu siasat
|
melakukan
kegiatan pembelajaran yang bertujuan mengubah satu keadaan
|
pembelajaran kini menjadi keadaan pembelajaran yang diharapkan. Untuk
mengubah
|
keadaan itu dapat ditempuh dengan berbagai pendekatan pembelajaran.
Lebih lanjut
|
Soedjadi menyebutkan bahwa dalam satu pendekatan dapat dilakukan
lebih dari satu
|
metode dan dalam satu metode dapat digunakan lebih dari satu teknik.
Secara
|
sederhana dapat dirunut sebagai rangkaian: teknik
|
metode
|
pendekatan
|
strategi.
|
Istilah “model pembelajaran” berbeda dengan strategi pembelajaran,
metode
|
pembelajaran, dan prinsip pembelajaran. Model pembelajaran meliputi
suatu model
|
pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Konsep model pembelajaran
lahir dan
|
berkembang dari para pakar psikologi dengan pendekatan dalam
|
setting
|
eksperimen
|
yang dilakukan. Konsep model pembelajaran untuk pertama kalinya
dikembangkan oleh
|
Bruce dan koleganya (Joyce, Weil dan Showers, 1992). Terdapat
beberapa pendekatan
|
pembelajaran yang dikembangkan oleh Joyce dan Weil dalam penjelasan
dan
|
pencatatan tiap-tiap pendekatan dikembangkan suatu sistem
penganalisisan dari sudut
|
dasar teorinya, tujuan pendidikan, dan perilaku guru dan siswa yang
diperlukan untuk
|
melaksanakan pendekatan itu agar berhasil.
|
Lebih lanjut Ismail (2003) menyebutkan bahwa istilah model pembelajaran
|
mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau
metode tertentu
|
yaitu:
|
-
|
rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya
|
-
|
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
|
-
|
tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut berhasil
|
-
|
lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran tercapai
|
3
|
Rchmd: model pemb mat –smp04
|
Berikut
ini akan dibahas beberapa model pembelajaran matematika antara lain: Model
|
Penemuan
Terbimbing, Model Pemecahan Masalah , Model Pembelajaran Kooperatif,
|
Pembelajaran Kontekstual, Model Missouri Mathematics Project, dan
Model Pengajaran
|
Langsung.
|
1.Model Penemuan Terbimbing
|
Sebelum kita membahas model Penemuan Terbimbing, ada baiknya terlebih
|
dahulu kita tinjau sejenak model penemuan murni. Dalam penemuan
murni, yang oleh
|
Maier (1995) disebutnya sebagai ‘heuristik’, apa yang hendak
ditemukan, jalan atau
|
proses semata-mata ditentukan oleh siswa sendiri. Metode ini kurang
tepat karena
|
pada umumnya sebagian besar siswa masih butuh pemahaman konsep dasar
untuk
|
bisa ‘menemukan’ sesuatu. Hal ini tentunya terkait erat dengan
karakteristik pelajaran
|
matematika itu sendiri yang lebih merupakan
|
deductive reasoning
|
dalam
|
perumusannya.
|
Di samping itu, jika setiap konsep atau prinsip dalam silabus harus
dipelajari
|
dengan penemuan murni, kita akan kekurangan waktu sehingga tidak
banyak materi
|
matematika yang dapat dipelajari oleh siswa. Juga perlu diingat bahwa
umumnya siswa
|
cenderung tergesa-gesa dalam menarik kesimpulan, dan tidak semua
siswa bisa
|
melakukannya. berangkat dari kelemahan-kelemahan inilah muncul Model
Penemuan
|
Terbimbing.
|
Sebagai suatu model pembelajaran dari sekian banyak model
pembelajaran
|
yang ada, penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator,
guru
|
membimbing siswa di mana ia diperlukan. Dalam model ini, siswa
didorong untuk
|
berpikir sendiri, menganalisis sendiri, sehingga dapat ‘menemukan’
prinsip umum
|
berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru. Sampai
seberapa jauh siswa
|
dibimbing, tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang
dipelajari.
|
4
|
Rchmd: model pemb mat –smp04
|
Dengan
metode ini, siswa dihadapkan kepada situasi di mana ia bebas
|
menyelidiki
dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi, dan mencoba-coba (
|
trial and
|
error)
|
hendaknya dianjurkan. Guru bertindak sebagai penunjuk jalan, ia
membantu
|
siswa agar mempergunakan ide, konsep, dan keterampilan yang sudah
mereka pelajari
|
sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Pengajuan
pertanyaan yang
|
tepat oleh guru akan merangsang kreativitas siswa dan membantu mereka
dalam
|
‘menemukan’ pengetahuan yang
baru tersebut. Perlu diingat bahwa memang model ini
|
memerlukan waktu yang relatif banyak dalam pelaksanaannya, akan
tetapi hasil belajar
|
yang dicapai tentunya sebanding dengan waktu yang digunakan.
Pengetahuan yang
|
baru akan melekat lebih lama apabila siswa dilibatkan secara langsung
dalam proses
|
pemahaman dan ‘mengkonstruksi’ sendiri konsep atau pengetahuan
tersebut. Model ini
|
bisa dilakukan baik secara perseorangan maupun kelompok.
|
Secara sederhana, peran siswa dan guru dalam model penemuan
terbimbing ini
|
dapat digambarkan sebagai berikut:
|
Penemuan
|
Peran Guru Peran Siswa
|
Terbimbing
|
Sedikit bimbingan
-menyatakan persoalan - menemukan pemecahan
|
Banyak
|
- menyatakan persoalan
|
- mengikuti petunjuk
|
bimbingan
|
- memberikan bimbingan
|
- menemukan penyelesaian
|
Langkah-langkah dalam Penemuan Terbimbing.
|
Agar pelaksanaan Model Penemuan Terbimbing ini berjalan dengan
efektif,
|
beberapa langkah yang mesti ditempuh oleh guru Matematika adalah
sebagai berikut:
|
a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data
|
secukupnya. Perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang
|
menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak
salah.
|
b. Dari data yang diberikan
guru, siswa menyusun , memproses, mengorganisir,
|
dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan guru dapat
|
diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini sebaiknya
mengarahkan
|
5
|
Rchmd: model pemb mat –smp04
|
siswa
untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-
|
pertanyaan,
atau LKS.
|
c. Siswa menyusun konjektur
(prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya.
|
d. Bila dipandang perlu,
konjektur yang telah dibuat oleh siswa tersebut di atas
|
diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan
kebenaran
|
prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai.
|
e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur
tersebut,
|
maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa
untuk
|
menyusunnya. Di samping itu perlu diingat pula bahwa induksi tidak
|
menjamin 100% kebenaran konjektur.
|
f. Sesudah siswa menemukan apa
yang dicari, hendaknya guru menyediakan
|
soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan
itu
|
benar.
