KOOPERATIF TIPE TGT
A. Model
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif
menjadi salah satu pembaharuan dalam pergerakan reformasi pendidikan.
Pembelajaran kooperatif meliputi banyak jenis, bentuk pengajaran dan
pembelajaran yang merupakan perbaikan tipe pembelajaran tradisional. Dalam
proses belajar mengajar, para siswa perlu dilatih untuk bekerja sama dengan
rekan-rekan sebayanya. Ada
kegiatan belajar tertentu yang akan lebih berhasil jika dikerjakan secara
bersama-sama, misalnya dalam kerja kelompok, daripada jika dikerjakan sendirian
oleh masing-masing siswa. Latihan kerja sama sangatlah penting dalam proses
pembentukan kepribadian anak. Pembelajaran kooperatif mengajarkan kepada siswa
keterampilan kerjasama dan kolaborasi (Ibrahim, 2000). Keterampilan ini amatlah
penting untuk dimiliki siswa dalam rangka memahami konsep-konsep yang sulit,
berpikir kritis dan kemampuan membantu teman.
Slavin, Abrani, dan Chambers (1996) berpendapat bahwa
belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu:
1. Perspektif
motivasi
Artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada
kelompok memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu. Dengan
demikian, keberhasilan setiap individu pada dasarnya adalah keberhasilan
kelompok. Hal semacam ini akan mendorong setiap anggota kelompok untuk
memperjuangkan keberhasilan kelompoknya.
2. Perspektif
sosial
Artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan
saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semuan anggota
kelompok memperoleh keberhasilan. Bekerja secara tim dengan mengevaluasi
keberhasilan sendiri oleh kelompok, merupakan iklim yang bagus, dimana setiap
anggota kelompok menginginkan semuanya memperoleh keberhasilan.
3. Perspektif
perkembangan kognitif
Artinya bahwa dengan adanya interaksi antara anggota
kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berfikir mengolah berbagai
informasi.
4. Perspektif
elaborasi kognitif
Artinya bahwa setiap siswa akan berusaha untuk
memahami dan menimba informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya.
Pembelajaran kooperatif mempunyai dua komponen utama
yaitu komponen tugas kooperatif (cooperative task ) dan komponen struktur
insentif kooperatif (cooperative incentive structure). Tugas kooperatif
berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan
tugas kelompok, sedangkan struktur insentif kooperatif merupakan sesuatu yang
membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok.
Struktur insentif dianggap sebagai keunikan dari pembelajaran kooperatif,
karena melalui struktur insentif setiap anggota kelompok bekerja keras untuk
belajar, mendorong dan memotivasi anggota lain menguasai materi pembelajaran,
sehingga mencapai tujuan kelompok.
Jadi, hal yang menarik dalam pembelajaran kelompok
adalah adanya harapan selain memiliki dampak pembelajaran, yaitu berupa
peningkatan prestasi belajar peserrta didik (student achievement) juga
mempunyai dampak pengiring seperti relasi sosial, penerimaan terhadap peserrta
didik yang dianggap lemah, harga dirri, norma akademik, penghargaan tehadap
waktu, dan suka member pertolongan pada yang lain.
Model pembelajaran perlu dipahami Guru agar dapat
melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran.
Dalam penerapannya, model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan
siswa karena masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, dan
tekanan utama yang berbeda-beda.
Menurut Dahlan (1990), model mengajar dapat diartikan
sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum,
mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas.
Sedangkan pembelajaran menurut Muhammad Surya (2003) merupakan suatu proses
perubahan yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan prilaku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil dan pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Model pembelajaran menurut Joice dan Weil (1990)
adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan
digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi
petunjuk kepada pengajar di kelasnya. Dalam penerapannya model pembelajaran ini
harus sesuai dengan kebutuhan siswa.
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan
belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada 4 unsur penting dalam strategi
pembelajaran kooperatif, yaitu:
1. Adanya
peserta dalam kelompok.
2. Adanya
aturan kelompok.
3. Addanya
upaya belajar setiap anggota kelompok.
4. Adanya tujuan
yang harus dicapai.
Pendekatan
pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa ciri, antara lain:
1. Keterampilan
sosial
Artinya keterampilan untuk menjalin hubungan antar
pribadi dalam kelompok untuk mencapai dan menguasai konsep yang diberikan guru.
2. Interaksi
tatap muka
Setiap individu akan berinteraksi secara bersama dalam
kelompok. Interaksi yang serentak berlangsung dalam setiap kelompok melalui
pembicaraan setiap individu yang turut serta mengambil bagian.
3. Pelajar
harus saling bergantung positif
Artinya setiap siswa harus melaksanakan tugas
masing-masing yang diberikan untuk menyelesaikan tugas dalam kelompok itu.
Setiap siswa mempunyai peluang yang sama untuk mengambil bagian dalam kelompok.
