MEMBEDAKAN KEMAMPUAN KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
dibedakan atas 6 kategori yang cenderung khirarkis. Keenam kategori itu adalah 1). Ingatan, 2). Pemahaman, 3). Aplikasi, 4) Analisis, 5). Sintesis dan 6). Evaluasi. Keenam kategori itu hingga kini masih digunakan sebagai rujukan utama dalam pembuatan rancangan pembelajaran matematika termasuk pembuatan alat ukur berupa tes. Tujuan kognitif inilah yang selama ini sangat diutamakan dalam pendidikan di Indonesia, kurang memperhatikan domain yang lain. Apabila hal tersebut dibiarkan tersebut menerus tanpa sama sekali memperhatikan domain yang lain, kiranya mudah dipahami kalau hasil pendidikan kita sangat mungkin mencapai tingkat kecerdasan yang tinggi, tetapi tidak menunjukkan sikap-sikap yang diharapkan dalam pergaulan sehari-hari.
Domain Afektif menunjukkan tujuan pendidikan yang terarah kepada kemampuan-kemampuan bersikap dalam menghadapi realitas atau masalah-masalah yang muncul disekitarnya. Domain afektif ini oleh David R. Krathwohl dkk. 1964, (Dalam Soedjadi, 2000) yang dikembangkan menjadi 5 kategori, yaitu 1). Penerimaan, 2). Penanggapan, 3). Penilaian, 4). Pengorganisasian, 5). Pemeranan.
Domain Psikomotor menunjukkan tujuan pendidikan yang terarah kepada ketrampilan-ketrampilan. Khususnya untuk pelajaran matematika pengertian ketrampilan dapat diartikan ketrampilan yang bersifat fisik, misalnya melukis suatu bangun. Tetapi juga ketrampilan melakukan algoritma-algoritma tertentu yang adakalanya hanya terdapat dalam pikiran. Domain psikomotoroleh Elizabeth Simpson, 1967(dalam Soedjadi 2000) dibedakan menjadi; 1). Persepsi, 2). Kesiapan, 3). Respon terpimpin, 4). Mekanisme, 5). Respon yang jelas dan kompleks, 6). Adaptasi/penyesuaian, 7). Penciptaan/keaslian.
SOSOK GURU YANG IDEAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD
Guru adalah figure seorang pemimpin. Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak disamping tanggung jawab orang tuanya. Menurut Djamarah” guru mempunyai beberapa tugas ; guru sebagai profesi menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai profesi” itu merupakan bagian kecil dari tugas guru (Djamarah, 2005).
Guru merupakan sosok yang sangat berperan dalam proses pembelajaran yang merupakan bagian dari tugas profesinya, guru sebagai salah satu perancang proses pembelajaran, tanpa guru proses pembelajaran tidak akan bisa berjalan dengan benar dan lancar, Sehingga dalam proses pembelajaran dibutuhkan guru yang bisa menjalankan proses pembelajaran. Guru yang ideal adalah guru yang memahami perkembangan peserta didiknya, guru yang kreatif mengaitkan materi pembelajaran dengan lingkungan(kontekstual), memahami model/metode pengajaran, dan yang paling penting memahami dunia anak dan apa yang menjadi kebutuhannya dan memberikan “kebutuhannya”.
Daftar Pustaka
Djamarah, S.B (2005). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Rinaka Cipta; Jakarta.
Gredler, Margaret E. Bell (1991). Belajar dan Membelajarkan. Jakarta :Rajawali.
Miarso Y dkk. (1986). Definisi Teknologi Pendidikan Satuan Tugas Definisi dan Terminologi AECT. Jakarta:Rajawali.
Nyimas Aisyah, dkk (2007). Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Depdiknas.
Soedjadi. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Dirjen Dikti. Diknas
full
Komentar
Posting Komentar