|
Memperhatikan Model Penemuan Terbimbing tersebut di atas dapat
|
disampaikan kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Kelebihan dari
Modell
|
Penemuan Terbimbing adalah
sebagai berikut:
|
a. Siswa dapat berpartisipasi
aktif dalam pembelajaran yang disajikan
|
b. Menumbuhkan sekaligus
menanamkan sikap
|
inquiry
|
(mencari-temukan)
|
c. Mendukung kemampuan
|
problem solving
|
siswa.
|
d. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru,
|
dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia
|
yang baik dan benar.
|
e. Materi yang dipelajari
dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan
|
lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya
|
(Marzano, 1992)
|
Sementara itu kekurangannya
adalah sebagai berikut:
|
6
|
Rchmd: model pemb mat –smp04
|
|
a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita
lebih lama
|
b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran
dengan cara ini. Di lapangan,
|
beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan model
ceramah.
|
c. Tidak semua topik cocok
disampaikan dengan model ini. Umumnya topik-
|
topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan Model
|
Penemuan Terbimbing.
|
Berikut adalah contoh sederhana penggunaan Model Penemuan Terbimbing
|
yang masih perlu dikembangkan.
|
Contoh :Pembelajaran Teorema Pythagoras (
|
dengan Penemuan Terbimbing
|
)
|
Berikut ini terdapat 6 buah segitiga siku-siku pada kertas berpetak.
|
Gb.3
|
Gb.1 Gb.2
|
Gb.5
|
Gb.4
|
Gb.6
|
Pada sisi setiap segitiga siku-siku (Gb.1 dan Gb.2), di sebelah luar
telah
|
tergambar 3 persegi, yang sisi-sisinya sama dengan sisi-sisi dari
masing-masing
|
sisi segitiga tersebut. Tujuan Latihan ini adalah agar siswa
menemukan
|
hubungan yang terdapat antara luas ketiga persegi tersebut.
|
Untuk menemukan hubungan tersebut, gunakanlah gambar di atas
|
kemudian lengkapilah setiap baris pada tabel bi bawah ini, jika diketahui
jarak
|
antara 2 buah titik berdekatan pada kertas berpetak adalah satu
satuan panjang.
|
Strategi
ini berkait dengan penggunaan contoh khusus tertentu pada masalah
|
tersebut
agar lebih mudah dipelajari, sehingga gambaran umum penyelesaian
|
yang sebenarnya dapat ditemukan.
|
e. Membuat tabel.
|
Strategi ini digunakan untuk membantu menganalisis permasalahan atau
|
jalan pikiran kita, sehingga segala sesuatunya tidak dibayangkan
hanya oleh
|
otak yang kemampuannya sangat terbatas.
|
f. Menemukan pola
|
Strategi ini terkait dengan pencapaian keteraturan-keteraturan pola.
|
Keteraturan tersebut akan memudahkan kita menemukan penyelesaiannya.
|
g. Memecah tujuan .
|
Strategi ini berkait dengan pemecahan tujuan umum yang hendak kita
capai
|
menjadi satu atau beberapa tujuan bagian. Tujuan bagian ini dapat
digunakan
|
sebagai batu loncatan untuk mencapai tujuan yang sesungguhnya.
|
h. Berpikir logis
|
Strategi ini berkaitan dengan penggunaan penalaran maupun penarikan
|
kesimpulan yang sah atau valid dari berbagai informasi atau data yang
ada.
|
i. Mengabaikan Hal yang Tidak
Mungkin
|
Dari berbagai alternatif yang mungkin, alternatif yang sudah
jelas-jelas tidak
|
mungkin agar dicoret atau diabaikan sehingga perhatian dapat tercurah
|
sepenuhnya untuk hal-hal yang tersisa dan masih mungkin saja.
|
j. Mencoba-coba.
|
Strategi ini biasanya digunakan untuk mendapatkan gambaran umum
|
pemecahan masalahnya dengan mencoba-coba dari yang diketahui.
|
Mencermati model pembelajaran Pemecahan Masalah di atas, maka
|
kelebihannya dapat dikemukakan antara lain :
|
11
|
Rchmd: model pemb mat –smp04
|
-
|
Siswa
lebih terlatih dalam
|
problem solving skills
|
-
|
Mendorong
siswa untuk berpikir alternatif
|
-
|
Melatih keruntutan berpikir logis siswa
|
sedangkan, kekurangannya antara lain :
|
-
|
kadang siswa belum menyadari akan adanya masalah
|
-
|
siswa sering mengalami kebingungan strategi atau kiat mana yang akan
|
digunakan
|
Berikut adalah contoh sederhana
penggunaan Model Pemecahan Masalah.
|
Contoh 1 :
|
Sebuah katak berada di dasar sebuah galian tanah sedalam 3 meter.
Setiap
|
hari katak tersebut melompat ke atas setinggi 90 cm dan malamnya turun 60
|
cm. Dalam berapa hari katak tersebut berhasil keluar dari lubang
galian
|
tersebut ?
|
Penyelesaian : (
|
dengan membuat sketsa / gambar
|
)
|
Untuk menyelesaikan masalah ini, kalau sekedar dibayangkan akan
terasa
|
sulit. Akan tetapi akan terasa mudah kalau
|
menggunakan sketsa atau
|
gambar
|
.
|
Buatlah sketsa atau gambar
dari galian tanah tersebut. Berilah tanda posisi
|
katak pada penghujung hari, juga pada akhir malam.
|
Dengan memperhatikan
|
sketsa gambar di
|
samping, pada hari ke – 8,
|
hari 2
|
katak sudah berhasil
|
meloncat keluar dan tidak
|
ma lam 2 hari 1
|
turun lagi ke dalam galian
|
malam 1
|
tanah tersebut.
|
12
|
Rchmd: model pemb mat –smp04
|
Contoh
2 :
|
Tentukan
tiga bilangan pada barisan bilangan berikut :
|
3, 7, 15, 31, 63, 127, ….
|
Penyelesaian : (
|
dengan menentukan pola
|
)
|
Dengan menemukan pola bilangan yang terbentuk, akan membantu
|
menentukan barisan berikutnya.
|
Pola yang terbentuk :
|
2 (3) + 1 = 7
|
2 (7) + 1 = 15
|
2 (15) + 1 = 31
|
2 (31) + 1 = 63
|
dst.
|
sehingga jawabnya : 2 (
127) + 1 = 255
|
2 ( 255) + 1 = 511
|
2 ( 511) + 1 = 1023
|
3.Model Pembelajaran
Kooperatif
|
Posamentier (1999,12) secara sederhana menyebutkan
|
cooperative
|
learning
|
atau belajar secara kooperatif adalah penempatan beberapa siswa
|
dalam kelompok kecil dan memberikan mereka sebuah atau beberapa
tugas.