Siswa yang mempunyai kelebihan harus membantu temannya dalam kelompok itu untuk
tercapainya tugas yang diberikan kepada kelompok itu. Setiap anggota kelompok
harus saling berhubungan, saling memenuhi dan bantu-membantu.
Menurut Kagan
(1994), pembelajaran kooperatif mempunyai banyak manfaat, yaitu:
a. Dapat
meningkatkan pencapaian dan kemahiran kognitif siswa.
b. Dapat
meningkatkan kemahiran sosial dan memperbaiki hubungan sosial.
c. Dapat
meningkatkan keterampilan kepemimpinan.
d. Dapat
meningkatkan kepercayaan diri.
e. Dapat meningkatkan
kemahiran teknologi.
Menurut Hasan (1996), untuk memilih model yang tepat,
maka perlu diperhatikan relevansinya dengan pencapaian tujuan pengajaran. Dalam
prakteknya semua model pembelajaran bisa dikatakan baik jika memenuhi
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Semakin
kecil upaya yang dilakukan Guru dan semakin besar aktivitas belajar siswa, maka
hal itu semakin baik.
2. Semakin
sedikit waktu yang diperlukan Guru untuk mengaktifkan siswa belajar juga
semakin baik.
3. Sesuai
dengan cara belajar siswa yang dilakukan.
4. Dapat
dilaksanakan dengan baik oleh Guru.
5. Tidak ada
satupun metode yang paling sesuai untuk segala tujuan, jenis materi, dan proses
belajar yang ada.
Ø
Keunggulan dan kelemahan strategi pembelajaran
kooperatif
Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu
strategi pembelajaran diantaranya:
a.
Melalui sttategi pembelajaran kooperatif siswa tidak
terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan
kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan
belajar dari siswa yang lain.
b.
Strategi pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan
kemampuan mengungkapkan idea tau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan
membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
c.
Strategi pembelajaran dapat membantu anak untuk respek
pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala
perbedaan.
d.
Strategi pembelajaran kooperatif dapat membantu
memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
e.
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan suatu
strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus
kemampuan siswa, termasuk mengembangkan rasa harga diri. Hubungan interpersonal
yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan
sikap positif terhadap sekolah.
f.
Melalui strategi pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan
kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan
balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan,
karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
g.
Strategi pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi
nyara (riil).
h.
Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat
meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna
untuk proses jangka panjang.
Kelemahan pembelajaran kooperatif sebagai suatu
strategi pembelajaran diantaranya:
a.
Untuk memahami dan mengerti filosofis strategi
pembelajaran kooperatif memang butuh waaktu. Sangat tidak rasional kalau kita
mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat
kooperatif learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya
mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki
kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerjasama
dalam kelompok.
b.
Ciri utama dari strategi pembelajaran kooperatif
adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer
teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru,
bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan
dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.
c.
Penilaian yang diberikan dalam strategi pembelajaran
kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu
menyadari, bahwa sebenarrnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah
prestasi setiap individu siswa.
d.
Keberhasilan strategi pembelajaran kooperatif dalam
upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup
panjang, dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali attau
sekali-sekali penerapan strategi ini.
e.
Walaupun kemempuan bekerja sama merupakan kemampuan
yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan
yang hanya didasarrkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu
idealnya melalui strategi pembelajaran kooperatif selain siswa blajar bekerja
sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk
mencapai kedua hal itu dalam strategi pembelajaran kooperatif memeang bukan
pekerjaan yang mudah.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa
variasi model yang dapat diterapkan, yaitu diantaranya:1) Student Team
Achievement Division (STAD), 2) Jigsaw, 3) Teams Games Tournaments (TGT), 4)
Group Investigation (GI), 5) Rotating Trio Exchange, dan 6) Group Resume.
B.
Model Pembelajaran Kooperaatif Tipe TGT
Model Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT), atau Pertandingan Permainan Tim, pada mulanya dikembangkan
oleh David De Vries dan Keath Edward (1995). Model ini menggunakan pelajaran
yang sama yang disampaikan guru dan tim
kerja yang sama seperti dalam STAD, tetapi menggantikan kuis dengan turnamen,
di mana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan
poin bagi skor timnya.
TGT mempunyai banyak kesamaan dinamika dengan STAD,
tetapi menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan
permainan. Teman satu tim akan saling membantu alam mempersiapkan diri untuk
permainan denfgan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah
satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang berrmain dalam game temannya tidak
boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab individual. Materi yang
sama yang digunakan dalam STAD dapat juga digunakan dalam TGT-kuis STAD
digunakan sebagai game dalam TGT. Sebagian guru lebih memilih TGT karena paktor
menyenangkan dan kegiatannya, sementara yang lain lebih meilih yang murni
bersipat kooperatif saja yaitu STAD, dan banyak juga mengkombinasikan keduanya.
