Meningkatkan Kreativitas Anak dalam Belajar Matematika
A.BELAJAR
Belajar adalah proses memperoleh berbagai
kecakapan , keterampilan dan sikap. Kemampuan orang untuk belajar
ialah ciri penting yang membedakan dari jenis-jenis makhluk lain,
itu memberikan manfaat bagi individu dan juga masyarakat. Bagi individu
dalam kebudayaan kita, kemampuan untuk belajar secara terus menerus memberikan
sumbangan bagi pengembangan berbagai ragam gaya hidup.
Bagi masyarakat, belajar memainkan peranan penting
dalam penerusan kebudayaan berupa kumpulan pengetahuan ke generasi baru. Hal
ini memungkinkan temuan-temuan baru berdasarkan perkembangan di waktu
sebelumnya.Umumnya, orang tidak tahu teknik mana yang haus digunakan untuk
memunculkan ide baru, atau cara mengembangkan bakat yang alami. Mereka belum
pernah menjalani pelatihan, atau tidak punya latar belakang kreativitas apapun.
Orang sering frustasi ketika berhadapan dengan
rintangan kreativitas, saat menemui jalan buntu dan tidak mampu mendapatkan ide
baru atau gagal menyelesaikan masalah mendesak. Hal ini menyebabkan
hilangnya rasa percaya diri dan semangat kerja mereka, bahkan apabila memiliki
ide cemerlang sekalipun mereka lebih cemas akan olok-olok serta kritikan orang
lain bukannnya terus maju mewujudkan ide tersebut menjadi kenyataan.
Satu hal yang menyedihkan tentang kreativitas
adalah kita semua lahir dikaruniai banyak keterampilan kreatif. Ketika masih bayi, kita secara alamiah
selalu ingin tahu serta antusias menjelajahi dunia sekitar. Kita menikmati
warna, cahaya, gerakan dan bunyi. Kita ingin merasakan, mengambil dan
memanipulasi apa saja yang terlihat. Kita puas menghabiskan hari demi hari
bermain dan bereksperimen dengan berbagai benda, mainan dan unsur-unsur alam (
hujan, pasir, lumpur dan sebagainya). Semasa bayi sampai bocah baru belajar
berjalan, secara alamiah kita adalah ahli rancang bangun, seniman,
penyair ahli kerajinan seni dan pemusik. Seiring dengan bertambahnya umur kita mulai
membatasi pencarian dan kemampuan kreatif pada usia yang sangat muda.
Kreativitas makin jarang diasah hingga akhirnya berhenti tumbuh.
Kini, makin banyak orang menyadari bahwa
kreativitas memainkan peran teramat penting dalam meraih kebahagiaan pribadi
dan keunggulan profesional. Orang kreatif adalah mereka yang unggul dalam
pekerjaan, yang mendirikan usaha baru , yang menemukan berbagai produk yang
membangun gedung dan merancang rumah tinggal, yang memproduksi film dan
pementasan, menggubah musik, melukis dan menelorkan berbagai karya
keindahan.Manusia kreatif acap kali memiliki kehidupan sosial yang mengasyikkan
dan merangsang, berinteraksi dengan banyak orang serta menjelajahi
tempat-tempat menawan. Dengan demikian mereka terus menerus belajar dan
berbuat. Kreativitas juga merupakan aspek penting lingkungan keluarga yang
sehat. Para orangtua kreatif tahu cara membantu anak agar menjadi orang dewasa
yang mencintai dan memanfaatkan kehidupan secara maksimal. Orang-orang kreatif
menjadi pemimpin dalam bisnis dan masyarakat, mengerti cara memecahkan ataupun
mengilhami orang lain untuk meningkatkan peran dalam kehidupan.