|
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika siswa bekerja dalam
kelompok
|
adalah sebagai berikut:
|
a. Setiap anggota dalam kelompok harus merasa bagian dari tim dalam
|
pencapaian tujuan bersama.
|
13
|
Rchmd: model pemb mat –smp04
|
b. Setiap anggota dalam kelompok harus
menyadari bahwa masalah yang
|
mereka
pecahkan adalah masalah kelompok, berhasil atau gagal akan
|
dirasakan oleh semua angota kelompok.
|
c. Untuk pencapaian tujuan kelompok, semua siswa harus bicara atau
|
diskusi satu sama lain.
|
d. Harus jelas bahwa setiap
kerja individu dalam kelompok mempunyai efek
|
langsung terhadap keberhasilan kelompok.
|
Dengan demikian bukanlah suatu
|
cooperative environment
|
meskipun
|
beberapa siswa duduk bersama namun bekerja secara individu dalam
|
menyelesaikan tugas, atau seorang anggota kelompok menyelesaikan
sendiri
|
tugas. kelompoknya.
|
Cooperative learning
|
lebih merupakan upaya
|
pemberdayaan teman sejawat, meningkatkan interaksi antar siswa, serta
|
hubungan yang saling menguntungkan antar mereka. Siswa dalam kelompok
|
akan belajar mendengar ide atau gagasan orang lain, berdiskusi setuju
atau
|
tidak setuju, menawarkan, atau menerima kritikan yang membangun, dan
|
siswa merasa tidak terbebani ketika ternyata pekerjaannya salah.
|
Kelman (1971) menyatakan bahwa di dalam kelompok terjadi saling
|
pengaruh secara sosial. Pertama, pengaruh itu dapat diterima
seseorang
|
karena ia memang berharap untuk menerimanya. Kedua, ia memang ingin
|
mengadopsi atau meniru tingkah laku atau keberhasilan orang lain atau
|
kelompok tersebut karena sesuai dengan salah satu sudut pandang
|
kelompoknya. Ketiga, karena pengaruh itu kongruen dengan sikap atau
nilai
|
yang ia miliki. Ketiganya mempengaruhi sejauh kerja kooperatif
tersebut
|
dapat dikembangkan.
|
Sementara itu, Slavin (1991) menyatakan bahwa dalam belajar
kooperatif,
|
siswa bekerja dalam kelompok saling membantu untuk menguasai bahan
|
14
|
Rchmd: model pemb mat –smp04
|
ajar.
Lowe (1989) menyatakan bahwa belajar kooperatif secara nyata
|
semakin
meningkatkan pengembangan sikap sosial dan belajar dari teman
|
sekelompoknya dalam berbagai sikap positif. Keduanya memberikan
|
gambaran bahwa belajar kooperatif meningkatkan sikap sosial yang
positif
|
dan kemampuan kognitif yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
|
Terkait dengan model
pembelajaran ini, Ismail (2003, 21) menyebutkan 6
|
(enam) langkah dalam Model Pembelajaran Kooperatif yakni:
|
Fase ke - Indikator Tingkah laku Guru
|
1. Menyampaikan tujuan
|
Guru menyampaikan semua tujuan
|
dan memotivasi siswa
|
pelajaran yang ingin dicapai pada
|
pelajaran tersebut dan memotivasi
|
siswa belajar
|
2. Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada
|
siswa dengan jalan demonstrasi
|
atau lewat bahan bacaan
|
3. Mengorganisasikan
|
Guru menjelaskan kepada siswa
|
siswa ke dalam
|
bagaimana caranya membentuk
|
kelompok -kelompok
|
kelompok belajar dan membantu
|
belajar
|
setiap kelompok agar melakukan
|
transisi secara efisien
|
4. Membimbing kelompok
|
Guru membimbing kelompok –
|
bekerja dan belajar
|
kelompok belajar pada saat
|
mereka mengerjakan tugas
|
5. Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar
|
tentang materi yang telah dipelajari
|
atau masing-masing kelompok
|
mempresentasikan hasil kerjanya
|
6. Memberikan
|
Guru mencari cara-cara untuk
|
penghargaan
|
menghargai upaya atau hasil
|
belajar individu maupun kelompok
|
Beberapa Jenis Kegiatan Kelompok
|
Banyak macam kegiatan belajar berkelompok atau kerja kelompok.
|
Diskusi dan pengembangan komunikasi untuk saling belajar dan
menyampaikan
|
pendapat merupakan hal yang dituntut dan sekaligus dipelajari.
Kegiatan
|
tersebut merupakan kegiatan yang mengakar di masyarakat, tetapi tanpa
|
pendidikan dan pelatihan hasil yang secara intuitif tentulah tidak
sebanyak yang
|
15
|
Rchmd: model pemb mat –smp04
|
direncanakan.
Beberapa kegiatan kelompok yang dikemukakan oleh beberapa
|
ahli
antara lain Slavin (1985), Lazarowitz (1988), atau Sharan (1990) antata lain
|
sebagai berikut:
|
a
|
.
|
Circle Learning / Learning together
|
; Belajar bersama.
|
Implemantasinya sangat umum, yang dipentingkan kerja bersama, lebih
dari
|
sekedar beberapa orang
berkumpul bersama. Banyak anggotanya 5-6 orang
|
dengan kemampuan akademik yang
bervariasi (
|
mixed abilities
|
). Mereka sharing
|
pendapat dan saling membantu dengan kewajiban setiap anggota sungguh
|
memahami jawaban atau penyelesaian tugas yang diberikan kelompok
tersebut.
|
b. Investigation Group
|
; Grup penyelidikan
|
Model ini menyiapkan siswa dengan lingkup studi yang luas dan dengan
|
berbagai pengalaman belajar untuk memberikan tekanan pada aktivitas
positif
|
para siswa. Ada empat karakteristik pada vmodel ini. Pertama, kelas
dibagi ke
|
dalam sejumlah kelompok (grup). Kedua, kelompok siswa dihadapkan pada
topik
|
dengan berbagai aspek untuk meningkatkan daya kuriositas
(keingintahuan) dan
|
saling ketergantungan yang positif di antara mereka. Ketiga, di dalam
|
kelompoknya siswa terlibat dalam komunikasi aktif untuk meningkatkan
|
ketrampilan cara belajar. Keempat, guru bertindak selaku sumber
belajar dan
|
pimpinan tak langsung, memberikan arah dan klarifikasi hanya jika
diperlukan,
|
dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Siswa terlibat
dalam setiap
|
kegiatan: (1) mengidentifikasi topik dan mengorganisasi siswa dalam
‘kelompok
|
peneliti’, (2) merencanakan tugas-tugas yang harus dipelajari, (3)
melaksanakan
|
investigasi, (4) menyiapkan laporan, (5) menyampaikan laporan akhir,
dan (5)
|
evaluasi proses dan hasilnya.
