MODEL PENGAJARAN LANGSUNG
- RUANG LINGKUP PENGAJARAN LANGSUNG
1.
Istilah dan Pengertian
Meski tidak ada sinoniim dan resitasi yang berhubungan
erat dengan Model Pengajaran Langsung (MPL), tetapi istilah model pengajaran
langsung sering disebut juga dengan Model Pengajaran Aktif.
Pengajaran langsung adalah suatu model pengajaran yang
bersifat teacher center.
Menurut Arends (1997), model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan
mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaita
dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural yang terstruktur denan
baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi
selangkah. Selain itu model pembelajaran langsung ditunjukan pula untuk
membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memproleh informasi yang
dapat diajarkan selangkah demi selangkah.
Cirri-ciri model pengajara lanmgsung (dalam kardi
& Nur, 2000 : 3 adalah sebagai berikut :
1)
Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada
siswa termasuk prosedur penilaian belajar
2)
Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan
pembelajaran dan
3)
Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang
diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan
berhasil
Selain itu, juga dalam pengajaran langsung harus
memenuhi suatu persyaratan, yaitu ada alat yang akandidemonstrasikan dan harus
mengikuti tingkah laku mengajar (sintaks)
2.
Tujuan Belajar dan Hasil Belajar Siswa
Para pakar teori belajar pada umumnya membedakan dua
macam pengetahuan, yakni pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan prosedural)
adalah pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan procedural adalah
pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu.suatu contoh pengetahuan
deklaratif misalnya konsep tekanan, yaitu hasil bagi antara gaya (F) dan luas
bidang benda yang dikenai gaya (A). jadi dapat ditulis secara matematis p =
F/A. pengetahuan procedural yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif
diatas adalah bagaimana memproleh rumus dan persamaantentang konsep takanan tersebut.
Menghafal hukum atau rumus tertentu dalam bidang
studi, matematika, fisika dan kimia merupakan contoh pengetahuan deklaratif
sederhana atau informasi faktual, yaitu pengetahuan deklaratif sederhana yang
diperoleh seseorang, namun dapat digunakan. Berbeda dengan informasi faktual ,
pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya memerlukan penggunaan pengetahuan
dengan cara tertentu, misalnya membandingkan dua rancangan penlitian, menilai
hasil karya seni. Sering kali penggunaan pengetahuan proudural memerlukan
penguasaan pengetahuan deklaratif. Para guru
selalu menghendaki agar siswa-siswa memproleh kedua macam pengetahuan tersebut,
supaya mereka dapat melakukan segala sesuatu dengan berhasil.
3.
Sintks atau Pola Keseluruhan dan Alur Kegiatan
Pembelajaran
Pada model pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat
penting. Guru mengawali pengajaran dengan penjelasan tentang tujuan dan latar
belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan
guru.
Pengajaran langsung menurut kardi (1997 : 3), dapat
berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan
atau praktik dan kerja kelompok. Pengajaran langsung digunakan langsung
untuk menyampaikan pelajaran yang telah ditarnspormasikan langbsung oleh guru
kepada siswa. Penyusun waktu yang duguanakan untuk mencapai tujuan pembelajran
harus seefesien mungkin, sehingga guru dapat merancang tepat waktu yang
digunakan.
Sintaks model pengajaran langsung tersebut disajikan
dalam 5 tahap, seperti :
Sintaks Model Pengajaran Langsung
Fase
|
`Peran
Guru
|
Fase
1
Mendemonstrasikan
tujuan dan mempersiakan siswa
|
Guru
menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pemtingnya pelajaran,
mempersiapkan untuk belajar.
|
Fase
2
Mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan
|
Guru
mendemontrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap
demi tahap
|
Fase
3
Membimbinmg
pelatihan
|
Guru
merencanakan dan memberi bimnbingan pelatihan awal
|
Fase
4
Mengecek
pemahaman dan memberikan pemahaman umpan balik
|
Mencetak
apakah siswa telah berhasil malakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik.
