MODEL-MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP




A. Pendahuluan
Tujuan pembelajaran matematika adalah  terbentuknya kemampuan bernalar
pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis , sistematis, dan
memiliki sifat  obyektif , jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baik
dalam bidang matematika, bidang lain, maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, keadaan di lapangan belumlah sesuai dengan yang diharapkan. Hasil
studi menyebutkan bahwa meski adanya peningkatan mutu pendidikan yang cukup
menggembirakan, namun pembelajaran dan pemahaman siswa SLTP (pada beberapa
materi pelajaran – termasuk matematika) menunjukkan hasil yang kurang memuaskan.
Pembelajaran di SLTP cenderung
text book oriented
dan kurang terkait  dengan
kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran cenderung abstrak dan dengan metode
ceramah sehingga konsep-konsep akademik kurang bisa atau sulit dipahami.
Sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan
kemampuan berpikir siswa, atau dengan kata lain tidak melakukan pengajaran
bermakna, metode yang digunakan kurang bervariasi, dan sebagai akibatnya motivasi
belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung menghafal dan
mekanistis (Direktorat PLP, 2002).
Mencermati hal tersebut di atas, sudah satnya untuk diadakan pembaharuan,
inovasi ataupun gerakan perubahan
mind set
ke arah pencapaian tujuan pendidikan di
atas. Pembelajaran matematika hendaknya lebih bervariasi metode maupun strateginya
guna mengoptimalkan potensi siswa. Upaya-upaya guru dalam mengatur dan
memberdayakan berbagai variabel pembelajaran, merupakan bagian penting dalam
keberhasilan siswa mencapai tujuan yang direncanakan. Karena itu pemilihan metode,
strategi dan pendekatan dalam mendesain model pembelajaran guna tercapainya iklim
pembelajaran aktif yang bermakna adalah tuntutan yang mesti dipenuhi bagi para guru.
1
Rchmd: model pemb mat –smp04


Perlu diketahui bahwa keanekaragaman model pembelajaran yang hendak
disampaikan pada bahan ajar ini, lebih merupakan upaya bagaimana menyediakan
berbagai alternatif dalam strategi pembelajaran matematika yang hendak disampaikan
dan selaras dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik peserta
didik jenjang SMP. Ini artinya bahwa, tidak ada model pembelajaran yang yang paling
baik, atau model pembelajaran yang satu lebih baik dari model pembelajarn yang lain.
Baik tidaknya suatu model pembelajaran atau pemilihan suatu model pembelajaran
akan  tergantung pada tujuan pembelajarannya, kesesuaian dengan materi yang
hendak disampaikan,  perkembangan peserta didik, dan juga kemampuan guru dalam
mengelola dan memberdayakan semua sumber belajar yang ada.
Di samping itu, akan segera diberlakukannya Kurikulum 2004 dengan berlabel Berbasis
Kompetensi, menuntut adanya keanekaragaman atau variasi dalam pembelajaran.
Dengan demikian setidaknya bahan ajar atau tulisan ini akan menambah koleksi atau
sebagai pengayaan bagi Bapak/ Ibu gurudalam upaya ikut mencerdaskan anak bangsa.
B. Model-model Pembelajaran Matematika SMP.
Istilah model pembelajaran amat dekat dengan pengertian strategi pembelajaran.
Pada awalnya, istilah “strategi” dikenal dalam dunia militer terutama terkait dengan
perang, namun demikian makna itu telah meluas tidak hanya dalam kondisi perang
tetapi juga damai, dan dalam berbagai bidang antara lain ekonomi, sosial, pendidikan,
dsb. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998;203) ada beberapa pengertian dari
strategi yakni: (1) ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk
melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai,   (2) rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus, sedangkan metode adalah
cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud.
2
Rchmd: model pemb mat –smp04


Soedjadi (1999;101)  menyebutkan strategi pembelajaran adalah suatu siasat
melakukan kegiatan pembelajaran yang bertujuan mengubah satu keadaan
pembelajaran kini menjadi keadaan pembelajaran yang diharapkan. Untuk mengubah
keadaan itu dapat ditempuh dengan berbagai pendekatan pembelajaran. Lebih lanjut
Soedjadi menyebutkan bahwa dalam satu pendekatan dapat dilakukan lebih dari satu
metode dan dalam satu metode dapat digunakan lebih dari satu teknik. Secara
sederhana dapat dirunut sebagai rangkaian: teknik
metode
pendekatan
strategi.
Istilah “model pembelajaran” berbeda dengan strategi pembelajaran, metode
pembelajaran, dan prinsip pembelajaran. Model pembelajaran meliputi suatu model
pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Konsep model pembelajaran lahir dan
berkembang dari para pakar psikologi dengan pendekatan dalam
setting
eksperimen
yang dilakukan. Konsep model pembelajaran untuk pertama kalinya dikembangkan oleh
Bruce dan koleganya (Joyce, Weil dan Showers, 1992). Terdapat beberapa pendekatan
pembelajaran yang dikembangkan oleh Joyce dan Weil dalam penjelasan dan
pencatatan tiap-tiap pendekatan dikembangkan suatu sistem penganalisisan dari sudut
dasar teorinya, tujuan pendidikan, dan perilaku guru dan siswa yang diperlukan untuk
melaksanakan pendekatan itu agar berhasil.
Lebih lanjut Ismail (2003) menyebutkan bahwa istilah model pembelajaran
mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu
yaitu:
-
rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya
-
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
-
tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut berhasil
-
lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran tercapai
3
Rchmd: model pemb mat –smp04