|
c. Co-op co-op
|
16
|
Rchmd: model pemb mat –smp04
|
Seperti halnya
grup penyelidikan, co-op
co-op berorientasi pada
tugas
|
pembelajaran
yang ‘multivaset’, kompleks dan siswa mengendalikan apa dan
|
bagaimana mempelajari bahan yang ditugaskan kepada mereka. Siswa
dalam
|
satu tim (kelompok) menyusun
proyek yang dapat membantu kelompok lain.
|
Setiap siswa mempunyai topik mini yang harus diselesaikan, dan setiap
|
kelompok memberikan konstribusi yang menunjang tercapainya tujuan
kelas.
|
Struktur ini memerlukan cara dan keterampilan bernalar yang cukup
tinggi,
|
termasuk menganalisis dan melakukan sintesis bahan yang dipelajari.
|
Langkahnya adalah: diskusi kelas seluruh siswa, seleksi atau
penyusunan tim
|
siswa untuk mempelajari atau menyelesaikan tugas tertentu, seleksi
kelompok–
|
topik, seleksi topik mini, (oleh anggota kelompok di dalam kelompok/
timnya oleh
|
mereka sendiri), penyiapan topik mini, persiapan presentasi kelompok,
|
presentasi kelompok, dan kemudian evaluasi oleh siswa dengan bimbingan
guru.
|
d. Jigsaw
|
(pertama kali oleh Aronson dkk)
|
Pada model ini, kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan 4 – 6
orang.
|
Setiap kelompok oleh Aronson dinamai kelompok J
|
igsaw
|
(gigi gergaji). Pelajaran
|
dibagi dalam beberapa bagian / seksi sehingga setiap siswa
mempelajari salah
|
satu bagian pelajaran tersebut. Semua siswa dengan bagian pelajaran
yang
|
sama belajar bersama dalam sebuah kelompok, dan dikenal sebagai
|
counterpart
|
group
|
(CG). Dalam setiap CG siswa berdiskusi dan mengklarifikasi bahan
|
pelajaran dan menyusun sebuah rencana bagaimana cara mereka mengajar
|
kepada teman mereka dari kelompok lain. Jika sudah siap, siswa
kembali ke
|
kelompok Jigsaw mereka, dan mengajarkan bagian yang dipelajari
masing-
|
masing kepada temannya dalam kelompok Jigsaw tersebut. Hal ini
memberikan
|
kemungkinan siswa terlibat aktif dalam diskusi dan saling komunikasi
baik di
|
dalam group Jigsaw maupun CG. Ketrampilan bekerja dan belajar secara
|
17
|
Rchmd: model pemb mat –smp04
|
kooperatif
dipelajari langsung di dalam kegiatan pada kedua jenis
|
pengelompkan.
Siswa juga diberikan motivasi untuk selalu mengevaluasi proses
|
pembelajaran mereka.
|
Catatan
|
: Ada beberapa variasi dalam jenis Jigsaw ini, Jigsaw Aronson dikenal
|
sebagai Jigsaw I, sedangkan berikutnya dikembangkan oleh Slavin
(1980,
|
Jigsaw II) dan Kagan (1985, Jigsaw II). Jigsaw ini tetap menekankan
segi
|
kompetisi antar group, dengan demikian baik kooperatif maupun
persaingan
|
individual tetap muncul Jigsaw III utamanya digunakan dalam kelas
dengan dua
|
bahasa (
|
bilingual classroom
|
).
|
e.
|
Numbered Heads Together
|
(NHT)
|
NHT merupakan kegiatan belajar kooperatif dengan empat tahap
kegiatan.
|
Pertama, siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok
|
terdiri atas 4 orang. Setiap anggota kelompok diberi satu nomor 1, 2,
3, dan 4.
|
Kedua, guru menyampaikan pertanyaan. Ketiga, guru memberi tahu siswa
untuk
|
‘meletakkan kepala mereka bersama’, untuk meyakinkan bahwa setiap
anggota
|
tim memahami jawaban tim. Keempat, guru menyebut nomor (1,2,3, atau
4) dan
|
siswa dengan nomor yang bersangkutanlah yang harus menjawab.
|
Setiap tim terdiri dari siswa
dengan kemampuan yang bervariasi: satu
|
berkemampuan tinggi, dua sedang, dan satu rendah. Di sini
ketergantungan
|
positif juga dikembangkan, dan yang kurang, terbantu oleh yang lebih.
Yang
|
berkemampuan tinggi bersedia membantu, meskipun mungkin mereka tidak
|
dipanggil untuk menjawab. Bantuan yang diberikan dengan motivasi
tanggung
|
jawab atau nama baik kelompok. yang paling lemah diharapkan sangat
antusias
|
dalam memahami permasalhan dan jawabannyakarena mereka merasa
|
merekalah yang akan ditunjuk guru menjawab.
|
e. Student Teams-Achievment Division
|
(STAD)
|
18
|
Rchmd: model pemb mat –smp04
|
Bagian
esensial dari model ini adalah adanya kerjasama anggota kelompok dan
|
kompetisi
antar kelompok. Siswa bekerja di kelompok untuk belajar dari
|
temannya serta ‘mengajar’ temannya.
|
f. Team Assited-Individualization atau Team Accelerated Instruction
|
(TAI)
|
Slavin (1985) membuat model ini dengan beberapa alasan. Pertama,
model ini
|
mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran
individual.
|
Kedua, model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar
kooperatif.
|
Ketiga, TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program
pengajaran,
|
misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual.
|
Model ini juga merupakan model kelompok berkemampuan heterogen.
|
Setiap siswa belajar pada aspek khusus pembelajaran secara
individual.
|
Anggota tim menggunakan lembar jawab yang digunakan untuk saling
|
memeriksa jawaban teman se-tim, dan semua bertanggung jawab atas
|
keseluruhan jawaban pada akhir kegiatan sebagai tanggung jawab
bersama.
|
Diskusi terjadi pada saat siswa saling mempertanyakan jawaban yang
dikerjakan
|
teman sekelompoknya.
|
g. Teams Games-Tournament
|
(TGT)
|
TGT menekankan adanya kompetisi kegiatannya seperti STAD, tetapi
kompetisi
|
dilakukan dengan cara membandingkan kemampuan antar anggota tim dalam
|
suatu bentuk ‘turnamen’.
|
Perlu diperhatikan bahwa berbagai model di atas adalah beberapa saja
di antara
|
banyak model pembelajaran dengan kelompok. Bahkan dari yang
disebutkan di
|
atas masih dapat dimodifikasi atau saling digabungkan sesuai
keperluan dan
|
tujuannya. Mencermati Model Pembelajaran Kooperatif ini, kelebihan
yang bisa
|
dikemukakan antara lain :
|
-
|
melatih siswa mengungkap atau menyampaikan gagasan / idenya.