Khususnya mengenai pendidikan nasional, GBHN
1993 menekankan bahwa “Pendidikan Nasional bertujuan untuk meningkatkan
kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju,
tangguh, cerdas, kreatif, inovatif, dan keinginan untuk maju”. Dalam GBHN 1993
dinyatakan bahwa pengembangan kreativitas ( daya cipta ) hendaknya dimulai pada
usia dini , yaitu di lingkungan keluarga sebagai tempat pendidikan pertama dan
dalam pendidikan pra sekolah. Secara eksplisit dinyatakan pada setiap
perkembangan anak dan pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan
pra-sekolah sampai perguruan tinggi kreativitas perlu dipupuk, dikembangkan dan
ditingkatkan, di samping mengembangkan kecerdasan dan ciri-ciri lain yang
menunjang pembangunan.
B.kreativitas
Kreativitas didefinisikan secara berbeda-beda
oleh pakar berdasarkan sudut pandang masing-masing. Perbedaan dalam sudut
pandang ini menghasilkan berbagai kreativitas dengan penekanan yang
berbeda-beda seperti berikut ini :
- Barron mendefinisikan kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru . Sesuatu yang baru di sini bukan berarti harus sama sekali baru, tetapi dapat juga sebagai kombinasi dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya.
- Guilford menyatakan bahwa kreativitas mengacu pada kemampuan yang menandai ciri-ciri seorang kreatif.
- Utami Munandar mendefinisikan kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengolaborasi suatu gagasan.
- Rogers mendefinisikan kreativitas sebagai proses munculnya hasil-hasil baru ke dalam suatu tindakan . Hasil-hasil baru itu muncul dari sifat-sifat individu yang unik yang berinteraksi dengan individu lain, pengalaman, maupun keadaan hidupnya.
- Drevdal mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk memproduksi komposisi dan gagasan-gagasan baru yang dapat beruwujud aktivitas imajinatif atau sintetis yang mungkin melibatkan pembentukan pola-pola baru dan kombinasi dari pengalaman masa lalu yang dihubungkan dengan yang sudah ada pada situasi sekarang.
Dari definisi-definisi di atas
disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau menemukan
sesuatu yang baru, dan atau memodifikasi sesuatu yang sudah ada sehingga
manfaatnya bernilai lebih dibanding sebelumnnya.
Kreativitas dalam
perkembangannya sangat terkait dengan empat aspek, yaitu aspek pribadi,
pendorong, proses dan produk. Ditinjau
dari aspek Pribadi kreativitas muncul dari interaksi pribadi yang unik dengan
lingkungannya. Ditinjau dari proses menurut Torrance ( 1998 ), kreativitas
adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang
kekurangan (masalah) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian
mengubah dan mengujinya lagi dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya. Proses
kreatif meliputi beberapa tahap, yaitu persiapan , inkubasi, iluminasi dan
verifikasi. Definisi mengenai produk kreativitas menekankan bahwa apa yang
dihasilkan dari proses kreativitas ialah sesuatu yang baru orisinal dan
bermakna. Ditinjau dari aspek pendorong kreativitas dalam perwujudannnya
memerlukan dorongan internal maupun dorongan eksternal dari lingkungan.
Ciri-ciri kepribadian kreatif
Biasanya anak yang kreatif selalu ingin tahu,
memiliki minat yang luas dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif.
Anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri.
Mereka lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) daripada
anak-anak pada umumnya. Artinya dalam melakukan sesuatu yang bagi mereka amat
penting dan disukai mereka tidak terlalu menghiraukan kritik atau ejekan orang
lain. Mereka pun tidak takut untuk membuat kesalahan dan mengemukakan pendapat
mereka walaupun mungkin tidak disetujui orang lain. Orang yang inovatif berani
untuk berbeda, menonjol, membuat kejutan atau menyimpang dari tradisi. Rasa
percaya diri, keuletan dan ketekunan membuat mereka tidak putus asa dalam
mencapai tujuan mereka.
Utami Munandar ( 1992 ) mengemukakan ciri-ciri
kreativitas antara lain sebagai berikut :
- Senang mencari pengalaman baru.
- Memiliki keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit.
- Memiliki inisiatif.
- Memiliki ketekunan yang tinggi.
- Cenderung kritis terhadap orang lain.
- Berani menyatakan pendapat dan keyakinannya.
- Selalu ingin tahu.
- Peka atau perasa.
- Enerjik dan ulet.
- Menyukai tugas-tugas yang majemuk.