Berikut ini akan dibahas beberapa model pembelajaran matematika antara lain: Model
Penemuan Terbimbing, Model Pemecahan Masalah , Model Pembelajaran Kooperatif,
Pembelajaran Kontekstual, Model Missouri Mathematics Project, dan Model Pengajaran
Langsung.
1.Model Penemuan Terbimbing
Sebelum kita membahas model Penemuan Terbimbing, ada baiknya terlebih
dahulu kita tinjau sejenak model penemuan murni. Dalam penemuan murni, yang oleh
Maier (1995) disebutnya sebagai ‘heuristik’, apa yang hendak ditemukan, jalan atau
proses semata-mata ditentukan oleh siswa sendiri. Metode ini kurang tepat karena
pada umumnya sebagian besar siswa masih butuh pemahaman konsep dasar untuk
bisa ‘menemukan’ sesuatu. Hal ini tentunya terkait erat dengan karakteristik pelajaran
matematika itu sendiri yang lebih merupakan
deductive reasoning
dalam
perumusannya.
Di samping itu, jika setiap konsep atau prinsip dalam silabus harus dipelajari
dengan penemuan murni, kita akan kekurangan waktu sehingga tidak banyak materi
matematika yang dapat dipelajari oleh siswa. Juga perlu diingat bahwa umumnya siswa
cenderung tergesa-gesa dalam menarik kesimpulan, dan tidak semua siswa bisa
melakukannya. berangkat dari kelemahan-kelemahan inilah muncul Model Penemuan
Terbimbing.
Sebagai suatu model pembelajaran dari sekian banyak model pembelajaran
yang ada, penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator, guru
membimbing siswa di mana ia diperlukan. Dalam model ini, siswa didorong untuk
berpikir sendiri, menganalisis sendiri, sehingga dapat ‘menemukan’ prinsip umum
berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru. Sampai seberapa jauh siswa
dibimbing, tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari.
4
Rchmd: model pemb mat –smp04


Dengan metode ini, siswa dihadapkan kepada situasi di mana ia bebas
menyelidiki dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi, dan mencoba-coba (
trial and
error)
hendaknya dianjurkan. Guru bertindak sebagai penunjuk jalan, ia membantu
siswa agar mempergunakan ide, konsep, dan keterampilan yang sudah mereka pelajari
sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Pengajuan pertanyaan yang
tepat oleh guru akan merangsang kreativitas siswa dan membantu mereka dalam
‘menemukan’  pengetahuan yang baru tersebut. Perlu diingat bahwa memang model ini
memerlukan waktu yang relatif banyak dalam pelaksanaannya, akan tetapi hasil belajar
yang dicapai tentunya sebanding dengan waktu yang digunakan. Pengetahuan yang
baru akan melekat lebih lama apabila siswa dilibatkan secara langsung dalam proses
pemahaman dan ‘mengkonstruksi’ sendiri konsep atau pengetahuan tersebut. Model ini
bisa dilakukan baik secara perseorangan maupun kelompok.
Secara sederhana, peran siswa dan guru dalam model penemuan terbimbing ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
Penemuan
Peran Guru  Peran Siswa
Terbimbing
Sedikit bimbingan  -menyatakan   persoalan   - menemukan pemecahan
Banyak
- menyatakan persoalan
- mengikuti petunjuk
bimbingan
- memberikan bimbingan
- menemukan penyelesaian
Langkah-langkah dalam Penemuan Terbimbing.
Agar pelaksanaan Model Penemuan Terbimbing ini berjalan dengan efektif,
beberapa langkah yang mesti ditempuh oleh guru Matematika adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data
secukupnya. Perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang
menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah.
b.  Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun , memproses, mengorganisir,
dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan guru dapat
diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan
5
Rchmd: model pemb mat –smp04


siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-
pertanyaan, atau LKS.
c.  Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya.
d.  Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat oleh siswa tersebut di atas
diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran
prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai.
e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut,
maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk
menyusunnya. Di samping itu perlu diingat pula bahwa induksi tidak
menjamin 100% kebenaran konjektur.
f.  Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan
soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu
benar.
Memperhatikan Model Penemuan Terbimbing tersebut di atas dapat
disampaikan kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Kelebihan dari Modell
Penemuan  Terbimbing adalah sebagai berikut:
a.  Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan
b.  Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap
inquiry
(mencari-temukan)
c. Mendukung kemampuan
problem solving
siswa.
d. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru,
dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar.
e.  Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan
lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya
(Marzano, 1992)
Sementara itu kekurangannya  adalah sebagai berikut:
6
Rchmd: model pemb mat –smp04


a.  Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama
b.  Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di lapangan,
beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan model ceramah.
c.  Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini. Umumnya topik-
topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan Model
Penemuan Terbimbing.
Berikut adalah contoh sederhana penggunaan Model Penemuan Terbimbing
yang masih perlu dikembangkan.
Contoh :Pembelajaran Teorema Pythagoras  (
dengan Penemuan Terbimbing
)
Berikut ini terdapat 6 buah segitiga siku-siku pada kertas berpetak.
Gb.3
Gb.1  Gb.2
Gb.5
Gb.4
Gb.6
Pada sisi setiap segitiga siku-siku (Gb.1 dan Gb.2), di sebelah luar telah
tergambar 3 persegi, yang sisi-sisinya sama dengan sisi-sisi dari masing-masing
sisi segitiga tersebut. Tujuan Latihan ini adalah agar siswa menemukan
hubungan yang terdapat antara luas ketiga persegi tersebut.
Untuk menemukan hubungan tersebut, gunakanlah gambar di atas
kemudian lengkapilah setiap baris pada tabel bi bawah ini, jika diketahui jarak
antara 2 buah titik berdekatan pada kertas berpetak adalah satu satuan panjang.


Strategi ini berkait dengan penggunaan contoh khusus tertentu pada masalah
tersebut agar lebih mudah dipelajari, sehingga gambaran umum penyelesaian
yang sebenarnya dapat ditemukan.
e. Membuat tabel.
Strategi ini digunakan untuk membantu menganalisis permasalahan atau
jalan pikiran kita, sehingga segala sesuatunya tidak dibayangkan hanya oleh
otak yang kemampuannya sangat terbatas.
f. Menemukan pola
Strategi ini terkait dengan pencapaian keteraturan-keteraturan pola.
Keteraturan tersebut akan memudahkan kita menemukan penyelesaiannya.
g.  Memecah tujuan .
Strategi ini berkait dengan pemecahan tujuan umum yang hendak kita capai
menjadi satu atau beberapa tujuan bagian. Tujuan bagian ini dapat digunakan
sebagai batu loncatan untuk mencapai tujuan yang sesungguhnya.
h. Berpikir logis
Strategi ini berkaitan dengan penggunaan penalaran maupun penarikan
kesimpulan yang sah atau valid dari berbagai informasi atau data yang ada.
i.  Mengabaikan Hal yang Tidak Mungkin
Dari berbagai alternatif yang mungkin, alternatif yang sudah jelas-jelas tidak
mungkin agar dicoret atau diabaikan sehingga perhatian dapat tercurah
sepenuhnya untuk hal-hal yang tersisa dan masih mungkin saja.
j. Mencoba-coba.
Strategi ini biasanya digunakan untuk mendapatkan gambaran umum
pemecahan masalahnya dengan mencoba-coba dari yang diketahui.
Mencermati model pembelajaran Pemecahan Masalah di atas, maka
kelebihannya dapat dikemukakan antara lain :
11
Rchmd: model pemb mat –smp04