|
Fase
5
Memberikan
kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
|
Guru
mempersiapkan kesempatan melkukan pelatiha lanjutan, dengan perhatian khusus
pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.
|
Pada fase persiapan, guru memotivasi siswa agar siap
menerima presentasi materi pelajaran yang dilaklukan melalui demonstrasi
tentang keterampilan tertentu. Pengajaran diakhiri dengan pemberian kesempatan
kepada siswa untuk melakukan pelatihandan pemberian umpan balik terhadap
keberhasilan siswa, pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut,
guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan
pengetahuan atau keterampilan yang dipelajri ke dalam situasi kehidupan nyata.
4.
Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan
Pengajaran langsung memerlukan prencanaan dan
pelaksanaan yang sangat hati-hati di pihak guru. Agar efektif, pengajaran
langsungmensyaratkan tiap detail
keterampilan atau isi didefinisikan secar seksama dan demonstrasi serta
jadwal pelatihan direncanakan dan dilaksanakan secaara seksama (kardi dan Nur,
2000 : 8).
Menurut kardi dan Nur (2000 :8-9), meskipun tujuan
pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh guru dan siswa, model ini tertama
berpusat pada guru. Sistem pengelolaan yang dilakukan oleh guru harus menjamin
terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui memerhatikan, mendengarkan dan
resitasi (tanya jawab). Pembelajaran yang terencana. Ini tidak
berati bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin dan tanpa humor. Ini berati
bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa
mencapai hasil belajar dengan baik.
5.
Penelitian tentang Keefektifan Guru
Landasan penelitian dari model pengajaran langsung dan
berbagai komponennya, bersal dari bermacam-macam bidang. Meskipun demikian,
data penunjang empiriks yang paling jelas terhadap model pengajaran langsung
berasal dari penelitian tentang keefektifan guru yang dilakuakan pada tahun
1970-an dan 1980-an.
Penelitian Stalling dan Kaskowitz (dalam Arends, 2001
: 267) menunjukkan pentingnya waktu yang dialokasikan pada tugas (time on task).
Penelitian ini juga menyumbanag dukungan empiriks penggunaan pengajaran
langsung. Beberapa orang guru menggunakan metode-metode yang sangat terstruktur
dan formal, sedangkan guru-guru yang lain menggunakan metode-metode yang
informal. Stalling dan kolegannya ingin mengungkapkan, manakah diantara
program-program itu yang dapat berfungsi baik dalam meningkatkan hasil belajar
siswa. Prilaku guru dalam 166kelas diamati, siswa-siswa di tes. Banayk hal yang
dapat diungkap alokasi waktu dan penggunaan tugas yang menggunakan model
poengajaran langsung lebih berhasil dan memproleh tingkat keterllibatan yang
tinggi daripada mereka yang menggunakan metode-metode informal dan berpusat
pada siswa.
- PELAKSANAAN PENGAJARAN LANGSUNG
Sebagaimana halnya setiap mengajar, pelaksanaan yang
baik model pengajaran langsung memerlukan tindakan-tindakan yang
keputusan-keputusan yang jelas dari guru selama berlangsungnya perencanaan,
pada saat melaksanaan pembelajaran, dan waktu menilai hasilnya. Beberapa
diantara tindakan-tindakan tersebut dapay di jumpai pada model-model pengajaran
yang lain, langkah-langkah atau tindakan tertentu merupakan ciri khusus
pengajaran langsung. Ciri utama unik yang terlihat dalam melaksanakan suatu
pengajaran langsung adalah sebagai berikut :
1.
Tugas-tugas
Perencanaan
Pengajaran langsung dapat diterapkan di bidang study
apapun, namun model ini paling sesuai untuk
mata pelajaran yang berorientasi pada penampilan atau kinerja seperti
menulis, membaca, matematika, musik dan pendidikan jasmani. Di samping itu
pengajaran langsung juga cocok untuk mengajarkan komponen-komponen keterampilan
dari mata pelajaran sejarah dan sains.
a.