- Percaya kepada diri sendiri.
- Mempunyai rasa humor.
- Memiliki rasa keindahan.
- Berwawasan masa depan dan penuh imajinasi.
Tahap-tahap Kreativitas
Studi-studi tentang kreativitas pada umumnya
menunjukkan bahwa perkembangan kreativitas mengikuti pola-pola yang diramalkan
. Ini tampak pada awal kehidupan, yaitu dalam permainan anak kemudian meluas ke
berbagai bidang kehidupan lainnya. Karena perkembangan kreativitas juga
merupakan perkembangan proses kognitif maka kreativitas dapat ditinjau melalui
proses perkembangan kognitif berdasarkan teori yang diajukan oleh Jean Piaget.
Menurut Jean Piaget (Mc Cormack, 1982 ) ada empat tahap
perkembangan kognitif yaitu :
- Tahap Sensori-Motoris.
- Tahap Praoperasional.
- Tahap Operasional Konkret.
- Tahap Operasional Formal.
Proses kreatif berlangsung
mengikuti tahap-tahap tertentu. Tidak mudah mengindentifikasi secara persis
pada tahap manakah suatu proses kreatif itu sedang berlangsung, yang dapat
diamati adalah gejalanya berupa perilaku yang ditampilkan oleh individu. Wallas
( Solso,1991 ) mengemukakan empat tahapan proses kreatif yaitu :
- Persiapan ( Preparation ). Pada tahap ini, individu berusaha mengumpulkan informasi atau data untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Individu mencoba memikirkan berbagai alaternatif pemecahan masalah terhadap masalah yang dihadapi.Dengan bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, individu berusaha menjajaki berbagai kemungkinan jalan yang dapat ditempuh untuk memecahkan masalah. Namun pada tahap ini belum ada arah yang tetap meskipun sudah mampu mengeksplorasi berbagai alternatif pemecahan masalah. Pada tahap ini masih amat diperlukan perkembangan kemampuan divergen.
- Inkubasi ( Incubation ). Pada tahap ini, proses pemecahan masalah “dierami “ dalam alam prasadar. Individu seolah-olah melepaskan diri untuk sementara waktu dari masalah yang dihadapinya, dalam pengertian tidak memikirkannnya secara sadar melainkan mengendapakannya dalam alam prasadar.Proses inkubasi ini dapat berlangsung lama ( berhari-hari atau bahakan bertahun-tahun ) dan juga bisa sebentar ( beberapa jam saja ) kemudian timbul inspirasi atau gagasan untuk pemecahan masalah.
- Iluminasi ( Illumination ). Tahap ini sering disebut sebagai sebagai tahap timbulnya insight. Pada tahap ini sudah dapat timbul inspirasi atau gagasan-gagasan baru serta proses-proses psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau gagasan-gagasan baru. Ini timbul setelah diendapkan dalam waktu yang lama atau bisa juga sebentar pada tahap inkubasi.
- Verifikasi ( Verification ). Pada tahap ini, gagasan yang telah muncul dievaluasi secara kritis dan konvergen serta menghadapakannya kepada realitas. Pada tahap ini pemikiran divergen harus diikuti dengan pemikiran konvergen. Pemikiran dan sikap spontan harus diikuti oleh pemikiran selektif dan sengaja. Penerimaan secara total harus diiikuti oleh kritik . Filsafat harus diikuti oleh pemikiran logis. Keberanian harus diikuti oleh sikap hati-hati. Imajinasi harus diikuti oleh pengujian terhadap realitas. Jadi pada tahap preparation, incubation, dan illumination adalah proses berpikir divergen yang menonjol maka dalam tahap verification yang lebih menonjol adalah proses berpikir konvergen
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kreativitas.
Clark
( 1983 ) mengkategorikan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas ke dalam
dua kelompok yaitu :
Fakor yang mendukung perkembangan kreativitas
adalah sebagai berikut:
- Situasi yang menghadirkan ketidaklengkapan serta keterbukaan.
- Situasi yang memungkinkan dan mendorong timbulnya banyak pertanyaan.
- Situasi yang dapat mendorong dalam rangka menghasilkan sesuatu.