-
Siswa lebih terlatih dalam
problem solving skills
-
Mendorong siswa untuk berpikir alternatif
-
Melatih keruntutan berpikir logis siswa
sedangkan, kekurangannya antara lain :
-
kadang siswa belum menyadari akan adanya masalah
-
siswa sering mengalami kebingungan strategi atau kiat mana yang akan
digunakan
Berikut adalah contoh sederhana  penggunaan Model Pemecahan Masalah.
Contoh 1 :
Sebuah katak berada di dasar sebuah galian tanah sedalam 3 meter. Setiap
hari katak tersebut melompat ke atas setinggi 90  cm dan malamnya turun 60
cm. Dalam berapa hari katak tersebut berhasil keluar dari lubang galian
tersebut ?
Penyelesaian : (
dengan membuat sketsa / gambar
)
Untuk menyelesaikan masalah ini, kalau sekedar dibayangkan akan terasa
sulit. Akan tetapi akan terasa mudah kalau
menggunakan sketsa atau
gambar
.
Buatlah sketsa  atau gambar dari galian tanah tersebut. Berilah tanda posisi
katak pada penghujung hari, juga pada akhir malam.
Dengan memperhatikan
sketsa gambar di
samping, pada hari ke – 8,
hari 2
katak sudah berhasil
meloncat keluar dan tidak
ma lam 2  hari 1
turun lagi ke dalam  galian
malam 1
tanah tersebut.
12
Rchmd: model pemb mat –smp04


Contoh 2 :
Tentukan tiga bilangan pada barisan bilangan berikut :
3, 7, 15, 31, 63, 127, ….
Penyelesaian : (
dengan menentukan pola
)
Dengan menemukan pola bilangan yang terbentuk, akan membantu
menentukan barisan berikutnya.
Pola yang terbentuk :
2 (3)    + 1 = 7
2 (7)    + 1 = 15
2 (15)   + 1 = 31
2 (31)   + 1 = 63
dst.
sehingga jawabnya :     2 ( 127)   + 1 = 255
2 ( 255)    + 1 = 511
2 ( 511)   + 1 = 1023
3.Model Pembelajaran  Kooperatif
Posamentier (1999,12) secara sederhana menyebutkan
cooperative
learning
atau belajar secara kooperatif adalah penempatan beberapa siswa
dalam kelompok kecil dan memberikan mereka sebuah atau beberapa tugas.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika siswa bekerja dalam kelompok
adalah sebagai berikut:
a. Setiap anggota dalam kelompok harus merasa bagian dari tim dalam
pencapaian tujuan bersama.
13
Rchmd: model pemb mat –smp04


b.  Setiap anggota dalam kelompok harus menyadari bahwa masalah yang
mereka pecahkan adalah masalah kelompok, berhasil atau gagal akan
dirasakan oleh semua angota kelompok.
c. Untuk pencapaian tujuan kelompok, semua siswa harus bicara atau
diskusi satu sama lain.
d.  Harus jelas bahwa setiap kerja individu dalam kelompok mempunyai efek
langsung terhadap keberhasilan kelompok.
Dengan demikian bukanlah suatu
cooperative environment
meskipun
beberapa siswa duduk bersama namun bekerja secara individu dalam
menyelesaikan tugas, atau seorang anggota kelompok menyelesaikan sendiri
tugas. kelompoknya.
Cooperative learning
lebih merupakan upaya
pemberdayaan teman sejawat, meningkatkan interaksi antar siswa, serta
hubungan yang saling menguntungkan antar mereka. Siswa dalam kelompok
akan belajar mendengar ide atau gagasan orang lain, berdiskusi setuju atau
tidak setuju, menawarkan, atau menerima kritikan yang membangun, dan
siswa merasa tidak terbebani ketika ternyata pekerjaannya salah.
Kelman (1971) menyatakan bahwa di dalam kelompok terjadi saling
pengaruh secara sosial. Pertama, pengaruh itu dapat diterima seseorang
karena ia memang berharap untuk menerimanya. Kedua, ia memang ingin
mengadopsi atau meniru tingkah laku atau keberhasilan orang lain atau
kelompok tersebut karena sesuai dengan salah satu sudut pandang
kelompoknya. Ketiga, karena pengaruh itu kongruen dengan sikap atau nilai
yang ia miliki. Ketiganya mempengaruhi sejauh kerja kooperatif tersebut
dapat dikembangkan.
Sementara itu, Slavin (1991) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif,
siswa bekerja dalam kelompok saling membantu untuk menguasai bahan
14
Rchmd: model pemb mat –smp04


ajar. Lowe (1989) menyatakan bahwa belajar kooperatif secara nyata
semakin meningkatkan pengembangan sikap sosial dan belajar dari teman
sekelompoknya dalam berbagai sikap positif. Keduanya memberikan
gambaran bahwa belajar kooperatif meningkatkan sikap sosial yang positif
dan kemampuan kognitif yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Terkait  dengan model pembelajaran ini, Ismail (2003, 21) menyebutkan 6
(enam) langkah dalam Model Pembelajaran Kooperatif  yakni:
Fase ke -  Indikator  Tingkah laku Guru
1. Menyampaikan tujuan
Guru menyampaikan semua tujuan
dan memotivasi siswa
pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa belajar
2.  Menyajikan informasi  Guru menyajikan informasi kepada
siswa dengan jalan demonstrasi
atau lewat bahan bacaan
3. Mengorganisasikan
Guru menjelaskan kepada siswa
siswa ke dalam
bagaimana caranya membentuk
kelompok -kelompok
kelompok belajar dan membantu
belajar
setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien
4. Membimbing kelompok
Guru membimbing kelompok –
bekerja dan belajar
kelompok belajar pada saat
mereka mengerjakan tugas
5.  Evaluasi  Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
6.   Memberikan
Guru mencari cara-cara untuk
penghargaan
menghargai upaya atau hasil
belajar individu maupun kelompok
Beberapa Jenis Kegiatan Kelompok
Banyak macam kegiatan belajar berkelompok atau kerja kelompok.
Diskusi dan pengembangan komunikasi untuk saling belajar dan menyampaikan
pendapat merupakan hal yang dituntut dan sekaligus dipelajari. Kegiatan
tersebut merupakan kegiatan yang mengakar di masyarakat, tetapi tanpa
pendidikan dan pelatihan hasil yang secara intuitif tentulah tidak sebanyak yang
15
Rchmd: model pemb mat –smp04