Merumuskan Tujuan
Untuk merumuskan tujuan pembelajaran dapat digunakan
model Mager dalam Kardi dan Nur (2000 :
18), Mager mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran khusus harus sangat spesifik.
Tujuan yang di tulis dalam format Mager di kenal sebagai tujuan prilaku dan
terdiri dari tiga bagian :
1)
Perilaku siswa, apa yang akan dilakukan
siswa/jemis-jemis perilaku siswa yang diharapkan guru untuk dilakukan sebagai
bukti bahwa tujuan itu telah tercapai.
2)
Situasi Pengetesan, di bawah kondisi tertentu perilaku
itu akan teramati atau di harapkan terjadi
3)
Kriteria Kinerja, di tetapkan standar atau tingkat kinerja sebagai standar atau tingkat
kinerja yang dapat diamati.
Singkatnya, menurut Mager tujuan yang baik perlu
berorientasi pada siswa dan spesifik, mengandung uraian yang jelas tenteng
situasi penilaian (kondisi evaluasi), dan mengandung tingakat ketercapaian
kinerja yang di harapkan (kriteria keberhasilan).
b.
Memilih Isi
Kebanyakan guru pemula meskipun telah beberapa tahun
mengajar, tidak dapat mengharapkan akan menguasai sepenuhnya materi pelajaran
yang di ajarkan. Bagi mereka yang masih dalam proses menguasai sepenuhnya
m,ateri ajar, disarankan agar dalam memilih materi ajar mengacu pada GBPP
kurikulum yang berlaku dan buku ajar tertentu (Kardi dan Nur, 2000 : 20).
c.
Melakukan Analisis Tugas
Analisis tugas adalah alat yang digunakan oleh guru
untuk mengidentifikasi dengan presisi yang tinggi hakikat yang setepatnya dari
suatu keterampilan atau butir pengetahuan terstruktur dengan baik, yang akan di
ajarkan oleh guru. Ide yang melatar belakangi analisis tugas ialah bahwa
informasi atau keterampilanyang kompleks tidak dapat dipelajari semuanya dalan
kurun waktu tertentu. Untuk mengembangkan pemahaman yang mudah dan pada
akhirnya penguasaan, keterampilan dan pengertian kompleks itu lebih dahulu
harus di bagi menjadai komponen bagian, sehingga dapat diajarkan berurutan dan
logis dan tap demi tahap (Kardi dan Nur,
2000 : 23).
d.
Merencanakan Waktu dan Ruang
Pada pengajaran langsung, merencanakan dan mengelola
waktu merupakan kegiatan yang sangat penting. Ada dua hal yang perlu
diperhatikan oleh guru yaitu memastikan bahwa waktu yang telah disediakan
sepadan dengan bakat dan kemampuan siswa dan memotivasi siswa agar mereka tetap
melakukan tugas-tugasnya denga perhatia yang optimal, mengenal dengan baik
siswa-siswa yang akan di ajar, sangat bermanfaat untuk menentukan alokasi waktu
pembelajaran. Merencanakan dan mengelola ruang untuk pengajaran langsung juga
sama pentingnya.
2.
Langkah-langkah
Pembelajaran Model Pengajaran Langsung
Langkah-langkah pengajaran model pengajaran langsung
pada dasarnya mengikuti pola-pola pembelajaran secara umun. Menurut Kardi dan Nur
(2000 : 27-43), langkah-langkah pengajaran langsung meliputi tahapan sebgai
berikut :
a.
Menyampaikan Tujuan dan Menyiapkan Siswa
Tujuan langkah awal ini untuk menarik dan memusatkan
perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan serta dalam pelajaran
itu.
b.