- Situasi yang mendorong tanggung jawab dan kemandirian.
- Situasi yang menekankan inisiatif diri untuk menggali, mengamati, bertanya, merasa, mengklasifikasikan, mencatat, menerjemahkan, memperkirakan, menguji hasil perkiraan dan mengkomunikasikan.
- Kedwibahasaan yang memungkinkan untuk pengembangan potensi kreativitas secara lebih luas karena akan memberikan pandangan dunia secara lebih bervariasi, lebih fleksibel dalam menghadapi masalah, dan mampu mengekspresikan dirinya dengan cara yang berbeda dari umumnnya yang dapat muncul dari pengalaman yang dimilikinya.
- Posisi kelahiran (berdasarkan tes kreativitas, anak sulung laki-laki lebih kreatif daripada anak laki-laki yang lahir kemudian).
- Perhatian dari orang tua terhadap minat anaknya, stimulasi dari lingkungan sekolah, dan motivasi diri.
Faktor-faktor yang menghambat berkembangnya
kreativitas adalah sebagai berikut
- Adanya kebutuhan akan keberhasilan, ketidakberanian dalam menenggung resiko, atau upaya mengejar sesuatu yang belum diketahui.
- Konformitas terhadap teman-teman kelompoknya dan tekanan sosial.
- Kurang berani dalam melakukan eksplorasi, menggunakan imajinasi, dan penyelidikan.
- Stereotip peran seks atau jenis kelamin
- Diferensiasi antara bekerja dan bermain.
- Otoritarianisme.
- Tidak menghargai terhadap fantasi dan khayalan.
Mengajarkan kreativitas
Menurut Klausmeir
langkah-langkah yang diperlukan dalam pembentukan keterampilan memecahkan
masalah berlaku pula untuk pembentukan kreativitas. Sekolah dapat menolong
siswa mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan sekaligus mengembangkan
kreativitas. Dari hasail-hasil penelitian tentang kreativitas dapat dikemukakan
asas-asas pengembangan kreativitas ( Klausmeier & Ripple,1971 ) sebagai
berikut :
- Berekspresi.
- Mendorong ekspresi kreatif. Untuk mendorong penemuan-penemuan atau tingkah laku kreatif Torance ( 1965 ) mengemukakan saran-saran tentang apa yang dapat dilakukan guru terhadap siswanya sebagai berikut : Hargailah pertanyaan-pertanyaannya, termasuk yang kelihatan aneh atau luar biasa; Hargailah gagasan-gagasan yang imaginatif dan kreatif; Tunjukkan pada siswa bahwa gagasan-gagasan itu bernilai; Kadang berikanlah kesempatan pada siswa untuk melakukan sesuatu tanpa ancaman akan dinilai; dan Masukkan faktor hubungan sebab akibat di dalam penilaian.
- Sifat sensitif dan peka terhadap persoalan, percaya pada diri sendiri dan fleksibel.
- Cara-cara mengembangkan kreativitas
Davis ( 1973 ) menyatakan bahwa tiga faktor
yang perlu diperhatikan di dalam pengembangan kreativitas :
- Sikap individu.
- Kemampuan dasar yang diperlukan.
- Teknik-teknik yang digunaka, yaitu : Melakukan pendekatan “inquiry” (pencaritahuan); Menggunakan teknik sumbang saran; Memberikan penghargaan bagi prestasi kreatif; dan Meningkatkan pemikiran kreatif melalui banyak media
Menurut Prof. Roy Sombel tips membantu kita agar
lebih kreatif :
- Ubah pola pikir
- Olahragakan otak
- Lakukan sesuatu yang kita pikir berat
- Bermimpilah
- Pasti ada jawabannya
- Berlatih membalikkan masalah (problem reversal)
- Tetap tenang
- Tuliskan dalam kertas
- Rangsang otak kita
- Lakukan pada waktu yang tepat
- Beri “Dopping” bila diperlukan
- Menjaga kebugaran badan
- Berkonsentrasilah
Dasar pertimbangan untuk
menemukenali atau mengukur bakat kreatif anak, terutama menampilkan lima alasan ( Dacey, 1989
) yaitu untuk tujuan pengayaan, remedial, bimbingan kejuruan, evaluasi
pendidikan dan untuk mengkaji kreativitas pada berbagai tahap kehidupan.