direncanakan. Beberapa kegiatan kelompok yang dikemukakan oleh beberapa
ahli antara lain Slavin (1985), Lazarowitz (1988), atau Sharan (1990) antata lain
sebagai berikut:
a
.
Circle Learning / Learning together
; Belajar bersama.
Implemantasinya sangat umum, yang dipentingkan kerja bersama, lebih dari
sekedar  beberapa orang berkumpul bersama. Banyak anggotanya 5-6 orang
dengan kemampuan akademik  yang bervariasi (
mixed abilities
). Mereka sharing
pendapat dan saling membantu dengan kewajiban setiap anggota sungguh
memahami jawaban atau penyelesaian tugas yang diberikan kelompok tersebut.
b. Investigation Group
; Grup penyelidikan
Model ini menyiapkan siswa dengan lingkup studi yang luas dan dengan
berbagai pengalaman belajar untuk memberikan tekanan pada aktivitas positif
para siswa. Ada empat karakteristik pada vmodel ini. Pertama, kelas dibagi ke
dalam sejumlah kelompok (grup). Kedua, kelompok siswa dihadapkan pada topik
dengan berbagai aspek untuk meningkatkan daya kuriositas (keingintahuan) dan
saling ketergantungan yang positif di antara mereka. Ketiga, di dalam
kelompoknya siswa terlibat dalam komunikasi aktif untuk meningkatkan
ketrampilan cara belajar. Keempat, guru bertindak selaku sumber belajar dan
pimpinan tak langsung, memberikan arah dan klarifikasi hanya jika diperlukan,
dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Siswa terlibat dalam setiap
kegiatan: (1) mengidentifikasi topik dan mengorganisasi siswa dalam ‘kelompok
peneliti’, (2) merencanakan tugas-tugas yang harus dipelajari, (3) melaksanakan
investigasi, (4) menyiapkan laporan, (5) menyampaikan laporan akhir, dan (5)
evaluasi proses dan hasilnya.
c. Co-op co-op
16
Rchmd: model pemb mat –smp04


Seperti  halnya  grup  penyelidikan,  co-op  co-op  berorientasi  pada  tugas
pembelajaran yang ‘multivaset’, kompleks dan siswa mengendalikan apa dan
bagaimana mempelajari bahan yang ditugaskan kepada mereka. Siswa dalam
satu tim (kelompok) menyusun  proyek yang dapat membantu kelompok lain.
Setiap siswa mempunyai topik mini yang harus diselesaikan, dan setiap
kelompok memberikan konstribusi yang menunjang tercapainya tujuan kelas.
Struktur ini memerlukan cara dan keterampilan bernalar yang cukup tinggi,
termasuk menganalisis dan melakukan sintesis bahan yang dipelajari.
Langkahnya adalah: diskusi kelas seluruh siswa, seleksi atau penyusunan tim
siswa untuk mempelajari atau menyelesaikan tugas tertentu, seleksi kelompok–
topik, seleksi topik mini, (oleh anggota kelompok di dalam kelompok/ timnya oleh
mereka sendiri), penyiapan topik mini, persiapan presentasi kelompok,
presentasi kelompok, dan kemudian evaluasi oleh siswa dengan bimbingan guru.
d. Jigsaw
(pertama kali oleh Aronson dkk)
Pada model ini, kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan 4 – 6 orang.
Setiap kelompok oleh Aronson dinamai kelompok J
igsaw
(gigi gergaji). Pelajaran
dibagi dalam beberapa bagian / seksi sehingga setiap siswa mempelajari salah
satu bagian pelajaran tersebut. Semua siswa dengan bagian pelajaran yang
sama belajar bersama dalam sebuah kelompok, dan dikenal sebagai
counterpart
group
(CG). Dalam setiap CG siswa berdiskusi dan mengklarifikasi bahan
pelajaran dan menyusun sebuah rencana bagaimana cara mereka mengajar
kepada teman mereka dari kelompok lain. Jika sudah siap, siswa kembali ke
kelompok Jigsaw mereka, dan mengajarkan bagian yang dipelajari masing-
masing kepada temannya dalam kelompok Jigsaw tersebut. Hal ini memberikan
kemungkinan siswa terlibat aktif dalam diskusi dan saling komunikasi baik di
dalam group Jigsaw maupun CG. Ketrampilan bekerja dan belajar secara
17
Rchmd: model pemb mat –smp04


kooperatif dipelajari langsung di dalam kegiatan pada kedua jenis
pengelompkan. Siswa juga diberikan motivasi untuk selalu mengevaluasi proses
pembelajaran mereka.
Catatan
: Ada beberapa variasi dalam jenis Jigsaw ini, Jigsaw Aronson dikenal
sebagai Jigsaw I, sedangkan berikutnya dikembangkan oleh Slavin (1980,
Jigsaw II) dan Kagan (1985, Jigsaw II). Jigsaw ini tetap menekankan segi
kompetisi antar group, dengan demikian baik kooperatif maupun persaingan
individual tetap muncul Jigsaw III utamanya digunakan dalam kelas dengan dua
bahasa (
bilingual classroom
).
e.
Numbered Heads Together
(NHT)
NHT merupakan kegiatan belajar kooperatif dengan empat tahap kegiatan.
Pertama, siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok
terdiri atas 4 orang. Setiap anggota kelompok diberi satu nomor 1, 2, 3, dan 4.
Kedua, guru menyampaikan pertanyaan. Ketiga, guru memberi tahu siswa untuk
‘meletakkan kepala mereka bersama’, untuk meyakinkan bahwa setiap anggota
tim memahami jawaban tim. Keempat, guru menyebut nomor (1,2,3, atau 4) dan
siswa dengan nomor yang bersangkutanlah yang harus menjawab.
Setiap tim terdiri dari siswa  dengan kemampuan yang bervariasi: satu
berkemampuan tinggi, dua sedang, dan satu rendah. Di sini ketergantungan
positif juga dikembangkan, dan yang kurang, terbantu oleh yang lebih. Yang
berkemampuan tinggi bersedia membantu, meskipun mungkin mereka tidak
dipanggil untuk menjawab. Bantuan yang diberikan dengan motivasi tanggung
jawab atau nama baik kelompok. yang paling lemah diharapkan sangat antusias
dalam memahami permasalhan dan jawabannyakarena mereka merasa
merekalah yang akan ditunjuk guru menjawab.
e. Student Teams-Achievment Division
(STAD)
18
Rchmd: model pemb mat –smp04