Menyampaikan Tujuan
Siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa mereka
berpartisipasi dalam suatu pembelajaran tertentu, dan mereka perlu mengethui
apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan serta dalam
pelajaran itu. Pemyampaian tujuan kepada siswa dapat dilakukan guru melalui
rangkuman rencana pembelajaran denga cara menuliskannya di papan tulis atau
menempelkan informasi tertulis pada papan bulletin, yang berisi tahap-tahap dan
isinya, serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap.
c.
Menyiapkan Siswa
Kegiatan inti bertujuqan untuk menarik perhatian siswa
pada pokok pembicaraan, dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang akan
dimiliklinya yang relevan dengan pokok pembicaraan yang akan dipelajari.
d.
Presentrasi dan Demonstrasi
Fase kedua pengajaran langsung adalah melakukan
persentasi atau demontrasi pengetahuan dan keterampilan. Kunci untuk berhasil
ialah mempersentasikan informasi sejelas mungkin dan mengikuti langkah-langkah
demonstrasi yang efektif.
e.
Mencapai Kejelasan
Hasil-hasil penelitian secara konisten menunjukan
bahwa kemampuan guru untuk memberikan informasi yang jelas dan spesifik kepada
siswa, mempunyai dampak yang positif terhadap proses belajar siswa. Sementara
itu, para peneliti dan pengamat terhadap guru pemula dan sebelun berpengalaman
menemukan banyak penjelasan yang kabur dan membingungkan. Hal ini pada umunya
terjadi pada saat guru tidak menguasai sepenuhnya pokok isi bahasan yang
dikerjakannya, dan tidak menguasai tekhnik komunikasi yang jelas.
f.
Melakukan Demonstrasi
Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi, bahwa
sebagian besar yang dipelajari (hasil belajar) berasal dari mengamati orang
lain. Belajar dengan meniru tingkah laku orang lain dapat menghemat waktu,
menghindari siswa dari belajar melalui “trial and eror”
Agar dapat mendemonstrasikan suatu konsep atau
keterampilan dengan berhasil, guru perlu dengan sepenuhnya menguasai konsep
atau keterampilan yang akan didemonstrasikan, dan berlatih melakukan
demonstrasio untuk menguasai komponen-komponennya.
g.
Mencapai Pemahaman dan Penguasaan
Untuk menjamin agar siswa akan mengamati tingkah laku
yang benar dan bukan sebaliknya, guru perlu benar-benar memerhatikan apa yang
terjadi pada setiap tahap demonstrasi ini berarti, bahwa jika guru menghendaki
agar siswa-siswanya dapat melakukan sesuatu yang benar, guru perlu berupaya
agar segala sesuatu yang didemonstrasikan juga benar, banyak contoh yang
menunjukan, bahwa anak/siswa bertingkah laku denga tidak benar karena mencontoh
tingkah laku orang lain yang tidak benar.
h.
Berlatih
Agar dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan benar
diperlukan latiahan yang intensif dan memerhatikan asfek-asfek penting dari
keterampilan atau konsep yang didemonstrasikan.
i.
Memberikan Latihan terbimbing
Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung
adalah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan pelatihan terbimbing.
Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi,
membuat belajar langsung dengan lancar, dan memungkinkan siswqa menerapkan
konsep/keterampilan pada situasi yang baru.
Menurut Kardi dan Nur (2000 : 35-36), ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menerapkan da melakukan pelatihan,
yaitu :
1)
Menugasi siswa melakukan latiha singkat dan bermakna
2)
Memberikan pelatihan pada siswa sampai benar-benar
menguasai konsep/ketrempilan yang dipelajari
3)
Hati-hati terhadap latihan yang berkelanjutan,
pelatihan yang dilakukan terus menerus dalam waktu yang lama dapat menimbulkan
kejenuhan pada siswa
4)
Memerhattkan tahap-tahap awal pelatihan yang mungkin
saja siswa melakukan keterampilan yang kurang benar atau bahkan salah tanpa di
sadari.
j.