|
19
|
Rchmd: model pemb mat –smp04
|
-
|
melatih
siswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain
|
-
|
menumbuhkan
rasa tanggung jawab sosial
|
sedangkan kekurangannya antara lain ;
|
-
|
kadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok
|
-
|
kendala teknis, misalnya masalah tempat duduk kadang sulit atau
kurang
|
mendukung untuk diatur kegiatan kelompok
|
-
|
agak memakan banyak waktu.
|
Berikut contoh sederhana Model Pembelajaran Koperatif yang bisa
|
dikembangkan lebih lanjut ;
|
Kerjakan Secara Kooperatif dalam Kelompok
|
( Kelompok I mengerjakan No.1 dan 2, Kelompok II mengerjakan No.2 dan
3 ,
|
dan Kelompok III mengerjakan No.3 dan 1)
|
1. Carilah banyak segitiga yang terbentuk pada setiap gambar berikut.
Jika
|
gambar itu dilanjutkan, maka berdasar pola bilangan yang menyatakan
|
banyak segitiga itu, carilah banyak segitiga pada urutan ke 6, 7, dan
ke-20.
|
2. Dari gambar segitiga-segitiga sama sisi berikut ini, carilah :
|
a. banyaknya
|
macam ukuran
|
segitiga pada Gb (i). Berdasar pada pola
|
bilangannya, carilah banyaknya macam ukuran segitiga pada urutan ke
–6,
|
ke-7, dan ke-20.
|
b. banyaknya segitiga kongruen pada Gb. (i) dengan ukuran seperti
|
diperlihatkan pada Gb. (ii)
|
Gb.(i)
|
20
|
Rchmd: model pemb mat –smp04
|
|
|
|
|
Gb.(ii)
|
3. Carilah banyak persegipanjang / persegi yang terbentuk pada setiap
gambar
|
berikut. Jika gambar itu dilanjutkan, maka berdasar pola bilangan
yang
|
menyatakan banyak persegi-panjang/persegi itu, carilah banyak
persegi-
|
panjang/persegi pada urutan ke–6, ke-7 dan ke-20
|
Selanjutnya masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk
|
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, sementara yang lain
menanggapi.
|
Hal ini dilakukan secara bergiliran sehingga semua peserta bisa berpartisipai aktif
|
dalam diskusi ini.
|
4.Model Pembelajaran Kontekstual
|
Pembelajaran matematika yang kontekstual atau realistik telah
|
berkembang di negara-negara lain dengan berbagai nama. Di Belanda
dengan
|
nama RME (
|
Realistic Mathematics Education
|
), di Amerika dengan nama CTL
|
(
|
Contextual Teaching Learning in Mathematics
|
) atau CME (
|
Contextual
|
Mathematics Education
|
).
|
Gagasan RME muncul sebagai jawaban terhadap adanya gerakan
|
matematika modern di Amerika Serikat dan praktek pembelajaran
matematika
|
yang terlalu mekanistik di Belanda. Freudental (dalam Nur M; 2000)
menyatakan
|
bahwa pembelajaran konvensional terlalu berorientasi pada sistem
formal
|
matematika sehingga anti didaktik. Sementara itu, pada tahun 1980-an
telah
|
21
|
Rchmd: model pemb mat –smp04
|
terjadi
pergeseran paradigma teori belajar pada pembelajaran matematika yaitu
|
dari
behavioris dan strukturalis, kearah kognitif dan konstrutivis-realistik.
|
Karakteristik Pembelajaran Matematika yang Kontekstual.
|
Nur M ( 2000 ; 2) menyebutkan lima karakteristik utama dari
pembelajaran
|
matematika yang realistik
adalah sebagai berikut:
|
a. Diajukannya masalah
kontekstual untuk dipecahkan atau diselesaikan
|
oleh siswa sebagai titik awal
proses pembelajaran.
|
b. Dikembangkannya cara, alat,
atau model matematis (gambar, grafik,
|
tabel, dll) oleh siswa sebagai jawaban informal terhadap masalah yang
|
dihadapi yang berfungsi sebagai jembatan antara dunia real dengan
|
abstrak sehingga terwujud proses matematisasi horisontal (yaitu
|
proses diperolehnya matematika informal)
|
c. Terjadi interaksi antara
guru dan siswa atau antara siswa dengan
|
siswa, atau antara siswa dengan pakar dalam suasana demokratif
|
berkenaan dengan penyelesaian masalah yang diajukan selama
|
proses belajar.
|
d. Ada keseimbangan antara
proses matematisasi horisontal dan proses
|
matematisasi vertikal (yaitu proses pembahasan matematika secara
|
simbolik dan abstrak). Ini berarti jawaban informal siswa dihargai
|
sebelum sampai pada tahap mempelajari bentuk formal matematika.
|
Dengan cara demikian diharapkan ada kesempatan bagi siswa untuk
|
merefleksi, menginterpretasi, dan menginternalisasi hal yang
dipelajari.
|
e. Pembelajaran matematika tidak semata-mata memberi penekanan
|
pada komputasi dan hanya mementingkan langkah-langkah prosedural
|
penyelesaian soal (drill) namun juga memberi penekanan pada
|
pemahaman konsep dan pemecahan masalah.
|
22
|
Rchmd: model pemb mat –smp04
|
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Kontekstual
|
Selanjutnya
Hadi S (2000:4) menyatakan bahwa pembelajaran
|
matematika yang kontekstual atau realistik meliputi langkah sebagai
berikut:
|
Pendahuluan
|
:
|
- Memulai pelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang riil
bagi siswa
|
sesuai dengan pengalaman dan tingkah pengetahuannya (masalah
|
kontekstual) sehingga siswa segera terlibat dalam pembelajaran secara
|
bermakna
|
- Permasalahan yang diberikan sesuai dengan tujuan yang ingindicapai
dalam
|
pelajaran tersebut
|
Pengembangan
|
- Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model matematis simbolik
|
secara informal terhadap persoalan atau maslah yang diajukan.
|
- Kegiatan pembelajaran berlangsung secara interaktif. Siswa diberi
kesempatan
|
menjelaskan dan memberi alasan terhadap jawaban yang diberikannya,
|
memahami jawaban teman atau siswa lain, menyatakan setuju atau tidak
|
setuju terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban teman
atau
|
siswa lain, mencari alternatif penyelesaian yang lain.
|
Penutup/Penerapan
|
-
|
Melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau
terhadap hasil
|
pelajaran.