Bagian esensial dari model ini adalah adanya kerjasama anggota kelompok dan
kompetisi antar kelompok. Siswa bekerja di kelompok untuk belajar dari
temannya serta ‘mengajar’ temannya.
f. Team Assited-Individualization atau Team Accelerated Instruction
(TAI)
Slavin (1985) membuat model ini dengan beberapa alasan. Pertama, model ini
mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran individual.
Kedua, model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif.
Ketiga, TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran,
misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual.
Model ini juga merupakan model kelompok berkemampuan heterogen.
Setiap siswa belajar pada aspek khusus pembelajaran secara individual.
Anggota tim menggunakan lembar jawab yang digunakan untuk saling
memeriksa jawaban teman se-tim, dan semua bertanggung jawab atas
keseluruhan jawaban pada akhir kegiatan sebagai tanggung jawab bersama.
Diskusi terjadi pada saat siswa saling mempertanyakan jawaban yang dikerjakan
teman sekelompoknya.
g. Teams Games-Tournament
(TGT)
TGT menekankan adanya kompetisi kegiatannya seperti STAD, tetapi kompetisi
dilakukan dengan cara membandingkan kemampuan antar anggota tim dalam
suatu bentuk ‘turnamen’.
Perlu diperhatikan bahwa berbagai model di atas adalah beberapa saja di antara
banyak model pembelajaran dengan kelompok. Bahkan dari yang disebutkan di
atas masih dapat dimodifikasi atau saling digabungkan sesuai keperluan dan
tujuannya. Mencermati Model Pembelajaran Kooperatif ini, kelebihan yang bisa
dikemukakan antara lain :
-
melatih siswa mengungkap atau menyampaikan gagasan / idenya.
19
Rchmd: model pemb mat –smp04


-
melatih siswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain
-
menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial
sedangkan kekurangannya antara lain ;
-
kadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok
-
kendala teknis, misalnya masalah tempat duduk kadang sulit atau kurang
mendukung untuk diatur kegiatan kelompok
-
agak memakan banyak waktu.
Berikut contoh sederhana Model Pembelajaran Koperatif yang bisa
dikembangkan lebih lanjut ;
Kerjakan Secara Kooperatif dalam Kelompok
( Kelompok I mengerjakan No.1 dan 2, Kelompok II mengerjakan No.2 dan 3 ,
dan Kelompok III mengerjakan No.3 dan 1)
1. Carilah banyak segitiga yang terbentuk pada setiap gambar berikut. Jika
gambar itu dilanjutkan, maka berdasar pola bilangan yang menyatakan
banyak segitiga itu, carilah banyak segitiga pada urutan ke 6, 7, dan ke-20.
2. Dari gambar segitiga-segitiga sama sisi berikut ini, carilah :
a. banyaknya
macam ukuran
segitiga pada Gb (i). Berdasar pada pola
bilangannya, carilah banyaknya macam ukuran segitiga pada urutan ke –6,
ke-7, dan ke-20.
b. banyaknya segitiga kongruen pada Gb. (i) dengan ukuran seperti
diperlihatkan pada Gb. (ii)
Gb.(i)
20
Rchmd: model pemb mat –smp04


Gb.(ii)
3. Carilah banyak persegipanjang / persegi yang terbentuk pada setiap gambar
berikut. Jika gambar itu dilanjutkan, maka berdasar pola bilangan yang
menyatakan banyak persegi-panjang/persegi itu, carilah banyak persegi-
panjang/persegi pada urutan ke–6, ke-7 dan ke-20
Selanjutnya masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, sementara yang lain menanggapi.
Hal ini dilakukan secara bergiliran sehingga semua peserta bisa  berpartisipai aktif
dalam diskusi ini.
4.Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran matematika yang kontekstual atau realistik telah
berkembang di negara-negara lain dengan berbagai nama. Di Belanda dengan
nama RME (
Realistic Mathematics Education
), di Amerika dengan nama CTL
(
Contextual Teaching Learning in Mathematics
) atau CME (
Contextual
Mathematics Education
).
Gagasan RME muncul sebagai jawaban terhadap adanya gerakan
matematika modern di Amerika Serikat dan praktek pembelajaran matematika
yang terlalu mekanistik di Belanda. Freudental (dalam Nur M; 2000) menyatakan
bahwa pembelajaran konvensional terlalu berorientasi pada sistem formal
matematika sehingga anti didaktik. Sementara itu, pada tahun 1980-an telah
21
Rchmd: model pemb mat –smp04


terjadi pergeseran paradigma teori belajar pada pembelajaran matematika yaitu
dari behavioris dan strukturalis, kearah kognitif dan konstrutivis-realistik.
Karakteristik Pembelajaran Matematika yang Kontekstual.
Nur M ( 2000 ; 2) menyebutkan lima karakteristik utama dari pembelajaran
matematika yang realistik  adalah sebagai berikut:
a.  Diajukannya masalah kontekstual untuk dipecahkan atau diselesaikan
oleh siswa  sebagai titik awal proses pembelajaran.
b.  Dikembangkannya cara, alat, atau model matematis (gambar, grafik,
tabel, dll) oleh siswa sebagai jawaban informal terhadap masalah yang
dihadapi yang berfungsi sebagai jembatan antara dunia real dengan
abstrak sehingga terwujud proses matematisasi horisontal (yaitu
proses diperolehnya matematika informal)
c.  Terjadi interaksi antara guru dan siswa atau antara siswa dengan
siswa, atau antara siswa dengan pakar dalam suasana demokratif
berkenaan dengan penyelesaian masalah yang diajukan selama
proses belajar.
d.  Ada keseimbangan antara proses matematisasi horisontal dan proses
matematisasi vertikal (yaitu proses pembahasan matematika secara
simbolik dan abstrak). Ini berarti jawaban informal siswa dihargai
sebelum sampai pada tahap mempelajari bentuk formal matematika.
Dengan cara demikian diharapkan ada kesempatan bagi siswa untuk
merefleksi, menginterpretasi, dan menginternalisasi hal yang dipelajari.
e. Pembelajaran matematika tidak semata-mata memberi penekanan
pada komputasi dan hanya mementingkan langkah-langkah prosedural
penyelesaian soal (drill) namun juga memberi penekanan pada
pemahaman konsep dan pemecahan masalah.
22
Rchmd: model pemb mat –smp04


Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Kontekstual
Selanjutnya Hadi S (2000:4) menyatakan bahwa pembelajaran
matematika yang kontekstual atau realistik meliputi langkah sebagai berikut:
Pendahuluan
:
- Memulai pelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang riil bagi   siswa
sesuai dengan pengalaman dan tingkah pengetahuannya (masalah
kontekstual) sehingga siswa segera terlibat dalam pembelajaran secara
bermakna
- Permasalahan yang diberikan sesuai dengan tujuan yang ingindicapai dalam
pelajaran tersebut
Pengembangan
- Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model matematis   simbolik
secara informal terhadap persoalan atau maslah yang diajukan.
- Kegiatan pembelajaran berlangsung secara interaktif. Siswa diberi kesempatan
menjelaskan dan memberi alasan terhadap jawaban yang diberikannya,
memahami jawaban teman atau siswa lain, menyatakan setuju atau tidak
setuju terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban teman atau
siswa lain, mencari alternatif penyelesaian yang lain.
Penutup/Penerapan
-
Melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil
pelajaran.
Mencermati Model Pembelajaran Kontekstual tersebut di atas, maka kelebihan
yang bisa dikemukakan antara lain :
-
siswa lebih termotivasi karena materi yang disajikan terkait dekat  dengan
kehidupan sehari-hari
23
Rchmd: model pemb mat –smp04


-
materi yang disajikan lebih lama membekas di pikiran siswa karena siswa
dilibatkan aktif dalam pembelajaran
-
siswa berpikir alternatif dalam membuat pemodelan
sedangkan kekurangannya antara lain :
-   tidak semua topik atau pokok bahasan bisa disajikan dengan kontekstual, atau
kadang mengalami kesulitan dalam mengaitkannya
- membutuhkan waktu yang agak lama.
Berikut adalah contoh sederhana Model Pembelajaran Kontekstual yang
masih bisa dikembangkan .
Pokok Bahasan    : Perkalian suku dua.
Sub Pokok Bahasan   : Menemukan hasil kali suku dua dengansuku dua
Kelas / Semester   : III / 1
Waktu       : 2 x 2 jam @ 45 menit
Pertemuan     : ke –1
Tujuan Pembelajaran Khusus
:
Siswa dapat menemukan pola hasil kali suku dua dengan suku dua.
Kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa :
1.  Mampu menyebutkan contoh suku dan suku dua.
2. Mampu melakukan perkalian suatu bilangan dengan suku dua
menggunakan hukum distributif, misal : a(x + 2y) = ax + 2ay
3. Mampu menghitung luas suatu bangun berbentuk persegi dan
persegipanjang.
Uraian kegiatan Belajar
Kegiatan Pendahuluan
24
Rchmd: model pemb mat –smp04


1.  Guru mengkomunikasikan tujuan pembelajaran, yaitu belajar tentang
perkalian suku dua dengan suku dua.
2.  Dengan tanya jawab siswa diingatkan tentang :
a.  Bentuk suku dua, misal : (x+y), (3x – 7), (a +5).
b.  Cara mengalikan suatu bilangan dengan suku dua menggunakan
hukum distributif, misal : 2(y+5) = 2.y + 2.5 = 2y + 10
c. Cara menghitung luas banguan berbentuk persegi dan
persegipanjang
3.  Guru mengajukan masalah kontekstual untuk dipecahkan siswa.
Maslah :
“Tiga buah meja dengan permukaan berbentuk persegipanjang
dengan panjang sisi pada masing-masing meja sebagai berikut :
Meja A : (x+3) dan (x+2) , x
himp. bilangan rasional
> 
Meja B : (x+3) dan (x – 2), x
himp. bilangan rasional dan x
2
> 
Meja C : (x – 3) dan (x – 2),   x
himp. bilangan rasional dan x
2
Tugas :
a.  Gambarlah persegipanjang A,B, dan C.
b. Hitunglah luas tiap persegi panjang. Nyatakan luas itu dalam
bentuk : perkalian suku dua dan penjumlahan suku-suku yang
paling sederhana.
c.  Adakah pola hubungan tertentu antara luas persegipanjang dalam
bentuk perkalian suku dua dengan luas persegi panjang dalam
bentuk penjumlahan suku-suku ? Jika ada, bagaimanakah pola
hubungan itu ? Jika tidak ada, mengapa ?
25
Rchmd: model pemb mat –smp04


d.  Adakah cara cepat untuk menghitung hasil kali suku dua dengan
suku dua yang diperoleh dari menghitung luas persegipanjang
A,B,dan  C tersebut ?
Kegiatan Inti :
4.  Dengan teman semeja siswa menyelesaikan masalah yang diajukan
guru pada langkah nomor 3. (
Siswa dibiarkan menyelesaikan masalah
menurut cara mereka masing-masing. Guru diharapkan mengamati,
memotivasi, memfasilitasi kerja siswa, dan membantu siswa yang
mengalami kesulitan)
.
5.  Guru dan siswa mengklarifikasi jawaban atau penyelesaian masalah
yang telah dibuat siswa.
(Dapat diambil penyelesaian masalah
beberapa siswa yang bervariasi untuk dikaji bersama oleh siswa lain
dan guru)
6.  Dengan memperhatikan variasi jawaban atau penyelesaian masalah
yang dibuat siswa, guru dan siswa membahas tentang jawaban atau
penyelesaian masalah formal matematis.
Salah satu alternatif penyelesaian/pembahasan :
Persegipanjang Meja A :
a.
II  IV
2
x+2
I  III
x
x+3
3
x
b. 1) luas persegipanjang A  b. 2) luas persegipanjang A
= (x+2)(x+3)              = luas I + luas II + luas III + luas IV
= (x.x) + (2.x) + (3.x) + (2.3)
26
Rchmd: model pemb mat –smp04