Pembelajaran kooperatif
model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah
diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Tipe ini
melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, mengandung unsur permainan yang
bisa menggairahkan semangat belajar dan mengandung reinforcement. Aktivitas
belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT
memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung
jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
TGT dapat digunakan dalam berbagai macam mata
pelajaran, dari ilmu-ulmu eksak, ilmu-ilmu sosial maupun bahasa dari jenjang
Pendidikan Dasar (SD, SMP) hingga pergururan tinggi. TGT sangat cocok untuk
mengajar tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban
benar. Meski demikian, TGT juga dapat diadaptasi untuk digunakan dengan tujuan
yang dirumuskan dengan kurang tajam dengan menggunakan penilaian yang bersifat
terbuka, misalnya esai atau kinerja (Nur dan Wikandari, 2000:27).
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6
orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku kata atau ras yang
berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka
masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok.
Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya.
Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang
diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan
jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada
guru.
Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota
kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan
akademik. Dalam permainan akademik siswa akan dibagi dalam meja-meja turnamen,
dimana setiap meja turnamen terdiri dari 5 sampai 6 orang yang merupakan wakil
dari kelompoknya masing-masing. Dalam setiap meja permainan diusahakan agar
tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Siswa dikelompokkan
dalam satu meja turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya
dalam satu meja turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara.
Menurut Slavin, pembelajaran kooperatif tipe TGT
terdiri dari 5 tahapan yaitu :
1. Tahap
penyajian kelas (class precentation)
2. Belajar
dalam kelompok (teams)
3.
Permainan (geams)
4. Pertandingan
(tournament)
5. Perhargaan
kelompok ( team recognition)
Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka
model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri–ciri sebagai berikut:
1.
Penyajian kelas
Pada awal
pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan
dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi. Pada saat penyajian
kelas ini, siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang
diberikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja
kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2.
Kelompok (team)
Siswa
ditempatkan dalam kelompok–kelompok belajar yang memiliki kemampuan, jenis
kelamin, dan suku atau ras yang berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota
kelompok, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk saling membantu antar siswa
yang berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai
materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri
siswa bahwa belajar secara kooperatif sangat menyenangkan. Fungsi kelompok
adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus
untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada
saat turnamen.
3.
Game
Game terdiri
atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji
pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Game
tersebut dimainkan diatas meja dengan 6 orang siswa, yang masing-msing mewakili
tim yang berbeda. Kebanyakan game hanya berupa nomor-nomor pertanyaan yang
ditulis pada lembar yang sama. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba
menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor tersebut. Sebuah aturan tentang
penantang memperbolehkan para pemain saling menantang jawaban masing-masing. Siswa
yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapatkan skor.
4. Turnamen
Turnamen adalah sebuah struktur di mana game
berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah
guru memberikan persentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok
terhadap lembar kegiatan. Tournament biasanya dibuat dalam beberapa kategori. Misalnya
kategori dengan kemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Setiap kelompok mengutus
satu orang anggotanya di setiap kategori. Dalam permainan setiap peserta yang
bersaing merupakan wakil dari kelompoknya. Permainan diawali dengan membacakan
aturan permainan. Setelah itu permainan dimulai dengan membagikan kartu soal
beserta kunci jawabannya yang di simpang secara terbalik di atas meja. Pertama
ditentukan dahulu pembaca soal dan pemain dengan cara diundi, sisanya bertindak
sebagai penantang. Pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang
berisikan nomor soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor
soal yang diberikan oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri
sampai waktu yang berikan habis dan menuliskan jawabannya pada kartu jawaban.
Setelah itu pemain membacakan hasilnya, diikuti penantang secara bergiliran
untuk membacakan hasilnya. Skor hanya diberikan kepada permainan atau penantang
yang menjawab benar. Permainan diteruskan dengan kartu soal berikutnya sampai
kartu soal habis, di mana setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama
untuk menjadi pembaca soal, pemain dan penantang. Dalam permainan ini pembaca
soal hanya bertugas membacakan soal dan membuka kunci jawaban tanpa ikut
mengerjakan soal atau memberikan jawaban kepada peserta lain. Diakhir permainan
setiap peserta mengumpulkan skor yang diperolehnya. Selanjutnya setiap pemain
kembali ke kelompoknya masing-masing dan melaporkan hasil yang
diperoleh berdasarkan tabel yang disediakan. Kelompok dengan skor tertinggi
menjadi pemenang dalam permainan ini.
5. Penghargaan
kelompok (team recognise)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang,
berdasarkan akumulasi skor yang diperoleh. masing-masing team akan mendapat
penghargaan atau hadiah apabila skor memenuhi kriteria yang ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperaatif, Meningkatkan Kecerdasan Komunikasiantar
peserta Didik. Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Trianto. 2009. Mendesai Model Pembelajaran Inovativ Progresif Konsep, Landasan dan
Implementasinya pada KTSP. Kencana : 2009
Sanjana, Wina. 2010. Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Ahmad Tohri. 2007. Simponi Belajar dan Pembelajaran. Pancor
Komentar
Posting Komentar