|
Mencermati Model Pembelajaran Kontekstual tersebut di atas, maka
kelebihan
|
yang bisa dikemukakan antara lain :
|
-
|
siswa lebih termotivasi karena materi yang disajikan terkait
dekat dengan
|
kehidupan sehari-hari
|
23
|
Rchmd: model pemb mat –smp04
|
-
|
materi
yang disajikan lebih lama membekas di pikiran siswa karena siswa
|
dilibatkan
aktif dalam pembelajaran
|
-
|
siswa berpikir alternatif dalam membuat pemodelan
|
sedangkan kekurangannya antara lain :
|
- tidak semua topik atau
pokok bahasan bisa disajikan dengan kontekstual, atau
|
kadang mengalami kesulitan dalam mengaitkannya
|
- membutuhkan waktu yang agak lama.
|
Berikut adalah contoh sederhana Model Pembelajaran Kontekstual yang
|
masih bisa dikembangkan .
|
Pokok Bahasan : Perkalian
suku dua.
|
Sub Pokok Bahasan : Menemukan
hasil kali suku dua dengansuku dua
|
Kelas / Semester : III / 1
|
Waktu : 2 x 2 jam @ 45
menit
|
Pertemuan : ke –1
|
Tujuan Pembelajaran Khusus
|
:
|
Siswa dapat menemukan pola hasil kali suku dua dengan suku dua.
|
Kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa :
|
1. Mampu menyebutkan contoh
suku dan suku dua.
|
2. Mampu melakukan perkalian suatu bilangan dengan suku dua
|
menggunakan hukum distributif, misal : a(x + 2y) = ax + 2ay
|
3. Mampu menghitung luas suatu bangun berbentuk persegi dan
|
persegipanjang.
|
Uraian kegiatan Belajar
|
Kegiatan Pendahuluan
|
24
|
Rchmd: model pemb mat –smp04
|
1. Guru mengkomunikasikan tujuan pembelajaran,
yaitu belajar tentang
|
perkalian
suku dua dengan suku dua.
|
2. Dengan tanya jawab siswa
diingatkan tentang :
|
a. Bentuk suku dua, misal :
(x+y), (3x – 7), (a +5).
|
b. Cara mengalikan suatu
bilangan dengan suku dua menggunakan
|
hukum distributif, misal : 2(y+5) = 2.y + 2.5 = 2y + 10
|
c. Cara menghitung luas banguan berbentuk persegi dan
|
persegipanjang
|
3. Guru mengajukan masalah
kontekstual untuk dipecahkan siswa.
|
Maslah :
|
“Tiga buah meja dengan permukaan berbentuk persegipanjang
|
dengan panjang sisi pada masing-masing meja sebagai berikut :
|
Meja A : (x+3) dan (x+2) , x
|
himp. bilangan rasional
|
>
|
Meja B : (x+3) dan (x – 2), x
|
himp. bilangan rasional dan x
|
2
|
>
|
Meja C : (x – 3) dan (x – 2),
x
|
himp. bilangan rasional dan x
|
2
|
Tugas :
|
a. Gambarlah persegipanjang
A,B, dan C.
|
b. Hitunglah luas tiap persegi panjang. Nyatakan luas itu dalam
|
bentuk : perkalian suku dua dan penjumlahan suku-suku yang
|
paling sederhana.
|
c. Adakah pola hubungan
tertentu antara luas persegipanjang dalam
|
bentuk perkalian suku dua dengan luas persegi panjang dalam
|
bentuk penjumlahan suku-suku ? Jika ada, bagaimanakah pola
|
hubungan itu ? Jika tidak ada, mengapa ?
|
25
|
Rchmd: model pemb mat –smp04
|
d. Adakah cara cepat untuk menghitung hasil
kali suku dua dengan
|
suku
dua yang diperoleh dari menghitung luas persegipanjang
|
A,B,dan C tersebut ?
|
Kegiatan Inti :
|
4. Dengan teman semeja siswa
menyelesaikan masalah yang diajukan
|
guru pada langkah nomor 3. (
|
Siswa dibiarkan menyelesaikan masalah
|
menurut cara mereka masing-masing. Guru diharapkan mengamati,
|
memotivasi, memfasilitasi kerja siswa, dan membantu siswa yang
|
mengalami kesulitan)
|
.
|
5. Guru dan siswa
mengklarifikasi jawaban atau penyelesaian masalah
|
yang telah dibuat siswa.
|
(Dapat diambil penyelesaian masalah
|
beberapa siswa yang bervariasi untuk dikaji bersama oleh siswa lain
|
dan guru)
|
6. Dengan memperhatikan
variasi jawaban atau penyelesaian masalah
|
yang dibuat siswa, guru dan siswa membahas tentang jawaban atau
|
penyelesaian masalah formal matematis.
|
Salah satu alternatif penyelesaian/pembahasan :
|
Persegipanjang Meja A :
|
a.
|
II IV
|
2
|
x+2
|
I III
|
x
|
x+3
|
3
|
x
|
b. 1) luas persegipanjang A b.
2) luas persegipanjang A
|
= (x+2)(x+3) =
luas I + luas II + luas III + luas IV
|
= (x.x) + (2.x) + (3.x) + (2.3)
|
26
|
Rchmd: model pemb mat –smp04
|
=
x
|
+
2x + 3x + 6
|
2
|
=
x
|
+
5x + 6
|
2
|
c. Ada pola hubungan antara b.1) dan b.2)
|
(*) (****)
|
)
|
(x + 2)(x + 3) = x. x + 2. x + 3 . x + 2.3
|
(**)
|
(*) (**) (***)
(****)
|
(***)
|
= x
|
2
|
+ 2x + 3x + 6
|
= x
|
2
|
+ 5x + 6
|
d Ada cara cepat / mudah, yaitu :
|
(x + 2) (x + 3) = x
|
+ 5x + 6
|
2
|
2+3=5
|
Dengan cara yang sama, untuk persegipanjang A dan B bisa dilanjutkan
|
sebagai
|
latihan !
|
7. Dengan pengetahuan yang sudah diperoleh pada pembahasan di
|
langkah 6 siswa diminta menyelesaikan soal-soal berikut :
|
Nyatakan dalam penjumlahan suku dua yang paling sederhana.
|
a. (x + 5) (x + 3)
|
b. (x + 3) (x – 7)
|
c. (3x + 5) (x – 4)
|
d. (x – 5) (2x + 1)
|
e. (2x – 5) (3x + 6)
|
Apakah soal a, b dapat diselesaikan dengan cepat, tunjukkan !
|
Apakah soal d, e, dan f dapat diselesaikan dengan cepat tunjukkan !
|
8. Guru dan siswa secara
interaktif membahas penyelesaian soal-soal
|
pada langkah 7. (
|
Siswa ditunjuk secara acak untuk menjawab soal dan
|
27
|
Rchmd: model pemb mat –smp04
|
siswa lain diminta mengomentari jawaban itu. Siswa yang menjawab
|
diberi kesempatan
menanggapinya)
|
.