= x
+ 2x + 3x + 6
2
= x
+ 5x + 6
2
c. Ada pola hubungan antara b.1) dan b.2)
(*)  (****)
)
(x + 2)(x + 3) = x. x + 2. x + 3 . x + 2.3
(**)
(*)     (**)     (***)    (****)
(***)
=   x
2
+ 2x + 3x + 6
=   x
2
+ 5x + 6
d Ada cara cepat / mudah, yaitu :
(x + 2) (x + 3) =  x
+ 5x + 6
2
2+3=5
Dengan cara yang sama, untuk persegipanjang  A dan B bisa dilanjutkan
sebagai
latihan !
7. Dengan pengetahuan yang sudah diperoleh pada pembahasan di
langkah 6 siswa diminta menyelesaikan soal-soal berikut :
Nyatakan dalam penjumlahan suku dua yang paling sederhana.
a.  (x + 5) (x + 3)
b.  (x + 3) (x – 7)
c.  (3x + 5) (x – 4)
d.  (x – 5) (2x + 1)
e.  (2x – 5) (3x + 6)
Apakah soal a, b dapat diselesaikan dengan cepat, tunjukkan !
Apakah soal d, e, dan f dapat diselesaikan dengan cepat tunjukkan !
8.  Guru dan siswa secara interaktif membahas penyelesaian soal-soal
pada langkah 7. (
Siswa ditunjuk secara acak untuk menjawab soal dan
27
Rchmd: model pemb mat –smp04


siswa lain diminta mengomentari jawaban itu. Siswa yang menjawab
diberi  kesempatan menanggapinya)
.
Kegiatan Penutup
9.  Guru dan siswa secara interaktif menyimpulkan tentang perkalian suku
dua yang telah dipelajari. Kesimpulan diikuti contoh.
10. Siswa diberi PR (Pekerjaan Rumah) terdiri 5 soal dengan variasi
seperti pada langkah 7 ditambah soal berbentuk menyederhanakan,
misal ;
x
y
-
=
a.  ...
- 3
+
(
x
2
)
(
y
)
2
x
y
+
=
b.  ...
+ 2
-
(
x
y
)
(
x
y
)
3
2
+
=
c.  ...
-
2
2
x
y
x
-
y
(PR ini dibahas pada pertemuan berikutnya
)
Penilaian:
Penilaian dilakukan dengan mengamati proses kerja siswa pada
langkah 3-4 dan 7-8.
5.Model Missouri Mathematics Project (MMP)
Sebelum melihat MMP, ada baiknya kita mengingat dahulu Struktur
Pengajaran Matematika (SPM) karena antara MMP dan SPM hampir sama.
Secara sederhana tahapan kegiatan dalam SPM adalah sebagai berikut:
e.  Pendahuluan (7’): apersepsi, revisi. motivasi, introduksi
f.  Pengembangan (10’): pembelajaran konsep / prinsip
g.  Penerap[an (23’): pelatihan penggunaan konsep/prinsip, pengembangan,
skill, evaluasi
28
Rchmd: model pemb mat –smp04


h.  Penutup (5’): penyusunan rangkuman, penugaan.
Adapun Model MMP yang secara empiris melalui penelitian, dikemas
dalam struktur yang hampir sama dengan SPM dengan urutan langkah
adalah sebagai berikut:
Langkah 1   : Review
- meninjau ulang pelajaran yang lalu
- membahas PR
Langkah 2  : Pengembangan
-  Penyajian ide baru, perluasan konsep matematika
terdahulu
- Penjelasan, diskusi, demostrasi dengan contoh konkret
yang sifatnya piktorial dan simbolik
Langkah 3  : Latihan Terkontrol
- Siswa merespon soal
- Guru mengamati
- Belajar kooperatif
Langkah 4  : Seatwork
- Siswa bekerja sendiri untuk latihan
- atau perluasan konsep pada langkah 2
Langkah 5  : PR
- Tugas PR                  Soal Review
Mencermati Model Pembelajaran MMP tersebut di atas, dapat disebutkan
di sini beberapa kelebihannya, antara lain :
-
banyak materi yang bisa tersampaikan kepada siswa karena tidak terlalu
memakan banyak waktu. Artinya, penggunaan waktu dapat diatur relatif ketat
-
banyak latihan sehingga siswa mudah terampil dengan beragam soal
29
Rchmd: model pemb mat –smp04


sedangkan kekurangan atau kelemahannya ;
-
kurang menempatkan siswa pada posisi yang aktif
-
mungkin siswa cepat bosan karena lebih banyak mendengar .
Berikut adalah contoh Model Pembelajaran MMP
Materi Pokok   : Sistem Persamaan Linier Dua Variabel
Kelas  /Sem.   : VIII / 2
Kompetensi Dasar  : Menyelesaikan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel
Indikator     : Menentukan penyelesaian Sistem Persaman Linier Dua
Variabel dengan metode grafik, eliminasi, dan
substitusi.
Langkah-langkah :
(Pertemuan ke –3)
Review
:
-
mengingat kembali menentukan penyelesaian sistem persaman linier dua
variabel dengan metode grafik dan eliminasi
-
membahas sepintas kesulitan PR (Pekerjaan Rumah) yang terkait dengan
penyelesaian sistem persamaan linier dengan metode grafik dan eliminasi.
Pengembangan
:
-
Menentukan penyelesaian Sistem Persamaan Linier  Dua Variabel dengan
metode substitusi.
Contoh :
Tentukan himpunan penyelesaian dari
3x + y – 5 = 0 ………… (1)
2x – 3y + 4 = 0 ……….  (2)
Untuk menyelesaikan sistem persaman ini dengan metode substitusi, pers.
(1) diubah dahulu menjadi y = 5 – 3x, kemudian baru disubstitusikan /
digantikan pada pers. (2),  sehinga diperoleh :
30
Rchmd: model pemb mat –smp04


2x – 3y + 4 = 0
2x – 3(5 – 3x) + 4 = 0
2x – 15 + 9x + 4 = 0
11x – 11 = 0
x = 1 ; diperoleh x = 1 kemudian disubstitusikan pada pers. (1) maka akan
diperoleh :
y = 5 – 3x
= 5 – 3. 1
= 2
sehingga himpunan penyelesaian dari sistem persamaan tersebut adalah :
{1,2}.
Latihan Terkontrol
:
Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan berikut :
a.  x – 2y + 4 = 0
2x + y + 3 = 0
b.  5x – y = 8
2x + 3y = -7
c.  Kebun di belakang rumah Pak Ahmad berbentuk persegi panjang dengan
keliling 64 m. Panjang kebun itu 8 m lebihnya dari lebarnya. Berapa
panjang kebun tesebut ?
(
Guru mengamati kegiatan siswa, dan membantu apabila siswa
mengalami kesulitan. Bila dirasa perlu dibuat kelompok , maka dibentuk
kelompok sehingga kesulitan bisa didiskusikan dalam intern kelompok
tersebut, kalau tidak bisa baru ke kelompok lain atau dengan bantuan
guru)
.
Seatwork :
31
Rchmd: model pemb mat –smp04