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
Tahap ini kadang-kadang disebut juga dengan tahap
resitasi, yaitu huru memberikan beberapa pertanyaan lisan taupun tertuliskepada
siswa dan guru memberikan respon terhadap jawaban siswa. Kegiatan ini merupakan
aspek penting dalam pengajaran langsung, karena tanpa mengetahui hasilnya
latiahan tidak mempunyai manfaat bagi siswa. Guru dapat menggunakan berbagai
cara untuk memberikan unpan balik, sebagai mana umpan balik secar lisan, tes,
dan kompoter tertulis, tanpa umpan balik spesifik, siswa tak mungkin dapt
memperbaiki kekurangannya, dan tidak dapat mencapai tingkat penguasaan
keterampilan yang mantap.
Menurut Kardi dan Nur (2000 : 38-42), untuk memberikan
umpan balik yang efektif kepda siswa yang jumlahnya banyak dapat digunakan
beberapa pedoman yang patut dipertimbangkan, sebagai berikut :
1)
Memberikan unpan balik sesegera mungkin setelah latihan
2)
Mengupayakan agar umpan balik jelas dan spesifik
mungkin agar dapat membantu siswa dalam keterampilan.
3)
Umpan balik ditujukan langsung pada tingkah laku dan
bukan pada maksud yang tersirat dalam tingkah laku tersebut.
4)
Menjaga umpan balik sesuai dengan tahap pengembangan
siswa
5)
Memberikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang
benar.
6)
Apabila memberi umpan balik yang negatif, tunjukan
bagaiman melakkukan dengan benar.
7)
Membantu siswa memusatkan perhatiannya pada proses
bukan pada hasil.
8)
Mengajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya
sendiri, dan bagaiman menilai keberhasilan kinerjanya sendiri. Belajar
bagaimana menilai keberhasilan sendiri dan memberikan umpan balik kepada
dirinya sendiri merupakan hal pentiang yang perlu dipelajari oleh siswa.
k.
Memberikan kesempatan latihan mandiri
Pada tahap ini, guru memberikan tugas kepada siswa
untuk menerapkan keterampilan yang barusaja diperoleh secara mandiri. Kegiatan
ini dilakukan oleh siswa secara pribadi yang dilakukan di rumah atau di luar
jam pelajaran. Menurut Kardi dan Nur (2000 : 42-43), ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh guru dalam memberikan tugas mandiri yaitu :
ü
Tugas rumah yang diberikan bukan merupakan
kelanjutan dari proses pembelajaran, tetapi merupakan kelnjutan dari pelatihan
untuk pembelajaran berikutnya.
ü
Guru seyogianya mengimformasikan kepada orang
tua siswa tentang tingkat keterlibatan mereka dalam membimbing siswa di rumah
ü
Guru perlu memberikan umpan balik tentang hasil
tugas yang dibeikan kepada siswa di rumah
3.
Strategi
Pembelajaran Modeling
Satu
ciri dalam pembelajaran langsung adalah diterapkan strayegi modeling. Strategi
modeling adalah strategi yang dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa seseorang
dapat belajar melalui pemgamatan prilaku orang lain. Strategi belajar modeling
berangkat dari teori belajar sosial, yang juga disebut belajar melalui
observasi atau menurut Arends disebut juga dengan teori pemodelan tingkah laku
(Kardi dan Nur, 2000 : 11).
Berbeda
dengan para pakar psikologi tingkah laku murni, para pakar teori pemodelan
tingkah laku percaya, bahwa sesuatu tiu telah dipelajari apabila pengamat
memerhatikan dengan sadar bahwa tingkah laku, dan kemudian menyimpan di dalam
ingatan jangka panjang. Prilaku demikian dapat dituangkan kembali dalam
perbuatan serupa oleh si pengamat.
Menurut
Bandura (1986) ada empat elemen penting yang perlu diperhatiakan dalam
pembelajaran melalui pengamatan. Keempat elemen itu adalah perhatian (atensi,
mengulang (retensi), mengolah (produksi), dan motivasi.