|
Kegiatan Penutup
|
9. Guru dan siswa secara
interaktif menyimpulkan tentang perkalian suku
|
dua yang telah dipelajari. Kesimpulan diikuti contoh.
|
10. Siswa diberi PR (Pekerjaan Rumah) terdiri 5 soal dengan variasi
|
seperti pada langkah 7 ditambah soal berbentuk menyederhanakan,
|
misal ;
|
x
|
y
|
-
|
=
|
a. ...
|
- 3
|
+
|
(
|
x
|
2
|
)
|
(
|
y
|
)
|
2
|
x
|
y
|
+
|
=
|
b. ...
|
+ 2
|
-
|
(
|
x
|
y
|
)
|
(
|
x
|
y
|
)
|
3
|
2
|
+
|
=
|
c. ...
|
-
|
2
|
2
|
x
|
y
|
x
|
-
|
y
|
(PR ini dibahas pada pertemuan berikutnya
|
)
|
Penilaian:
|
Penilaian dilakukan dengan mengamati proses kerja siswa pada
|
langkah 3-4 dan 7-8.
|
5.Model Missouri Mathematics Project (MMP)
|
Sebelum melihat MMP, ada baiknya kita mengingat dahulu Struktur
|
Pengajaran Matematika (SPM) karena antara MMP dan SPM hampir sama.
|
Secara sederhana tahapan kegiatan dalam SPM adalah sebagai berikut:
|
e. Pendahuluan (7’):
apersepsi, revisi. motivasi, introduksi
|
f. Pengembangan (10’):
pembelajaran konsep / prinsip
|
g. Penerap[an (23’): pelatihan
penggunaan konsep/prinsip, pengembangan,
|
skill, evaluasi
|
28
|
Rchmd: model pemb mat –smp04
|
h. Penutup (5’): penyusunan rangkuman,
penugaan.
|
Adapun
Model MMP yang secara empiris melalui penelitian, dikemas
|
dalam struktur yang hampir sama dengan SPM dengan urutan langkah
|
adalah sebagai berikut:
|
Langkah 1 : Review
|
- meninjau ulang pelajaran yang lalu
|
- membahas PR
|
Langkah 2 : Pengembangan
|
- Penyajian ide baru,
perluasan konsep matematika
|
terdahulu
|
- Penjelasan, diskusi, demostrasi dengan contoh konkret
|
yang sifatnya piktorial dan simbolik
|
Langkah 3 : Latihan Terkontrol
|
- Siswa merespon soal
|
- Guru mengamati
|
- Belajar kooperatif
|
Langkah 4 : Seatwork
|
- Siswa bekerja sendiri untuk latihan
|
- atau perluasan konsep pada langkah 2
|
Langkah 5 : PR
|
- Tugas PR
Soal Review
|
Mencermati Model Pembelajaran MMP tersebut di atas, dapat disebutkan
|
di sini beberapa kelebihannya, antara lain :
|
-
|
banyak materi yang bisa tersampaikan kepada siswa karena tidak
terlalu
|
memakan banyak waktu. Artinya, penggunaan waktu dapat diatur relatif
ketat
|
-
|
banyak latihan sehingga siswa mudah terampil dengan beragam soal
|
29
|
Rchmd: model pemb mat –smp04
|
sedangkan
kekurangan atau kelemahannya ;
|
-
|
kurang
menempatkan siswa pada posisi yang aktif
|
-
|
mungkin siswa cepat bosan karena lebih banyak mendengar .
|
Berikut adalah contoh Model Pembelajaran MMP
|
Materi Pokok : Sistem
Persamaan Linier Dua Variabel
|
Kelas /Sem. : VIII / 2
|
Kompetensi Dasar :
Menyelesaikan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel
|
Indikator : Menentukan
penyelesaian Sistem Persaman Linier Dua
|
Variabel dengan metode grafik, eliminasi, dan
|
substitusi.
|
Langkah-langkah :
|
(Pertemuan ke –3)
|
Review
|
:
|
-
|
mengingat kembali menentukan penyelesaian sistem persaman linier dua
|
variabel dengan metode grafik dan eliminasi
|
-
|
membahas sepintas kesulitan PR (Pekerjaan Rumah) yang terkait dengan
|
penyelesaian sistem persamaan linier dengan metode grafik dan
eliminasi.
|
Pengembangan
|
:
|
-
|
Menentukan penyelesaian Sistem Persamaan Linier Dua Variabel dengan
|
metode substitusi.
|
Contoh :
|
Tentukan himpunan penyelesaian dari
|
3x + y – 5 = 0 ………… (1)
|
2x – 3y + 4 = 0 ………. (2)
|
Untuk menyelesaikan sistem persaman ini dengan metode substitusi,
pers.
|
(1) diubah dahulu menjadi y = 5 – 3x, kemudian baru disubstitusikan /
|
digantikan pada pers. (2),
sehinga diperoleh :
|
30
|
Rchmd: model pemb mat –smp04
|
2x – 3y + 4 = 0
|
2x
– 3(5 – 3x) + 4 = 0
|
2x – 15 + 9x + 4 = 0
|
11x – 11 = 0
|
x = 1 ; diperoleh x = 1 kemudian disubstitusikan pada pers. (1) maka
akan
|
diperoleh :
|
y = 5 – 3x
|
= 5 – 3. 1
|
= 2
|
sehingga himpunan penyelesaian dari sistem persamaan tersebut adalah
:
|
{1,2}.
|
Latihan Terkontrol
|
:
|
Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan berikut :
|
a. x – 2y + 4 = 0
|
2x + y + 3 = 0
|
b. 5x – y = 8
|
2x + 3y = -7
|
c. Kebun di belakang rumah Pak
Ahmad berbentuk persegi panjang dengan
|
keliling 64 m. Panjang kebun itu 8 m lebihnya dari lebarnya. Berapa
|
panjang kebun tesebut ?
|
(
|
Guru mengamati kegiatan siswa, dan membantu apabila siswa
|
mengalami kesulitan. Bila dirasa perlu dibuat kelompok , maka
dibentuk
|
kelompok sehingga kesulitan bisa didiskusikan dalam intern kelompok
|
tersebut, kalau tidak bisa baru ke kelompok lain atau dengan bantuan
|
guru)
|
.
|
Seatwork :
|
31
|
Rchmd: model pemb mat –smp04
|
-
|
Siswa
mengerjakan sendiri soal-soal seperti pada Latihan terkontrol
|
kemudian
ditambah soal-soal dengan variasi dan bobot kesulitan yang
|
ditingkatkan misalnya :
|
Pertunjukkan ikan lumba-lumba dihadiri oleh 150 orang. Tempat duduk
|
depan harga harga tiketnya Rp. 10.000,00 . Tempat duduk belakang
harga
|
tiketnya Rp. 7.500,00 . Hasil pertunjukan siang itu Rp. 1.375.000,00.