Kreativitas atau bakat kreatif dapat diukur secara langsung dan tidak
langsung dan dapat menggunakan tes atau non-tes. Ada pula alat untuk mengukur ciri-ciri
kepriibadian kreatif dan dapat dilakukan pengamatan langsung terhadap kinerja
kreatif.
Kemampuan dan kebutuhan yang beragam dari siswa
memerlukan kurikulum yang berdiferensiasi bagi siswa berbakat paling tidak ada
empat faktor yang perlu dimodifikasi agar mereka memperoleh pembelajaran
yang sesuai. Keempat bidang ini ialah lingkungan belajar, konten pembelajaran,
proses atau metode pembelajaran dan proses belajar siswa. Dengan demikian siswa
menjadi pelajar yang aktif dalam lingkungan yang memupuk perkembangan
keterampilan dan kemampuan baru.Kebutuhan sosial akan kreativitas dirasakan di
mana-mana, dan tampak dalam sistem pendidikan, penggunaan waktu luang,
pengembangan ilmu pengetahuan dan kehidupan keluarga.
Makna dari pengembangan kreativitas berkaitan
dengan kualitas perwujudan diri, peningkatan kemampuan berpikir kreatif,
kepuasan dalam mencipta, dan peningkatan kualitas hidup.Sikap orang tua
dalam mendukung kreativitas anak juga sangat diperlukan dengan menyediakan
sarana pendukung dan motivasi serta mengembangkan hobi dalam keluarganya
masing-masing.
Dalam kegiatan pembelajaran guru harus senantiasa
berusaha memikirkan bagaimana cara menumbuhkan kreativitas siswa dalam belajar,
dengan mempertimbangkan tahap-tahap munculnya kreativitas (Persiapan,
inkubasi, iluminasi, verifikasi). Misalnya dengan meminta siswa membuat contoh
soal sendiri dan menyelesaikannya, setelah menyajikan bahan ajar tertentu.Guru
perlu mencerminkan sikap kooperatif dan demokratis serta mempunyai
kompetensi dan minat terhadap proses pembelajaran. Peran serta masyarakat dalam
menyelenggarakan pelayanan pendidikan perlu diwujudkan untuk membentuk
remaja-remaja kreatif.
Saran-saran
- Sasaran pendidikan dan kurikulum perlu dianalisis untuk mengetahui fungsi-fungsi mental apa yang dituju dalam pendidikan. Hendaknya suatu program yang menetap bagi pengembangan kemampuan kreatif ditingkatkan. Perangsangan serta sensitivitas siswa terhadap obyek-obyek atau gagasan secara sistematis disusun.
- Guru sebaiknya menyusun model-model belajar mengajar yang bisa meningkatkan kreativitas anak seperti :
- Taksonomi Bloom tentang Sasaran Pendidikan Ranah Kognitif
- Model Struktur Intelek dari Guilford
- Model Talenta Berganda dari Taylor
- Model Treffingger Untuk mendorong belajar kreatif
- Model Enriechment
- Model Pendidikan Integratif dari Clark dan yang lainnnya.
- Siswa hendaknya berusaha mengenali kemampuan dirinya dan menghilangkan kendala-kendala baik yang berasal dari lingkungan makro ( kebudayaan masayarakat ), maupun dari lingkungan keluarga dekat dan teruatama dari dirinya sendiri.
Daftar Pustaka
Slameto,
Drs. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta :
PT.Rineka Cipta.
Rahman
Saleh. Abd. 2004. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam.
Jakarta : Kencana.
Mohammad
Ali. 2004. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta :
Bumi Aksara.
Utami
Munandar,S.C(Ed.) 2002. Pengembangan
Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta.
The
Liang Gie. 1995. Cara Belajar Yang Efisien. Yogyakarta : Liberty
Internet.
2008. Kupas Tuntas Kreativitas. Jakarta : Labschool Jakarta
Komentar
Posting Komentar