Ada
dua alasan yang mendasari mengapa di terapkan strategi modeling dalam suatu
pembelajaran. Alasan pertama adalah utuk mengubah prilaku baru peserta didik
melalui model pengamatan pembelajaran
yang dilatihkan adalah perlu. Dengan melalui pengamatan guru (model) yang dilakukan
kegiatan semisal demonstrasi atau eksprimen, maka peserta didik dapat meniru
prilaku atau langkah-langkah yang di modelkan atau terampil melakukan kegiatan
seperti yang dimodelkan. Alasan yang kedua adalah mendorong prilaku peserta
didik tentang apa yang dipelajari, memperkukat atau memperlemah hambatan.
Teori
pembelajaran sosial memberikan penjelasan tentang peran paengamatan dalam
pebelajaran. Teiri ini menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran prilaku dan
penekanannya pada proses mental internal. Teoru pembelajaran sosial yang
dikembangkan oleh Albert Bandura, seperti yang dikutip oleh kardi dan Nur (2000
: 11) menyatakan bahwa “ sebagian besar manusia belajar memlalui pengamatan
secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain.” Inti dari teori
pembelajaran sosial adalah pemodelan (modeling), dan pemodelan ini merupakan
salah satu langkah penting pelatihan pada peserta didik dalam melatihkan
keterampilan proses.
Langkah
modeling menurut Bandura terdiri dari fase atensi, fase retensi, fase produksi
dan fase motivasi yang dalam pelatihan dilksanakan sebagai berikut :
Fase
atensi : (1) guru
(model) memberi contoh kegiatan tertentu (demonstrasi) di depan siswa sesuai
dengan skenario`yang telah di sepakati. Peseta didik melakukan observasi
terhadap keterampilan guru dalam melakukan kegiatan tersebut menggunakan lembar
observasi yang telah disediakan, (2) guru bersama-sama peserta didik
mendiskusikan hasil pengamatan yang dilakukan. Tujuan diskusi ini adalah untuk
mencari kekurangan dan kesulitan peserta didik dalam mengamati langkah-lanngkah
kegiatan yang disampaikan oleh guru dan untuk melatih peserta didik dalam
meggunakan lembar observasi.
Fase
Retensi : (1) diisi
dengan kegiatan guru menjelaskan struktur langkah-langkah kegiatannya
(demonstrasi) yang telah diam,ati oleh pesrta didik, untuk menunjukan
langkah-langkah tertentu yang telah disajikan.
Fase
Produksi, pada
peserta ini peserta didik ditugasi utuk menyiapkan langkah-langkah kegiatannya (demonstrasi) sendiri sesuai dengan
langkah-langkah yang telah dicontohkan, hanya dari sudut yang berbeda.
Selanjutnya, hasil kegiatan yang disajikan dalam bentuk diskusi kelas yang
dilakukan secara bergiliran. Guru dan peserta diskusi akan memberikan refleksi
pada saat diskkusi sesudah KBM berlangsung. Hal ini dilakukan bergabtian
terhadap kelompok yang lain.
Fase
motivasi berupa
persentasi hasil kegiatan atau simpulan dan kegiatan diskusi. Pada saat
diskkusi kelompok lain deberi kesempatan untuk menyampaikan hasil
pengamatannya.
Akhirnya
guru da peserta didik kan emnyimpulkan hasil kegiata serta overview untuk
memberikan justifikasi hasil kegiatan yang telah dilakukan.
DAFTAR
PUSTKA
Ibrahim, M., Rachmadiarti, F., dan
Ismono.2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universsitas
Press.
Ismail. 2003. Model-model Pembelajaran. Jakarta
: Dit. Pendidikan Lanjutan Pertama.
Hasibuan, J.
J. dan Moedjiono. Proses belajar Mengajar. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Trianto.
2007. Model Pembelajaran
Terpadu (Integrate Model) dalam teori Praktik. Prestasi Pustaka: Jakarta.
Wiryawan, S.
A., dan Noorhadi. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta
: Universitas Terbuka.
Komentar
Posting Komentar