Berapa
|
banyak tempat duduk depan yang terisi ? Berapa banyak tempat duduk
|
belakang yang terisi ?
|
Pekerjaan rumah
|
Penugasan soal untuk dikerjakan di rumah
|
1. Selesaikan sistem persamaan berikut
|
1 =
|
1
|
-
|
a.
|
x , 4x + 3y = 25
|
y
|
1
|
2
|
3
|
1
|
1
|
b.3x + 2y = 8 ,
|
(x + 6) -
|
y = 0
|
3
|
2
|
2. Ali dan Arman bermain kelereng. Banyak kelereng Ali 3 kali banyak
|
kelereng Arman. Selisih kelereng Ali dan kelereng Arman sebanyak 30
|
buah.
|
a. Tentukan banyak kelereng Ali !
|
b. Tentukan jumlah kelereng
Ali dan Arman !
|
3. Garis lurus ax + by = 1 melalui titik (1, -2) dan (3,4).
|
a. Tentukan nilai a dan b
|
b. Jika titik (p,-8) terletak
pada garis itu, tentukan nilai p.
|
c. Apakah titik (2,3) terletak
pada garis itu ?
|
32
|
Rchmd: model pemb mat –smp04
|
6.Pengajaran Langsung
|
Model
Pengajaran Langsung (MPL) kadang juga disebut sebagai
|
Pengajaran Aktif ( Good & Crows, 1985),
|
Mastery Teaching
|
(Hunter, 1982), dan
|
Explicit Instruction
|
()Rosenshine & Stevens, 1986). meskipun tidak sinonim
|
kuliah atau ceramah, dan resitasi berhubungan erat dengan model
pengajaran
|
langsung ini.
|
Muhammad Nur (2001) menyebutkan bahwa pembelajaran langsung
|
khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang
pengetahuan
|
prosedural dan pengetahuan deklaratif, yang dapat diajarkan dengan
pola
|
selangkah demi selangkah. Lebih lanjut disebutkan pula, pengetahuan
deklaratif
|
(yang dapat diungkapkan dengan kata-kata) adalah
|
pengetahuan tentang
|
sesuatu
|
, sedangkan pengetahuan prosedural adalah
|
pengetahuan tentang
|
bagaimana melakukan sesuatu.
|
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Langsung
|
Secara garis besar, 5 (lima) langkah dalam pengajaran langsung dimana
|
pada model ini masih berpusat pada guru, antara lain sebagai berikut:
|
a. Fase Persiapan
|
b. Demonstrasi
|
c. Pelatihan Terbimbing
|
d. Umpan Balik
|
e. Pelatihan Lanjut (mandiri)
|
atau kalau dilihat peran guru, maka Sintaks Model Pengajaran Langsung
adalah
|
sebagai berikut:
|
FASE PERAN GURU
|
1. Menyampaikan tujuan dan
|
Guru menjelaskan TPK, informasi
|
mempersiapkan siswa
|
latar belakang pelajaran, pentingnya
|
pelajaran, mempersiapkan siswa
|
untuk belajar
|
2. Mendemonstrasikan Guru
mendemonstrasikan
|
33
|
Rchmd: model pemb mat –smp04
|
pengetahuan
dan ketrampilan ketrampilan dengan
benar, atau
|
menyajikan inforemasi tahap demi
|
tahap
|
3.
Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan
memberi
|
bimbingan pelatihan awal.
|
4. Mengecek pemahaman dan
|
Mengecek apakah siswa telah
|
memberikan umpan balik
|
berhasil melakukan tugas
dengan
|
baik, memberi umpan balik.
|
5. Memberikan kesempatan
|
Guru mempersiapkan kesempatan
|
untuk pelatihan lanjutan dan
|
melakukan pelatihan lanjutan,dengan
|
penerapan
|
perhatian khusus pada penerapan
|
kepada situasi lebih kompleks dalam
|
kehidupan sehari-hari.
|
Mencermati Model Pengajaran Langsung maka dapat disebut
|
kelebihannya antara lain sebagai berikut :
|
-
|
relatif banyak materi yang bisa tersampaikan
|
-
|
untuk hal-hal yang sifatnya prosedural, model ini akan relatif mudah
diikuti
|
sedangkan kekurangan atau kelemahannya antara lain :
|
-
|
jika terlalu dominan pada ceramah siswa akan cepat bosan
|
Namun demikian terkait dengan pembelajaran matematika, pengajaran
|
langsung ini masih relevan utamanya dengan pengenalan fakta, juga
|
pembelajaran melukis pada geometri.
|
Contoh :
|
Materi Pokok : Garis
Singgung Lingkaran
|
Kelas / Sem. : VIII / 2
|
Standar Kompetensi : Mengindentifikasi lingkaran serta menentukan
|
besaran-besaran yang terkait di dalamnya.
|
Kompetensi Dasar : Mengenali sifat-sifat garis singgung
lingkaran
|
Indikator : Membuat dan menggambar dua garis singgung
|
lingkaran yang melalui satu titik di luar lingkaran.
|
Persiapan
|
34
|
Rchmd: model pemb mat –smp04
|
-
|
Guru
memperkenalkan tujuan pembelajaran garis singgung lingkaran, contoh
|
dalam
kehidupan sehari-hari yang relevan.
|
-
|
Mengecek kelengkapan alat untuk menggambar antara lain ; penggaris,
|
jangka dan penghapus.
|
Demonstrasi
|
Guru mendemonstrasikan cara
menyelesaikan / menggambar soal berikut.
|
Diketahui sebuah lingkaran dengan pusat P dan jari-jari r. Titik T
berada di luar
|
lingkaran. Gambarlah garis singgung lingkaran yang melalui titik T
tersebut.
|
Penyelesaian :
|
Langkah-langkah :
|
A
|
1. Tarik garis TP dan
|
P • • T
|
tentukan titik tengah M
|
M
|
2. Buat lingkaran dengan
|
B
|
pusat M dan jari-jari MT
|
3. Lingkaran berpusat di M,
akan memotong lingkaran (P,r) di dua titik , yaitu A
|
dan B.
|
4. Tarik garis TA dan TB, itulah garis singgung yang dicari.
|
Pelatihan Terbimbing
|
:
|
Guru memberikan latihan menggambar dengan soal sejenis sambil memeriksa
|
dan membantu kesulitan siswa.
|
Umpan balik
|
:
|
Hasil pengamatan atau umpan balik yang didapat pada pelatihan
terbimbing
|
kemudian dibahas secara klasikal.
|
Pelatihan Lanjutan
|
:
|
Diberikan tugas atau PR untuk dikerjakan secara mandiri di rumah.
|
***rchmd, juli-awal2004
|
35
|
Rchmd: model pemb mat –smp04
|
|
1
|
Rchmd: model pemb mat –smp04
|
Komentar
Posting Komentar