-
Siswa mengerjakan sendiri soal-soal seperti pada Latihan terkontrol
kemudian ditambah soal-soal dengan variasi dan bobot kesulitan yang
ditingkatkan misalnya :
Pertunjukkan ikan lumba-lumba dihadiri oleh 150 orang. Tempat duduk
depan harga harga tiketnya Rp. 10.000,00 . Tempat duduk belakang harga
tiketnya Rp. 7.500,00 . Hasil pertunjukan siang itu Rp. 1.375.000,00. Berapa
banyak tempat duduk depan yang terisi ?  Berapa banyak tempat duduk
belakang yang terisi ?
Pekerjaan rumah
Penugasan soal untuk dikerjakan di rumah
1. Selesaikan sistem persamaan berikut
1 =
1
-
a.
x  , 4x + 3y = 25
y
1
2
3
1
1
b.3x + 2y = 8 ,
(x + 6) -
y = 0
3
2
2. Ali dan Arman bermain kelereng. Banyak kelereng Ali  3 kali banyak
kelereng Arman. Selisih kelereng Ali dan kelereng Arman sebanyak 30
buah.
a.  Tentukan  banyak kelereng Ali !
b.  Tentukan jumlah kelereng Ali dan Arman !
3. Garis lurus ax + by = 1 melalui titik (1, -2) dan (3,4).
a.  Tentukan nilai a dan b
b.  Jika titik (p,-8) terletak pada garis itu, tentukan nilai p.
c.  Apakah titik (2,3) terletak pada garis itu ?
32
Rchmd: model pemb mat –smp04


6.Pengajaran Langsung
Model Pengajaran Langsung (MPL) kadang juga disebut sebagai
Pengajaran Aktif ( Good & Crows, 1985),
Mastery  Teaching
(Hunter, 1982), dan
Explicit Instruction
()Rosenshine & Stevens, 1986). meskipun tidak sinonim
kuliah atau ceramah, dan resitasi berhubungan erat dengan model pengajaran
langsung ini.
Muhammad Nur (2001) menyebutkan bahwa pembelajaran langsung
khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan
prosedural dan pengetahuan deklaratif, yang dapat diajarkan dengan pola
selangkah demi selangkah. Lebih lanjut disebutkan pula, pengetahuan deklaratif
(yang dapat diungkapkan dengan kata-kata) adalah
pengetahuan tentang
sesuatu
, sedangkan pengetahuan prosedural adalah
pengetahuan tentang
bagaimana melakukan sesuatu.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Langsung
Secara garis besar, 5 (lima) langkah dalam pengajaran langsung dimana
pada model ini masih berpusat pada guru, antara lain sebagai berikut:
a. Fase Persiapan
b. Demonstrasi
c. Pelatihan Terbimbing
d.  Umpan Balik
e.  Pelatihan Lanjut (mandiri)
atau kalau dilihat peran guru, maka Sintaks Model Pengajaran Langsung adalah
sebagai berikut:
FASE PERAN GURU
1. Menyampaikan tujuan dan
Guru menjelaskan TPK, informasi
mempersiapkan siswa
latar belakang pelajaran, pentingnya
pelajaran,  mempersiapkan siswa
untuk belajar
2. Mendemonstrasikan   Guru mendemonstrasikan
33
Rchmd: model pemb mat –smp04


pengetahuan dan ketrampilan   ketrampilan dengan benar, atau
menyajikan inforemasi tahap demi
tahap
3. Membimbing pelatihan  Guru  merencanakan  dan  memberi
bimbingan pelatihan awal.
4. Mengecek pemahaman dan
Mengecek apakah siswa telah
memberikan umpan balik
berhasil  melakukan tugas dengan
baik, memberi umpan balik.
5. Memberikan kesempatan
Guru mempersiapkan kesempatan
untuk pelatihan lanjutan dan
melakukan pelatihan lanjutan,dengan
penerapan
perhatian khusus pada penerapan
kepada situasi lebih kompleks dalam
kehidupan sehari-hari.
Mencermati Model Pengajaran Langsung maka dapat disebut
kelebihannya antara lain sebagai berikut :
-
relatif banyak materi yang bisa tersampaikan
-
untuk hal-hal yang sifatnya prosedural, model ini akan relatif mudah diikuti
sedangkan kekurangan atau kelemahannya antara lain :
-
jika terlalu dominan pada ceramah siswa akan cepat bosan
Namun demikian terkait dengan pembelajaran matematika, pengajaran
langsung ini masih relevan utamanya dengan pengenalan fakta, juga
pembelajaran melukis pada geometri.
Contoh :
Materi Pokok    : Garis Singgung Lingkaran
Kelas / Sem.   : VIII / 2
Standar Kompetensi : Mengindentifikasi lingkaran serta menentukan
besaran-besaran yang terkait di dalamnya.
Kompetensi Dasar   :  Mengenali sifat-sifat garis singgung lingkaran
Indikator    :  Membuat dan menggambar dua garis singgung
lingkaran yang melalui satu titik di luar lingkaran.
Persiapan
34
Rchmd: model pemb mat –smp04


-
Guru memperkenalkan tujuan pembelajaran garis singgung lingkaran, contoh
dalam kehidupan sehari-hari yang relevan.
-
Mengecek kelengkapan alat untuk menggambar antara lain ;  penggaris,
jangka dan penghapus.
Demonstrasi
Guru mendemonstrasikan  cara menyelesaikan / menggambar soal berikut.
Diketahui sebuah lingkaran dengan pusat P dan jari-jari r. Titik T berada di luar
lingkaran. Gambarlah garis singgung lingkaran yang melalui titik T tersebut.
Penyelesaian :
Langkah-langkah :
A
1.  Tarik garis TP dan
P •   • T
tentukan titik tengah M
M
2.  Buat lingkaran dengan
B
pusat M dan jari-jari MT
3.  Lingkaran berpusat di M, akan memotong lingkaran (P,r) di dua titik , yaitu A
dan B.
4. Tarik garis TA dan TB, itulah garis singgung yang dicari.
Pelatihan Terbimbing
:
Guru memberikan latihan menggambar dengan soal sejenis  sambil memeriksa
dan membantu kesulitan siswa.
Umpan balik
:
Hasil pengamatan atau umpan balik yang didapat pada pelatihan terbimbing
kemudian dibahas secara klasikal.
Pelatihan Lanjutan
:
Diberikan tugas atau PR untuk dikerjakan secara mandiri di rumah.
***rchmd, juli-awal2004
35
Rchmd: model pemb mat –smp04


1
Rchmd: model pemb mat –smp04

Komentar

Postingan populer dari blog ini

101 Kreasi Unik Dari Kardus Bekas

Turunan Fungsi

soal deret